Surat untuk Habieb Rizieq

Nusantarakini.com, Jakarta-

Surat untuk Habieb Rizieq

Salam Bieb

Surat ini saya buat untuk Habieb saja. Mengingat kontrol dan ikon gerakan umat Islam saat ini ada di tangan Habieb. Itu suatu amanah. Itu suatu takdir yang tak bisa direkayasa. Karena itu saya berharap, Habieb dapat memanfaatkannya demi kemaslahatan umat. Kendatipun banyak srigala yang berharap, inilah saatnya bagi mereka untuk pesta.

Habieb yang kami muliakan

Korban sudah jatuh pada aksi massa 4 November yang lalu. Nyatanya animo umat untuk menuntut keadilan bukannya surut malahan makin berkobar-kobar.

Jika situasi ini berlangsung di tempat lain, satu saja korban jatuh, sudah akan mereka eksploitasi untuk memukulbalik rezim berkuasa.

Tapi kita tidak. Karena kita berangkat dari niat suci untuk membela agama. Bukan untuk merampas balik kekuasaan yang dicuri secara sistematis dari tangan umat Islam.

Karena itu, memang agak memilukan bahwa kadangkala harga nyawa yang korban dalam suatu gelombang pergerakan umat, kerap cuma kita perlakukan layaknya peristiwa statistik. Pada pandangan kita, tewasnya satu dua tiga sepuluh seratus cuman kita hargai berkurangnya populasi statistik umat. Tidak kita perlakukan sebagai serangan dan hantaman yang melukai susunan pergerakan kita. Kita memang terhasut opini yang dibangun oleh musuh kita bahwa tewasnya satu orang biasa dan hal sepele dan rutin. Padahal sebenarnya itu luka pada kita yang harus diselesaikan dengan mewujudkan aspirasi yang diperjuangkan si korban.

Habieb yang saya hormati

Umat telah bergerak dalam komandomu. Tuhan telah memilih Habieb sebagai tempat menitipkan kepemimpinan gerakan umat. Umat tidak peduli apa yang akan terjadi karena sudah terlanjur cinta dan percaya berat kepadamu.

Belajar dari rangkaian sejarah yang dialami umat dalam setiap periode perubahan besar di negeri ini, satu yang selalu dihadapi, nasib umat sebagai pendorong mobil mogok. Nasib umat sebagai pelopor, dan setelah perubahan itu berjalan, yang menyopiri dan memanennya orang lain, orang yang tidak punya rasa hutang budi terhadap umat. Bahkan yang memanen itu adalah musuh umat sendiri.

Sekarang di hadapan kita tersedia gerbang perubahan. Mobil besar mencapai gerbang perubahan itu telah habieb sopiri. Apakah mobil besar itu akan masuk ke gerbang perubahan itu, tergantung Habieb. Umat telah siap memasukinya dengan segala keindahan dan hambatannya. Saat yang lain, di belakang sana, sudah menguntit mobil-mobil kelompok lain yang juga turut menuju gerbang perubahan itu. Namun mereka tetaplah followernya gerakan yang dipimpin Habieb.

Mengingat di pintu gerbang perubahan itu telah menghadang para penjaga status quo, maka Habieb perlu menyelesaikannya. Negosiasi dengan penjaga status quo itu perlu habieb lakukan. Jangan sampai mobil yang di belakang yang justru mengambil tanggung jawab untuk bernegosiasi dengan penjaga status quo.

Dalam menjalankan negosiasi agar pintu gerbang perubahan itu dibuka lebar-lebar untuk umat yang akan masuk, hendaknya Habieb siapkan konsep tuntutan yang kuat, fundamental dan selaras dengan kehendak umat. Habieb harus taklukkan para penjaga status quo itu supaya menuruti tuntutan perubahan yang diinginkan umat.

Habieb yang saya hormati

Umat sekarang sebenarnya tidak saja menuntut si peleceh Al-Qur’an itu dihukum. Tapi gerombolan yang mengangkangi ekonomi dan politik negeri ini hingga si peleceh Al-Qur’an itu berani kurang ajar, itu harus dilenyapkan. Umat menjadi terhina secara ekonomi dan politik, karena mereka menguasai kehidupan ekonomi dan politik umat.

Sekaranglah saatnya umat merdeka dari dominasi dan eksploitasi mereka. Umat dengan kekuatannya yang terbukti sangat besar itu, dan sudah dibuktikan di 4 November yang lalu, sungguh mampu melakukannya. Mereka yang mengangkangi negeri kita ini cuma secuil. Kekuasaan mereka dibangun di atas rumah pasir. Karena kita bersedia mengakui dan menyegani harta dunia mereka, maka mereka merajai. Padahal itu sangatlah rapuh jika umat bergerak secara serentak dan bersama-sama. Persatuan kitalah kuncinya. Dan persatuan itu telah mekar dan kini kuncinya di tangan Habieb.

Habieb

Ayo pimpinlah umat ini agar lepas dari sihir dan cengkeraman mereka yang mengangkangi negeri ini.

Masalah utama kita sehingga si pencela Al-Qur’an itu berani kurang ajar terkait dengan dominasi ekonomi dan politik mereka terhadap umat. Inilah masalah fundamentalnya, Bieb. Soal ini harus dipecahkan. Mereka yang mendominasi ekonomi kita itu, harus diatur dan direm kekuasaannya dalam suatu undang-undang baru, dan hak istimewa umat dan rakyat pribumi terhadap ekonomi harus dibuat undang-undangnya sebagai wujud afirmatif seperti halnya yang diterapkan di Malaysia.

Dengan demikian, dominasi dapat distop dan potensi konflik dapat diminimalisir.

Wassalam

Peserta Aksi 4 November 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *