Nusantarakini.com, Jakarta-
Aksi massa umat Islam yang membela agamanya pada 24 Oktober 2016 dan 4 November 2016 sebenarnya amat menarik dikaji. Adalah langka suatu massa bergerak demikian besarnya hanya didorong oleh tujuan membela agama dan keyakinannya. Inikah tanda-tanda kebangkitan Islam itu?
Syech Palestine berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah itu adalah Indonesia
Muslimin Indonesia sempat dijadikan perbincangan hangat di Palestina sebagai kaum pembebas Bumi para Nabi dari penjajahan kaum kuffar.
Ternyata hal tersebut pernah diutarakan oleh ‘Ulama Rabbani Palestina dan salah seorang Pemimpin Al-Qaeda Iraq, bahkan disebutkan bahwa bangsa timur ini akan mengawal tongkat kepemimpinan Imam Mahdi.
Berikut kisah pertama yang mendukung kabar indah tersebut, sebagaimana pernyatakan Syaikh Dr. Abu Bakr Al ‘Awawidah, Wakil Ketua Rabithah ‘Ulama Palestina dan dituliskan oleh Ustadz Salim A. Fillah yang terus beredar pada media sosial hingga Jum’at (5/12/2014).
Suatu saat kami duduk di Masjid Jogokariyan, di hadirat Syaikh Dr. Abu Bakr Al ‘Awawidah, Wakil Ketua Rabithah ‘Ulama Palestina. Kami katakan pada beliau, “Ya Syaikh, berbagai telaah menyatakan bahwa persoalan Palestina ini takkan selesai sampai bangsa ‘Arab bersatu.
Bagaimana pendapat Anda?”
Beliau tersenyum. “Tidak begitu ya Ukhayya”, ujarnya lembut. “Sesungguhnya Allah memilih untuk menjayakan agamanya ini sesiapa yang dipilihNya di antara hambaNya; Dia genapkan untuk mereka syarat-syaratnya, lalu Dia muliakan mereka dengan agama & kejayaan itu.”
“Pada kurun awal”, lanjut beliau, “Allah memilih Bangsa ‘Arab.
Dipimpin RasuluLlah, Khulafaur Rasyidin, & beberapa penguasa Daulah ‘Umawiyah, agama ini jaya. Lalu ketika para penguasa Daulah itu beserta para punggawanya menyimpang, Allahpun mencabut amanah penjayaan itu dari mereka.”
“Di masa berikutnya, Allah memilih bangsa Persia. Dari arah Khurasan mereka datang menyokong Daulah ‘Abbasiyah. Maka penyangga utama Daulah ini, dari Perdana Menterinya, keluarga Al Baramikah, hingga panglima, bahkan banyak ‘Ulama & Cendikiawannya Allah bangkitkan dari kalangan orang Persia.”
“Lalu ketika Bangsa Persia berpaling & menyimpang, Allah cabut amanah itu dari mereka; Allah berikan pada orang-orang Kurdi; puncaknya Shalahuddin Al Ayyubi dan anak-anaknya.”
“Ketika mereka juga berpaling, Allah alihkan amanah itu pada bekas-bekas budak dari Asia Tengah yang disultankan di Mesir; Quthuz, Baybars, Qalawun di antaranya. Mereka, orang-orang Mamluk.”
“Ketika para Mamalik ini berpaling, Allah pula memindahkan amanah itu pada Bangsa Turki; ‘Utsman Orthughrul & anak turunnya, serta khususnya Muhammad Al Fatih.”
“Ketika Daulah ‘Aliyah ‘Utsmaniyah ini berpaling juga, Allah cabut amanah itu dan rasa-rasanya, hingga hari ini, Allah belum menunjuk bangsa lain lagi untuk memimpin penjayaan Islam ini.”
Beliau menghela nafas panjang, kemudian tersenyum. Dengan matanya yang buta oleh siksaan penjara Israel, dia arahkan wajahnya pada kami lalu berkata. “Sungguh di antara bangsa-bangsa besar yang menerima Islam, bangsa kalianlah; yang agak pendek, berkulit kecoklatan, lagi berhidung pesek”, katanya sedikit tertawa, “Yang belum pernah ditunjuk Allah untuk memimpin penzhahiran agamanya ini.”
“Dan bukankah Rasulullah bersabda bahwa pembawa kejayaan akhir zaman akan datang dari arah Timur dengan bendera-bendera hitam mereka? Dulu para ‘Ulama mengiranya Khurasan, dan Daulah ‘Abbasiyah sudah menggunakan pemaknaan itu dalam kampanye mereka menggulingkan Daulah ‘Umawiyah. Tapi kini kita tahu; dunia Islam ini membentang dari Maghrib; dari Maroko, sampai Merauke”, ujar beliau terkekeh.
“Maka sungguh aku berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah itu adalah kalian, wahai bangsa Muslim Nusantara. Hari ini, tugas kalian adalah menggenapi syarat-syarat agar layak ditunjuk Allah memimpin peradaban Islam.”
“Ah, aku sudah melihat tanda-tandanya. Tapi barangkali kami, para pejuang Palestina masih harus bersabar sejenak berjuang di garis depan. Bersabar menanti kalian layak memimpin. Bersabar menanti kalian datang. Bersabar hingga kita bersama shalat di Masjidil Aqsha yang merdeka insyaaLlah.”
Ah.. Campur aduk perasaan, tertusuk-tusuk rasa hati kami di Jogokariyan mendengar ini semua. Ya Allah, tolong kami, kuatkan kami.
Kisah tersebut juga serupa dengan firasat Syaikh Al-Mujahid Abu Mushab Az-Zarqowiy, Pemimpin Al-Qaeda Iraq saat invasi Amerika Serikat atas nama penggulingan Saddam Husein, sebagaimana diutarakan Ustadz Mas’ud Akrom Syahid pada Kamis (4/12).
Dalam sebuah pesannya kepada bawahannya sebelum beliau Syahid ( insyaallah ) dikatakan,
“Perhatikan bangsa timur, mereka akan dipilih oleh Allah Jala Jalaluh untuk mengawal tongkat kepemimpinan Al-Mahdi, dan saya menganggap mereka adalah Muslimin Melayu Indonesia.”
Wallahu a’lam bish shawab.
Maka ikhwah fiillah, dengan kedua pernyataan tersebut di atas, marilah kita bersatu! Kencangkanlah ikat pinggang, teguhkanlah pendirian, tentukanlah peran apa yang akan kita ambil demi terciptanya mimpi besar itu. Siapkan diri, keluarga dan masyarakat kita untuk bersama-sama membangun harapan mulia itu.
Semoga kita -Muslimin Indonesia- menjadi bagian dari puzzle-puzzle pemenangan Islam 2020, sebagaimana dicanangkan dalam agenda perjuangan berbagai ormas Islam dan harakah di Indonesia (baca: 2020 Indonesia Berperadaban Madinah, Hidayatullah, edisi khusus milad 2008).
Di lain pihak, prediksi terjadinya momentum kebangkitan Islam ini juga diakui oleh sejumlah agen intelijen di berbagai negara di dunia. Hasil analisa mereka yang kuat mengatakan, “akan tiba kehidupan religius berlandaskan syariat Islam secara total pada tahun 2020.”
Perkara ini telah diketahui dari hasil analisis intelijen di 15 negara yang tergabung dalam National Intelligence Council (NIC) yang bermarkas di Kantor Central Intelligence Agency (CIA) di Langley Virginia Amerika Serikat (AS).
Pada laporannya yang berjudul “Mapping the Global Future”, Direktur NIC, Robert Hutchings mengungkapkan kondisi masa depan dunia. Dia menyebutkan, “pada tahun 2020 akan bangkit kembali Kekhalifahan Islam (Islamic Caliphate) baru yakni sebuah pemerintahan Islam yang mampu memberi tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai Barat.” (Harian USA Today, edisi 13 Februari 2005/HU dan Kompas, 16/2/2005).
Jadi, masih ada waktu bagi kita untuk turut andil dalam gerak menuju peradaban Madinah Indonesia 2020. (*sed-Diambil dari grup WA)