Internasional

Pertama di Dunia, Pertanian Padang Pasir Menggunakan Air Laut

Nusantarakini.com Jakarta,

Kini telah hadir untuk pertama kalinya, mulai 6 Oktober 2016, pertanian di padang pasing dengan mengandalkan air laut di daerah Padang Pasir Australia Selatan. Sebagaimana disampaikan Newsaintist Pertanian ini berukuran 20 hektar. Pertanian ini menghasilkan 17.000 ton tomat pertahun.  Inilah pertanian pertama tanpa menggunakan tanah, pestisida, air tanah, dan tenaga dari fosil. Sistem ini menjawab kebutuhan yang semakin besar akan udara segar, dan bahan-bahan yang bebas pestisida. Tim peneliti internasional mengerjakan proyek ini. Mulanya sejak tahun 2010, mereka melakukan pilot project rumah hijau – yaitu rumah berselubung kaca yang bisa diatur suhu dan kelembabannya.  Kemudian tahun 2014 mereka mulai membangun fasilitas pada skala komersial, dan 6 oktober kemarin, proyek dibangun.

Cara Kerja Pertanian Padang Pasir

Cara kerjanya adalah  ada pipa air yang menyalurkan air laut ke pertanian ini. Kemudian air laut ini disterilkan dengan  mesin dengan listrik dari pembangkit listrik tenaga matahari, sebelum kemudian dialirkan ke 180.000 tanaman tomat.  Pada hari panas, tenaga listrik yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga matahari itu 39 ribu watt. Tenaga listrik itu digunakan untuk menghidupkan mesin sterilisasi air dan rumah hijau yang juga membutuhkan tenaga listrik.

Rencananya, pertanian padang pasir ini akan diwujudkan di Uni Emirat Arab, Oman, Qatar, Portugal dan Amerika Serikat.

Relevansi Teknologi ini di Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia tidak punya padang pasir. Apakah kita bikin padang pasir dulu, lantas bikin pertanian padang pasir? Tentu saja tidak perlu. Indonesia punya tanah-tanah yang subur, terutama di daerah yang berdekatan dengan gunung berapi, yaitu Sumatra, Jawa, Bali.  Tidak perlu teknologi secanggih itu untuk membangun pertanian di daerah tersebut. Sayangnya di daerah yang subur tersebut, malah banyak dibangun industri non pertanian yang menggusur lahan pertanian. Sehingga kesuburan tersebut sia-sia.

Indonesia membutuhkan perencanaan tata ruang saja. Bagian yang subur mestinya tidak dihabisi dengan pembangunan pabrik-pabrik. (aan)

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top