Nusantarakini.com, Jakarta-
Konstelasi pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta sepertinya semakin menarik dengan munculnya dua kandidat, Agus Harimurti Yudhoyono dan Anies Rasyid Baswedan. Menarik karena dua kandidat ini tidak diduga publik sebelumnya. Menarik juga karena menjelang the last minutes pertarungan nampak seperti “keras kepala.”
Ketua Jaringan Nasional Indonesia Baru (JNIB), Wignyo Prasetyo mengatakan, pilgub DKI ini juga unik, karena dua kandidat, Anies Baswedan dan Agus Harimurti ini seperti orang yang sedang tidur tiba-tiba dibangunkan dan disuruh maju. Nampak seperti dipaksakan.
Kendati demikian, kata Wignyo, apapun itu, ini adalah realita yang harus dihadapi. Namun, tentu saja JNIB melihat konteks pilgub DKI ini dengan cara berbeda. JNIB melihat apakah pilgub DKI kali ini akan menghasilkan Jakarta yang lebih manusiawi, Jakarta yang nyaman untuk semua orang dan Jakarta untuk kepentingan khalayak.
“JNIB melihatnya apakah pilgub DKI kali ini akan menghasilkan Jakarta yang beradab dan bermartabat atau tidak,” ucap Aktivis 98 ini.
Wignyo sangat menyayangkan figur-figur seperti Marco atau Rizal Ramli yang jelas visi dan track record-nya tidak masuk gelanggang. Figur-figur yang paling mungkin sanggup membawa perubahan Jakarta ke arah yang lebih baik.
Namun, kata Wignyo, pilgub DKI adalah realita yang harus dihadapi rakyat Jakarta, suka atau suka. Sebaiknya, lanjut Wignyo, selayaknya Rakyat Jakarta tak memberikan cek kosong kepada para kandidat. Jangan biarkan mereka melenggang seenaknya tanpa prasyarat.
“Ini momentum buat rakyat Jakarta”, lanjut Wignyo.
Menurut Wignyo, pilgub DKI ini sebenarnya merupakan momentum buat khalayak untuk mendesakkan kepentingan rakyat kepada para kandidat.
“Apakah para cagub ini punya kemauan politik untuk meninjau ulang proyek reklamasi,” tanya Wignyo.
“Apakah rakyat miskin kota mampu mendesakkan para cagub untuk menghentikan rencana proses penggusuran di ratusan wilayah?” tambahnya.
Wignyo juga mempertanyakan apakah para cagub ini mau memberikan kompensasi dan perumahan gratis bagi warga korban gusuran.
“Dan tentunya berbagai kepentingan khalayak lainnya, seperti masalah banjir dan macet juga harus diperhatikan para kandidat,” pungkas Wigtnyo. (*mc)