Nusantarakini.com, Jakarta-
Anugerah Bung Hatta Anti Corruption Award dan Gus Dur Award yang sempat mereka berikan kepada Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terancam dicabut. Hal ini seperti upaya yang dilakukan oleh Komunitas Masyarakat Tionghoa Anti Korupsi (KOMTAK), yang mendesak Perkumpulan Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA) dan Keluarga Besar almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk segera merealisirnya.
Koordinator KOMTAK, Lieus Sungkharisma, membeberkan, ada dua alasan utama mengapa KOMTAK meminta agar anugerah yang pernah diberikan kepada Ahok itu segera dicabut.
Pertama, karena Ahok ternyata bukan orang bersih. Sebagaimana dinyatakan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), ada indikasi keterlibatan Ahok dalam kasus korupsi pembelian RS Sumber Waras yang merugikan negara hingga ratusan milyar rupiah.
Kedua, karena prilaku Ahok sama sekali tidak sesuai dengan sikap dan kepribadian Gus Dur sebagai tokoh humanis dan pembela rakyat kecil.
“Indikasi itu adalah bukti bahwa Ahok sama sekali bukanlah tokoh yang bersih. Dan karena itu ia tidak pantas menerima anugerah BHACA,” ujar Lieus.
Tahun 2013 Ahok menerima anugerah Bung Hatta Anti Corruption Award dari Perkumpulan BACHA karena saat itu dinilai sebagai pejabat publik yang tergolong bersih. Pada Januari 2016 Ahok juga dianugerahi Gus Dur Award oleh Keluarga Besar Gus Dur karena dianggap sebagai politisi yang berani dan tegas, serta anti korupsi.
“Perilaku Ahok yang sangat arogan, berbicara kasar dan tindakannya yang sangat menyakitkan orang kecil, bertolak belakang dengan sikap Gus Dur yang selalu berpihak dan membela rakyat kecil,” sambung Lieus.
Menurut Lieus, semua fakta tentang Ahok ini, sangat bertentangan dengan sikap dan perilaku Bung Hatta maupun Gus Dur. “Bung Hatta adalah tokoh nasional anti korupsi. Bung Hatta dikenal bangsa Indonesia sebagai tokoh yang satu kata dengan perbuatan. Sedangkan Gus Dur adalah sosok tokoh Bangsa pembela rakyat yang tidak pernah sudi menyakiti rakyat kecil. Gus Dur adalah tokoh yang sangat anti penggusuran,” papar Lieus.
Lieus Menegaskan, dengan alasan itulah KOMTAK mendesak Perkumpulan Bung Hatta Anti Corruption Award dan Keluarga Besar Gus Dur agar segera mencabut award yang pernah mereka berikan kepada Ahok.
“Saya yakin, kalau saja Bung Hatta dan Gus Dur masih hidup, kedua tokoh ini pasti akan menangis menyaksikan nama mereka dianugerahkan kepada orang yang prilaku, sikap dan omongannya sama sekali tak bisa jadi teladan,” pungkas Lieus seperti dikutip Swarasenayan.com.
Sementara itu, aktivis Tionghoa yang sangat kritis terhadap kebijakan Ahok, Zeng Wei Jian, sependapat dengan Lieus. Menurutnya, Gus Dur tidak pernah melegalkan penggusuran warga ala Ahok. Perilaku dan verbal abuse Ahok mengingkari ajaran Gus Dur. “Saya kira bila Gus Dur masih bersama kita, beliau akan jadi kritikus utama Ahok.”
Menurut Zeng, Gus Dur tidak mungkin setuju diskresi yang dipelintir Ahok. Itu akan menjadi presedent buruk di masa depan. “Jadi sudah benar itu KOMTAK mendesak Yeni Wahid untuk menganulir dan membatalkan Gus Dur Award yang pernah diberikan kepada Ahok,” pungkas Kenken, panggilan akrab pegiat Tionghoa yang peduli dengan masyarakat korban kebijakan diskriminatif ini. (*mc)