Nasional

Seknas Jokowi Surati Rizal Ramli. Bagaimana Isinya? Anda Wajib Membacanya Di Sini!

Nusantarakini.com, Jakarta- 

Konstelasi politik jelang Pilkada DKI Jakarta 2017 nampaknya sudah mulai menghangat dan menggeliat. Berbagai manuver dan dan kegiatan politik sudah mulai ramai menyemarakkan hajat demokrasi warga Jakarta. Maraknya dukungan elemen masyarakat dan organ-organ yang dulu giat menyokong calon tertentu dalam Pemilihan Presiden (Pilpres 2014) juga sudah mulai mendeklarasikan dukungannya terhadap kandidat yang mereka anggap paling layak dan benar-benar akan membangun Jakarta dan mensejahterakan rakyatnya.

Redaksi Nusantarakini.com menerima surat terbuka dari SEKNAS JOKOWI, salah satu organ Relawan Jokowi, yang sudah sukses menghantarkan Jokowi menjadi presiden di Indonesia. Selengkapnya silahkan baca isi surat selengkapnya:

 

Surat Sekjen Seknas JOKOWI : Rizal Ramli (RR), Musketeer atau Samurai

Bung Rizal Ramli yang saya hormati,

Publik bertanya-tanya kenapa Bung Rizal Ramli (RR) dicopot dari jabatannya sebagai Menko Maritim pada Reshuffle Jilid 2 pemerintahan Jokowi-JK? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh Presiden Jokowi yang punya hak prerogatif mengganti menteri selaku pembantu presiden. Saya tidak mau berteka-teki soal itu Bung. Saya tetap respek dengan keputusan Presiden Jokowi karena saya pendukungnya. Saya juga respek dengan penerimaan Bung RR, bahkan angkat topi karena Bung menyatakan legowo dan tetap mendukung Pemerintahan Jokowi-JK pada Rabu tanggal 27 Juli 2016.

Walau harus diakui batin sebagian besar rakyat Indonesia bak disayat-sayat sembilu karena pencopotan Bung, publik merasa keputusan pencopotan adalah keputusan di luar ekspektasi (unexpected decision), terutama dalam kegaduhan putih yang terjadi ketika Bung menjabat Menko Maritim. Bagaimana tidak?

Khalayak melihat proses kegaduhan adalah proses pembelajaran berdemokrasi, uncovered story yang begitu terang benderang, cukup transparan terhadap beberapa masalah kekinian, memposisikan negara tidak boleh diatur oleh modal yang ini sejalan dengan program politik Jokowi-JK : Nawacita.

Menurut catatan saya, kegaduhan yang selama ini Bung buat, ada 6 (enam) kegaduhan putih yang mencerdaskan rakyat, seperti menolak rencana pembelian pesawat Airbus A350, dwelling time Pelindo II yang membuat Lino menjadi tersangka, proyek listrik 35 ribu megawatt, kilang gas Blok Masela, menolak keserakahan PT. Freeport yang kemudian menjadi perseteruan antar-mafia minyak dan terakhir moratorium Reklamasi Pulau G.

Rekomendasi yang menjadi kesepakatan bulat dari 3 kementerian itu (Menko Maritim, MenLHK dan Menhub) yang diterima Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, akhirnya ditolak, bahkan terakhir Ahok membuat surat ke Presiden Jokowi.

Saya tidak mau menduga-duga Bung.  Konon katanya enam kegaduhan mengakibatkan pemodal lari dari Indonesia? Apalagi ada pendapat mistis jangan sampai kegaduhan mencapai angka tujuh. Wallahualam, karena saya bukan ahlinya.

Bung dikenal sejak dulu sebagai aktivis, pembela hak-hak rakyat, dan sosok anti-korupsi yang sangat tegas melawan siapa saja yang dinilainya bisa merugikan keuangan negara. Bung RR dikenal sebagai sosok yang senantiasa mengangkat kemulian dan derajat bangsa Indonesia. Bung juga dikenal punya integritas dan loyal kepada pimpinan. Saya yakin seyakin yakinnya bahwa setiap tindakan dan langkah Bung ketika menakhodai Menko Kemaritiman selalu berkonsultasi dengan Presiden Jokowi. Bagi saya ketika itu Bung adalah seorang musketeer yang percaya hati nuraninya demi keberhasilan program Nawacita dan demi terselenggaranya Tri Sakti Bung Karno sebagai ide dasar Nawacita.

Namun, timbul pertanyaan pada diri saya, apakah pencopotan Bung hanya sebuah upaya mendinginkan yang panas oleh Presiden Jokowi untuk kemudian mempersiapkan Bung pada penugasan lain yang lebih signifikan dalam pencapaian program Nawacita di Indonesia? Bagi saya, Bung RR sebagai seorang musketeer semestinya mendapat tugas baru dari Presiden Jokowi dalam mempercepat pencapaian program Nawacita dan demi terlaksananya Tri Sakti di Indonesia. Kenapa? Potensi Bung sebagai orang yang berpengalaman, yang sudah jatuh-bangun dalam menjalani kehidupan harus diberi kewenangan dalam pemerintahan Jokowi-JK untuk memimpin atau mengurusi pencapaian sebuah program Nawacita.

Sebagai Gusdurian, Bung percaya “life is like riding a bicycle, to keep your balance, you must keep moving”.

Disini saya sedikit khawatir. Seorang musketeer yang percaya nuraninya jangan sampai menjadi seorang Samurai.

Lima hari belakangan ini, di medsos, media digital dan media lainnya, telah beredar nama Rizal Ramli untuk menjadi lawan tanding Ahok pada Pilkada DKI tahun 2017. Rakyat Jakarta mulai melihat lawan yang setimpal bagi Ahok yakni salah satunya adalah Bung Rizal Ramli. Jika ini terjadi, dan Bung mendengarkan suara Rakyat Jakarta, maka kekhawatiran saya menjadi benar, Bung akan menjadi Samurai.

Tapi…eh..tetapi, hanya Presiden Jokowi dan Ibu Megawati yang dapat mengembalikan Bung menjadi musketeer! Semuanya berpulang kepada Bung Rizal, Ibu Megawati dan Presiden Jokowi. Merdeka!!!

Tabik,

Osmar Tanjung/Sekjend Seknas JOKOWI

(*mc)

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terpopuler

To Top