Nusantarakini.com, Jakarta – Reshuffle terakhir ini terus menimbulkan aneka interpretasi bagi masyarakat. Selain dipandang sebagai tahap kedua bagi Jokowi mengonsolidasikan kekuasaannya sekaligus menjinakkan setiap kekuatan potensial pada dirinya, muncul pula interpretasi lain dari Ridwan Saidi.
Ridwan Saidi melihat dari sudut mikro, yaitu persoalan akses dan daya tawar komunitas HMI. Menurutnya, dengan disingkirkannya Ferry Mursyi.dan Baldan, Yuddy Chrisnandi, dan Anies Baswedan, praktis pentolan HMI out dari lingkaran kekuasaan Jokowi. Dengan hal itu, mengempeskan kekuatan JK di dalam kabinet.
Pintarnya Jokowi, dia sukses menendang "front HMI di bawah JK sekaligus "kontranya" yaitu Rizal Ramli dan menjinakkan Luhut dengan tidak membiarkannya membangun kerajaan sendiri di Kemenkopolhukam.
Tapi satu hal yang perlu direnungkan oleh kalangan HMI, era mereka akan segera sirna seiring dengan datangnya era baru. Ridwan Saidi menyatakan kepada NK, reshuffle mengindikasikan bahwa mobilitas vertikal ke depan bertumpu pada kapasitas pribadi, bukan patron-klien.
"Selama 46 th (1970-2016) behavior comunitas HMI berubah jadi sub culture feodalistic. Peribahan yang dihadapi sekarang nggak gampang. Dari bekas menak jadi menak bekas", ujarnya.
Yang dimaksud HMI di sini oleh Ridwan Saidi yaitu yang bermarkas di sebuah Ruko dan jalan Turi. Dia melanjutkan pendapatnya. "Prangko sudajh coplok dari amplop. Bak prangko, marika nempel di amplop kekuasaan slama 45 taon. Amplop kerendem aer, prangko coplok.
Situasi politik Nas makin panas. Rakyat vs kekuasaan n kroni. HMI Ruko n Kahmi Turi mo nempel kmana? Mrk hrs bikin putusan cepat atau dilupakan org sbagai sepotong masa lalu sperti banyak ormas2 demikian. Mrk tak punya icon lagi. Akbar finished, Kak Ucu dipreteli. Dgn Hary Azhar n Komar mrk ga dekat. Apalagi dg Zulkifli. Paling Gusman masih bisa menjamu di DPD. Usung2 Lafran mrk uda cape sndiri, ora ono sing responi. Mo jadi oposisi ga terbiasa n ga tau caranya. Yg terbaik mrk ubah format jadi Majlis Zikir."
Namun dia punya usul juga. "Yang sulit buat Kahmi Turi ciptaken motivasi untuk gerakkan organisasi. Kahmi akses ke kekuasaan sudah tamat. Lafran Pane gak bisa dijadikan icon. Tempat buka bersama juga makin dikit. Mereka sudah harus benamkan mimpi mereka tentang kekuasaan. Jika revolusi meletus juga Ruko en Turi kaga diajak. Lantas mereka mau ngapain?
1. Gabung dengan Dewan Masjid dan atau Palang Merah bersama Kak Ucu.
2. Revitalisasi dengan mendidik alumni usia under 30 untuk bisa masuk persaingan bebas. Yang 30 ke atas uda ga keburu dididik.
Untuk butir 1 gak susah tinggal menghadap Kak Ucu. Butir 2 susah mengorganisasikan tapi merela harus coba. Saya gak lihat tenaga pendidik dari Turi. Butir 2 satu-satunya cara tolong Kahmi," urainya dengan nada jenaka seperti kebiasaannya. (sed)