Benarkah Ada Akhirat?

Nusantarakini.com, Jakarta – Suatu ketika berdebatlah dua orang sahabat yang telah berbeda paham tentang urusan kehidupan manusia. Mereka adalah Akhir dan Dana.

Dana bertanya kepada Akhir. “Jika memang hidup di dunia ini tak kau pandang lebih penting dari hidup di akhirat, lantas mengapa kau tidak cepat mati saja? Kenapa masih bertahan di dunia ini?” ujar Dana kepada sahabatnya itu.

“Betul, akhirat lebih penting bagiku. Tapi tanpa mengumpulkan amal yang baik di dunia, tak mungkin aku hidup bahagia di akhirat. Bukan berarti aku tak menginginkan cepat-cepat pergi ke akhirat hanya karena masih saja hidup di dunia ini. Menyambar kematian tanpa jalan yang benar, merupakan kecerobohan dan penghalang menikmati hidup yang bahagia di akhirat,” jawab Akhir datar.

“Sekarang saya bertanya kepadamu, Dana,” balas Akhir. “Kalau memang di dunia ini adalah hidup yang sebenarnya dan satu-satunya bagimu, mengapa tak kau minta ke siapa pun yang menurutmu berkuasa memberikannya agar engkau hidup selamanya di dunia?” sambungnya.

“Tentu aku akan meminta kepada yang bisa memberikan hal semacam itu. Faktanya tidak ada seorang oknum pun yang sanggup memberikannya. Aku ingin hidup selamanya, sayang itu hanya harapan belaka. Karena itu aku berusaha menikmati sepuas-puasnya kesempatan hidup di dunia ini, sebelum saya meninggalkannya,” jawab Dana dengan rasa ragu bahwa ia masih dapat hidup selamanya.

“Katamu ‘…sebelum saya meninggalkannya?’ Perkataan macam apa itu? Tampak sekali padamu terpendam ketidakyakinan bagaimana menghadapi kehidupan setelah hidup di dunia ini. Menurutku engkau jahil!!! Engkau membiarkan dirimu tanpa persiapan untuk memasuki hidup setelah kematianmu. Sama saja engkau terjun ke jurang untuk bunuh diri. Sama saja engkau membiarkan dirimu hanyut dibawa arus sungai menuju lautan tanpa pelampung, yang kau tahu akan banyak hal-hal yang misteri jika tiba di laut itu.

Engkau menganggap yang terjadi, terjadilah. Itu anggapan yang tidak menggunakan akal. Atau engkau akan bilang misalnya “aku telah berbuat baik kepada manusia selama di dunia”. Ini sesuatu yang kontradiksi. Betapa tidak, bukankah sejatinya engkau tidak percaya hidup setelah mati? Bukankah baru saja kau menyatakan bahwa hidup yang sebenarnya dan satu-satunya hanya di dunia? Bagaimana engkau ini?

Kukira engkau boleh periksa jalan pikiranmu lebih dalam lagi sebelum engkau menganggap bahwa hidup setelah di dunia tiada gunanya bagimu untuk cara hidup di dunia ini,” kata Akhir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *