Nusantarakini.com, Jakarta – Jum’at malam menjelang dini hari, pesawat tempur dan helikopter tentara membelah langit Turki yang gelap. Kendaraan tempur militer menderu menuju titik-titik strategis. Kantor televisi Turki, gedung parlemen dan tidak ketinggalan jembatan selat bosporus ditutup tentara-tentara yang siap tempur.
Presiden Erdogan sedang berada di luar Istanbul. Penduduk Turki terlelap dalam tidur. Tiba-tiba derap sepatu tentara yang menyekat beberapa objek vital Turki itu, dibuyarkan oleh suara azan yang bertalu-talu dari masjid ke mesjid di Istanbul.
Apa gerangan azan, takbir dan salawat berkumandang di tengah malam? Penduduk terbangun. Ada apa azan di tengah malam? Mereka spontan keluar rumah. Diumumkan, kekuasaan pemerintah diambil alih tentara.
Rakyat Turki yang terganggu tidurnya, marah dan mengalir ke jalanan. Mereka berjumpa dengan tentara-tentara yang bingung. Sekalipun bedil di tangan, tank yang siap tempur, karena yang dihadapi rakyat yang tumpah, para tentara itu mengerut. Mereka mematung dan sebagian ngumpet di tank-tank dan truk angkut personel. Mereka tidak menyangka akan berhadapan dengan rakyat sebagai lawan.
Azan terus berkumandang. Takbir bertalu-talu. Langit Turki seolah menggelepar kabarkan ke setiap telinga rakyat aksi petualangan ilegal dari jenderal-jenderal Turki anti Erdogan.
Tiba-tiba menara mesjid dan toa-toa yang dikecam oleh JK di Indonesia menjelma menjadi pusat komando rakyat anti kudeta. Semakin menyayat azan-azan para muazzin di tengah malam itu, semakin bergelora semangat jihad rakyat Turki melawan kup yang ilegal itu.
Internet, media sosial, kantor berita dan saluran informasi resmi boleh sukses disumbat oleh komandan tentara kudeta, namun mereka lupa satu hal: masjid dan menaranya absen dari data list yang harus diamankan. Akhirnya, menara masjid Turki yang runcing-runcing itu berubah menjadi torpedo-torpedo kontra kudeta.
Peristiwa kudeta di Turki kini punya catatan sejarah tersendiri: digagalkan oleh azan yang berkumandang dari menara mesjid di tengah malam.