Inilah Aplikasi Yang Bikin Ribut Antara Ahok dan RW Kebon Melati Tanah Abang

Nusantarakini.com, Jakarta – Ketua RW Kebon Melati Tanah Abang telah dipecat oleh Ahok hanya gara-gara menolak memberi laporan rutin lewat aplikasi qlue. Tidak terima dipecat, Ketua RW tersebut melakukan perlawanan dengan menggalang dukungan dari RT-RT di lingkungannya. RT-RT tersebut pun menyambut dengan mengonsolidasikan diri. Kini mereka akan menggugat Ahok yang dipandang melanggar aturan hukum.

Namun aplikasi macam apakah yang membuat kisruh hubungan warga dengan Ahok itu?

Sebagaimana yang dilaporkan swa.com, nama aplikasi tersebut adalah qlue. Aplikasi ini merupakan produk besutan start-up lokal bernama TerralogiQ. Perusahaan pengembang aplikasi ini didirikan oleh Rama Raditya (32 tahun) dan Andre Hutagalung (35 tahun), sejak tiga tahun silam. Selain Qlue, aplikasi lain yang telah dibuat TerralogiQ adalah ROAM, LAPIS, dan CROP. “Qlue membantu pengaduan jauh lebih efisien dan efektif, serta menolong Pemda untuk mendapatkan berbagai macam data secara terintegrasi,” ujar Rama, CEO TerralogiQ. “Qlue adalah media sosial pelaporan pertama di Indonesia, bahkan di dunia,” kata Master Manajemen Sistem Informasi dari Strayer University, Amerika Serikat ini mengklaim.

Dijelaskan Rama, dengan Qlue memungkinkan anggotanya, khususnya warga Jakarta, dapat melaporkan segala yang terjadi di lingkungan sekitar, seperti kemacetan, banjir, pelanggaran, jalan rusak, pedagang kaki lima, dan sebagainya. Ada 12 kategori pelaporan yang disediakan di aplikasi Qlue. Setiap anggota yang terdaftar bisa langsung melaporkan kejadian atau keluhan, dalam bentuk teks dan foto. Laporan atau keluhan tersebut akan dilihat atau ditindaklanjuti oleh Pemda setempat. Anggota juga bisa chattingdengan lurah berdasarkan tempat tinggal anggota.

Menurut Rama, sejauh ini respons masyarakat terhadap aplikasi Qlue cukup bagus. Buktinya, sejak diperkenalkan pada pertengahan Desember 2014, hingga 2015, sudah ada 20 ribu anggota aktif, rata-rata berusia 25-35 tahun. Targetnya, tahun ini bisa mencapai satu juta anggota, baik yang menggunakan sistem operasional Android maupun iOS. Pada tahun 2015, dari 267 kelurahan yang ada di DKI Jakarta, baru 95 kelurahan yang menggunakan Qlue. “Keluhan atau laporan yang paling banyak adalah soal jalan rusak, macet, dan pedagang kaki lima,” ucap Rama. “Indikator keberhasilan aplikasi ini adalah setidaknya 80% dari laporan yang masuk dapat ditindaklanjuti dengan cepat oleh pemerintah daerah,” ia menambahkan.

Diceritakan Rama, ketika ia dan timnya pada awal 2014 mengemukakan ide berupa satu peta yang bisa dimanfaatkan untuk banyak hal – misalnya laporan masyarakat, layanan Transjakarta, dan sebagainya, dalam dashboard Smart City – ternyata mendapat respons positif dari Basuki T. Purnama. “Tak disangka, Pak Ahok langsung tertarik dengan konsep yang kami ajukan,” ucap Rama semringah.

Menurut Rama, untuk mengembangkan Qlue ini dana yang dibenamkan mencapai Rp 500 juta. TerralogiQ mendapat kontrak perjanjian kerja sama selama 10 tahun dengan Pemprov DKI Jakarta. Melalui kerja sama ini, TerralogiQ bertindak sebagai admin yang kemudian menyerahkan data pelaporan ke Pemprov DKI. Sementara pihak Pemprov DKI Jakarta berkewajiban membantu promosi dan brandingQlue di beberapa kegiatan. “Kami bisa menarik profit margin dari iklan dan kanal lainnya, sepertiadvertising, avatar, dan dashboard,” ujar Rama. “Sedangkan pihak Pemda akan mendapat banyakinput dan data tentang pelaporan dari warganya yang masuk melalui Qlue,” ia menambahkan. (sed)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *