Kebangkitan Islam Itu Nggak Ada di Indonesia? (2)

Nusantarakini.com, Jakarta – Hal ini dapat kita cermati dalam riwayat politik di Indonesia yang melibatkan ormas-ormas Islam di Indonesia, baik dalam kepartaian maupun dalam formasi koalisi-koalisi kekuasaan. Ormas Islam tertentu lebih memilih berkoalisi dengan kaum sekuler dan bahkan PKI asalkan kepentingan jangka pendeknya terpenuhi.

Hal seperti ini bukan khas Indonesia dan baru terjadi sekarang. Itulah jadinya jika indikator keberhasilannya diukur dengan berapa banyak eksponen gerakan Islam atau ormas menempati pos-pos kekuasaan. Biasanya setelah pos-pos kekuasaan diraih, eksponen yang bersangkutan hanya sibuk memperkaya diri dan mengokohkan kedudukannya agar langgeng selama hidupnya. Sedangkan para pendukungnya semakin lama semakin kerdil dan tak berdaya di hadapannya. Dia menyulap dirinya sebagai patron bagi pendukungnya. Sedangkan pendukungnya tidak lebih bagaikan budak-budak atau klien baginya yang dipaksa bergantung secara finansial terhadap dirinya. Penghianatan semacam ini berlangsung regeneratif di dalam tubuh umat Islam tanpa ada usaha koreksi dan perbaikan.

Eksponen yang menjelma menjadi patron politik bagi umat Islam tersebut hanya meneteskan sebagian dari kekuasaan politik dan finansial yang diraihnya seiring dengan hasil kedudukan kekuasaannya itu.

Jadi, eksponen gerakan Islam semacam inilah yang merusak keindahan dan kesegaran Islam bertukar menjadi noda dan bau busuk akibat ulah dekaden mereka.

Tak perlu didaftar di sini nama-nama dari eksponen yang kemudian menjadi patron bagi umat Islam di Indonesia itu. Sebab menyebutkan namanya di tulisan ini bikin mual kita saja. Mereka terus kokoh kedudukan politiknya di hadapan umat karena umat yang didera kemiskinan terpaksa memerlukan tetesan finansial dan pengaruh mereka untuk sekedar menolong umat untuk bertahan dalam kehidupan yang memiskinkan mereka secara sistematis.

Belajar dari hal itu, haruslah diubah pandangan bahwa keberhasilan Islam sebenarnya hanya diindikasikan jika sunnah Islam benar-benar hidup di dalam masyarakat. Orang mencintai Islam dan mengamalkannya semata-mata karena kepuasan iman yang mereka reguk dari pengamalan Islam yang murni itu. Jadi Islam hidup secara bottom up dan menyeruak semerbaknya kepada manusia-manusia lain.

Islam betul-betul menjadi perbuatan yang hidup dalam sehari-hari yang membentuk attitude manusia. Itulah indikasi yang benar tentang keberhasilan politik Islam. Bukan berapa banyak orang NU yang jadi pejabat tinggi atau bukan berapa banyak kementerian dan kepala daerah direbut oleh PKS. Wallahua’alam. (sed)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *