Nusantarakini.com, Jakarta – Kaum homo sekarang lagi dilanda kesedihan dan ketakutan mendalam. Pasalnya di Orlando, Florida, Amerika Serikat, mereka baru saja jadi target serangan. Serangan itu sedikitnya menewaskan 50 orang dan 53 lainnya luka parah.
Peristiwa 12 Juni 2016 ini disebut sebagai serangan terburuk bagi Amerika yang menargetkan kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual & Transgender).
Pelaku penyerangan adalah seorang pemuda bernama Omar Mateen, pria berusia 29 tahun kelahiran New York. Ayahnya adalah seorang imigran dari Afganistan. Sebelum melakukan penyerangan, Omar sempat menghubungi 911 dan menyatakan bahwa ia merupakan bagian dari ISIS.
Dalam pernyataan resminya Presiden Barack Obama berkata, "Menghadapi kebencian dan kekerasan, kita akan saling mengasihi satu sama lain. Kita tidak akan menyerah terhadap rasa takut atau berbalik saling menyerang satu sama lain. Sebaliknya, kita akan berdiri sebagai satu kesatuan sebagai orang Amerika yang melindungi masyarakat kita dan mempertahankan bangsa kita dan mengambil tindakan terhadap mereka yang mengancam kita."
Jika serangan ini benar bagian dari rencana aksi ISIS terhadap Amerika, jelas telah terjadi pergeseran sasaran serangan. Jika sebelumnya menyasar fasilitas strategis, kini lebih spesifik terhadap kelompok yang mengundang perdebatan.
Sekalipun kaum homo di klub pulse tersebut adalah warga AS, namun seperti komentar yang ditunjukkan oleh Calon Presiden AS Donald Trump, terlihat kesan bahwa dia juga sebenarnya membenci praktik LGBT. Bahkan kalangan kristen fundamentalis di AS terkesan memahami mengapa kaum homoseks menjadi sasaran serangan.
Walhasil hal ini menjadi pekerjaan rumah baru bagi Pemerintah AS untuk menyatukan sikap masyarakatnya dalam merespon serangan yang menyasar kaum homoseks. (sed)