Operasi Intelijen Tingkat Tinggi di Balik Kriminalisasi Habib Bahar?

Nusantarakini.com  Jakarta – 

Kita mesri bersikap hati-hati mencermati kasus kriminlisasi Habib Bahar bin Smith oleh Polda Jawa Barat. Motif apa di balik latar belakang persoalan.

Dua remaja sengaja mengaku sebagai habaib bahkan salah satunya menyamar seperti sosok dan penampilan Habib Bahar. Dari perbuatan dua remaja ini kemudian Habib Bahar dijerumuskan dalam persoalan hukum.

Saat ini perbuatan orang-orang yang mengaku dirinya sebagai habaib dan menyamar sebagai sosok habaib banyak terjadi. Muncul pertanyaan dalam diri kita, apakah perbuatan orang-orang tersebut sekedar meniru atau ada niat buruk lain di balik aksi tersebut?

Sebab peniruan penampilan dan sosok seseorang memiliki konsekuensi dari karakteristik orang yang ditirukannya tersebut. Sebagai contoh, seorang meniru artis tertentu, katakanlah vokalis dari sebuah band metal, maka gaya penirunya kesannya selebor dan urakan. Begitu pula seseorang meniru atau menyamar menjadi polisi, biasanya orang itu menggunakan pengaruh dari kekuasaan palsu penyamaran itu untuk tujuan entah untuk melakukan penipuan dan menakut-nakuti orang lain.

Demikian sebaliknya, seseorang yang mengidolakan seorang habaib/ ulama, maka sifat mulia dan terpuji sosok itu menurun kepada orang menirunya.

Intinya seorang ditiru akan menurunkan sifat negatif atau positip pada dirinya kepada orang yang menirukannya.

Jadi, alangkah anehnya orang-orang yang mengaku habib malah bersikap dekonstruktif. Orang yang mengaku habib itu menyerang dan menyebar fitnah terhadap habib-habib yang vokal terhadap penguasa. Lebih anehnya remaja yang meniru sebagai sosok Habib Bahr menunjukan tontonan sikap tidak memiliki sopan santun sama sekali; seperti memaki, merokok, menyetir dengan kaki pada mobil yang dikendarainya. Seolah tingkah laku tidak senonoh itu sebagai perbuatan Habib Bahar.

Sewajarnya kalangan habaib seperti Habib Bahar meminta klarifikasi kepada orang-orang yang mengaku habaib ini. Dan Habib Bahar secara mulia telah melepaskan orang-orang dari jeratan tuntutan hukum setelah mereka meminta maaf dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya.

Jika dari klarifikasi tersebut orang-orang itu mendapat jeweran dan nasihat pedas dari ulama, itu harus diterima sebagai karunia dan keberkahan yang disyukuri.

Sehingga sangat mudah ditebak bahwa orang-orang yang mengaku habib bukan sekedar masalah fenomena sosial biasa. Jelas dibalik dilakukan orang-orang ini adalah bagian permainan operasi intelijen tingkat tinggi untuk merusak kredibilitas para habaib dan ulama. Serta kriminalisasi habaib yang sebelumnya telah menimpa Habib Rizieq Shihab dengan rekayasa kasus chat mesum. [mc]

*Martimus Amin, pernah nyantri Di Ponpes Krapyak dan Ponpes Al Falakhiyah Yogyakarta. Kini tinggal di Jakarta.