Budaya

Mereka Menjual Anak Yatim dan Kaum Duafakah?

Nusantarakini.com, Jakarta –

Kami sudah lama memperhatikan perkembangan lembaga-lembaga penggalang dana untuk santunan yatim dan duafa. Pada mulanya, terlihat wajar saja.

Misalnya, bikin konser untuk donasi anak yatim, atau kegiatan-kegiatan amal lainnya. Tapi kian kemari makin terlihat janggal.

Terutama terkait perkara menjamurnya rumah-rumah penampungan anak yatim di berbagai lokasi. Rumah-rumah jenis ini berbeda dengan panti yatim pada umumnya.

Sepengetahuan kami, panti yatim sudah lama eksis. Tapi model rumah yatim yang menjamur sekarang ini memang berbeda.

Kami melihat fungsinya bukan lagi untuk menampung anak-anak yatim dan duafa yang kehilangan rumah atau tidak punya rumah sama sekali. Kalau sekedar itu, tidak ada yang janggal, dan tidak akan menarik sorotan dari kami.

Yang kami saksikan, rumah-rumah yatim itu, sengaja diletakkan di lokasi-lokasi jalan-jalan umum. Yang ingin kami katakan ialah rumah yatim dan duafa itu sudah laiknya sebagai rumah pameran anak-anak yatim dan duafa.

Boleh jadi maksud pengelolanya, karena dengan begitu, anak-anak yatim dan duafanya dapat dilihat bagaikan melihat ikan dalam akuarium. Supaya dengan begitu, timbul rasa kasihan dari orang yang lewat. Supaya timbul minat untuk berdonasi. Supaya mudah akses mengeluarkan donasi. Supaya mudah dikumpulkan uang donasi.

Nah, kalaulah begini ceritanya, ini sudah tidak benar. Masak anak yatim dan duafa dijadikan ikan dan umpan untuk donatur? Berarti apa bedanya hal ini dengan menjual anak yatim dan duafa?

Waahh…ini sudah melampaui kecaman Allah dalam surat Al Maun. Menghardik dan enggan memberi makan anak yatim dan miskin saja dikecam, apalagi sampai menjual mereka demi donasi?

Ini harus menjadi sorotan dan perhatian kita semua. Sebab kelihatannya makin ke hari makin ke sini, karena tak ada sorotan, makin merajalela saja. Anak yatim dan duafa lama-lama jadi tambang duit. Bahaya ini.

Di mana-mana orang buka rumah yatim dan duafa sudah kayak buka air isi ulang. Kalau laris, diteruskan. Kalau seret, ditutup.

 

 

~ John Mortir, Pengamat Hal-hal Tak Karuan di Masyarakat

 

Terpopuler

To Top