BACA! Mubaligh yang Direkomendasikan Al-Quran

Nusantarakini.com, Bogor – 

Sosial media diramaikan oleh rilis 200 mubaligh oleh kemenag karena dinilai memenuhi memenuhi tiga kriteria, yakni kompetensi, reputasi dan komitmen kebangsaan. Rilis dai versi kemenag sontak menyulut kontroversi, bahkan beberapa dai yang telah ditulis menolak namanya dicantumkan.

Kontoversi mencuat di masyarakat sebab, masih banyak mubaligh yang memenuhi kriteria, namun tidak dicantumkan. Polemik lain menganalisa bahwa rilis itu terlalu dini, sebab jika masih banyak yang belum dicantumkan, mengapa 200 dai sudah dirilis lebih awal.

Bahkan di lapangan juga timbul berbagai kekhawatiran akan adanya kontrol pemerintah atas dakwah Islam. Sebab, seolah selain 200 nama itu bukanlah dai yang memenuhi kriteria. Entah apa perasaan orang-orang yang tercantum namanya dalam daftar kemenag. Senang, takut, marah, kecewa, bangga, bingung atau apa ya?

Ketiga saya cermati nama-nama dai hasil rekomendasi kemenag, ada nama-nama guru saya, ada juga sahabat ngopi saya, namun ada juga lawan debat saya karena mereka berpikiran liberal. Tanpa menyebut nama, saya pernah berdebat langsung dengan salah satu nama, karena dia berpaham liberal dan menyebarkan paham feminisme.

Bagi saya, rilis ini menjadi persoalan tendensius karena rekomendasi subyektif kemenag. Sebab hakekat dai adalah mereka yang amar ma’ruf nahi mungkar. Kata ma’ruf berarti Islam, dan kemungkaran adalah selain Islam. Jadi dai adalah yang pro Islam, bukan pro pemerintah. Sebab Islam adalah mutlak benar, sementara pemerintah adalah relatif.

Bahkan dai sebagaimana Rasulullah, justru tidak pernah mendapat rekomendari dari rezim saat itu. Rasulullah sebaliknya, mendapat penghadangan dan penjegalan dari rezim. Meski tentu saja beda rezim dengan sekarang. Bahkan hampir seluruh nabi berhadap-hadapan dengan penguasa pada zamannya.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. [QS Ali Imran : 104].

Ayat di atas adalah SK dari Allah tentang kewajiban dakwah Islam. Dakwah adalah akad kewajiban setiap muslim kepada Allah, bukan kepada manusia. Meski pemerintah dan seluruh manusia menghalangi, status kewajiban dakwah tidak pernah berubah.

Dakwah adalah kewajiban setiap individu muslim. Dai adalah mereka yang menyeru kepada jalan Allah atau Islam semata. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” [QS An Nahl : 125].

Sebab hanya Islam jalan yang benar, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” [QS Ali Imran : 19].

Kriteria komitmen kebangsaan, jika yang dimaksud adalah nasionalisme atau cinta Indonesia, tentu bisa diperdebatkan. Namun yang pasti Islam bukan hanya untuk Indonesia, tapi untuk seluruh dunia. Dai dan dakwah juga tidak bisa dibatasi oleh sekat-sekat nasionalisme, sebab Rasulullah diutus untuk rahmat bagi alam semesta dan kaffah, tidak parsial.

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. [QS Al Anbiyaa : 107].

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”. [QS Al Baqarah : 208].

Jadi hakekatnya seluruh muslim adalah dai yang berkewajiban dakwah Islam. dakwah berakad hanya kepada Allah, bukan kepada manusia. Seorang muslim harus terus berdakwah meski tidak direkomendasikan oleh pemerintah, sebab dakwah adalah perintah Allah. Hingga setiap muslim melayakkan diri sebagai muslim terbaik.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. [QS Ali Imran : 110].

Tanpa bermaksud menghadap-hadapkan antara dakwah dengan pemerintah, sebab dalam pandangan Islam, pemerintah adalah obyek dakwah dan muhasabah. Namun rilis mubaligh terekomendasi kemenag semestinya tidak perlu dikeluarkan. Sebab keputusan ini akan menimbulkan berbagai polemik baru, di tengah kompleksitas polemik bangsa yang kian runyam.

Oleh karena itu wahai kaum muslimin, jadilah dai-dai agama Allah yang direkomendasikan al Qur’an. Yakni dai yang mendakwahkan Islam, menolong agama Allah dengan hikmah, mau’idhoh hasanah dan mujadalah bil ma’ruf. Layakkan setiap diri kita seperti Rasulullah, para sahabat, para imam mazhab dan para ulama pejuang.

Jika dalam sejarah, dakwah Rasulullah justru dijegal oleh rezim kafir Quraisy dengan berbagai fitnah, ancaman, persekusi hingga boikot adalah sebuah cermin agar kita bisa berkaca. Berkaca bahwa dakwah Islam akan dihadapkan dengan resiko dan bahkan akhlak mulia seorang dai tidaklah menghilangkan resiko itu.

Contohnya ya Rasulullah dan para sahabat. Rasulullah berdakwah dengan susah payah dari sendirian hingga beberapa orang, dari urusan pribadi hingga urusan sosial, dari urusan mendirikan sholat hingga mendirikan daulah Madinah.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [QS Al Ahzab : 21].

Tanpa bermaksud merendahkan atau memuji mubaligh siapapun, namun tak berlebihan jika kita semua berharap ada dalam daftar dan catatan Allah sebagai hamba-hamba yang sholeh yang terpilih. Sebagaimana firman Allah :

Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya´qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” [QS Sad : 45-47].

Jadi tetaplah semangat berdakwah untuk kejayaan Islam di Indonesia maupun di seluruh dunia. Meski nama kita tak tercantum dalam daftar kemenag. Semoga Allah berkenan merilis nama kita sebagai penolong dan penegak agamaNya kelak di akherat dan direkomendasikan Rasulullah sebagai penghuni surga atas ridhaNya. [mc]

KotaHujan,19/05/18 : 14.50 WIB.

*Ahmad Sastra, Forum Doktor Islam Indonesia.