Nusantarakini.com, Jakarta – Banyak yang penasaran dengan sosok Luhut Panjaitan. Mengapa menteri Jokowi yang satu ini kerap mengambil langkah tidak populer di mata masyarakat, namun kedudukannya di dalam kekuasaan rezim tetap tak terusik.
Baru-baru ini dia mengeluarkan pernyataan akan menawarkan 4000 pulau ke asing untuk dikelola. Mumpung 4000 pulau itu belum bernama, oleh Luhut silakan kasi nama bagi asing yang mau kelola.
Tentu saja hal ini menimbulkan reaksi keras dari publik. “Emang pulau-pulau itu punya nenek moyang, lu,” kata salah seorang warga.
Sebelum itu, dia juga pasang badan di tengah kecaman keras masyarakat terhadap proyek reklamasi. Ketika isu panama papers mencuat, nama perusahaannya juga ikut disebut-sebut. Seterusnya saat ribut kasus papa minta saham freeport, namanya juga muncul. Hingga kemudian dia menggelar konferensi pers untuk menyangkal.
Powerfullnya menteri Luhut menimbulkan rasa penasaran bagi warga. Siapa sebenarnya sosok ini?
Luhut memulai debutnya di pemerintahan ketika Abdurrahman Wahid menjadi Presiden. Dia menempati pos Menteri Perdagangan. Sebelumnya dia menjabat duta besar di Singapura, suatu negara yang hidup dari jaringan perdagangan internasional.
Menurut Tempo, di sana dia berteman dengan Antony Salim, pewaris kerajaan bisnis Salim Group, konglomerasi terbesar di Indonesia. Tetapi dari Singapura pula pria Batak kelahiran Samosir, 28 September 1947 ini bertemu Reuven Horesh, Direktur Jenderal Kementerian Perdagangan dan Industri Israel di Jakarta pada Januari 2001.
Sebelum pertemuan bocor, Israel sempat menyebut telah tercapai kesepakatan penting: “Pemerintah Indonesia berjanji akan mencabut larangan perdagangan langsung.”
Tatkala kemudian dia menjabat Menteri Perdagangan di era Gus Dur, menurut Republika, Indonesia sempat secara resmi menjalin hubungan dagang. Akibatnya buah-buahan Israel membanjiri pasar Indonesia.
Memang hubungan Gus Dur dengan dia memiliki cerita tersendiri. Mungkin karena alasan keunggulan komparatif antar masing-masing kelompoklah sehingga hubungan di antara keduanya memiliki arti tersendiri. (sdp)
