Nusantarakini.com, Bekasi – Kasihan kita sama orang Islam yang saling memojokkan satu sama lain. Padahal istilah yang digunakan untuk memojokkan kelompok Islam bukan hasil olahannya, tapi minjam dari orang-orang asing yang memang nggak suka Islam eksis di dunia ini. Maunya mereka Islam yang ada harus sesuai selera dan perintah mereka.
Misalnya, Hizbut Tahrir Indonesia dan PKS dipojokkan oleh KH. Agil Siraj dengan sebutan Islam transnasional. Dari mana dia dapat istilah yang membingungkan itu? Tidakkah dia bercermin bahwa memang Islam itu transnasional? Kalau dimensinya lokal doang, bukan Islam mah namanya.
Jadi KH. Agil Siraj sudah benar mendefinisikan bahwa ada Islam transnasional, walaupun istilahnya minjam dari asing. Kenapa asing? Ya jelas, kata ‘trans’ itu bahasa asing. Kata ‘national’, apalagi, sami mawon.
Cuman definisinya dia masik kurang tepat. Yah namanya juga minjam sudut pandang orang asing, mana mungkin tepat.
Yang tepat adalah…bahwa Islam itu tidak saja bersifat transnasional, tapi juga transdunia akhirat. Kenapa? Sebab Islam ini memberi tuntunan bagaimana hidup yang tepat sesuai petunjuk Allah selama di dunia maupun menghadapi kelak di akhirat. Hari dimana KH. Agil Siraj ditimbang amal perbuatannya. Jokowi diperiksa dosa-dosa dan pahalanya. Tentu saja penulis yang dlaif ini pun tidak luput di-BAP oleh Yang Maha Kuasa.
Jadi nggak perlu pusing dengan istilah-istilah majhul dari orang-orang di atas dunia yang fana ini. Kerjakan amal saleh masing-masing. (sed)