Nusantarakini.com, Jakarta –
Manuver Hary Tanoe untuk menembus basis suara umat Islam melalui pesantren, makhirnya makin ramai. Setelah dikecam banyak netizen, kali ini yang bereaksi langsug adalah Mahfud MD. Mahfud MD sendiri didapuk menjadi salah satu anggota Dewan Pembina. Ketua Umum Pengurusnya yaitu Hary Tanoe sendiri.
Bukannya memilih menjelaskan dengan lembut, Mahfud terkesan emosional. Begini penjelasannya.
Ada yang menanyakan, betulkah saya ikut menjadi Pengurus Yayasan Peduli Pesantren Indonesia (YPPI) yang dipimpin Pak HT. Saya pastikan bahwa betul saya ikut jadi pengurus yakni sebagai anggota Dewan Pembina.
Selama ini saya juga banyak ikut mengurus yayasan-yasasan yang bergerak dalam pendidikan, dakwah, dan sosial kemasyarakatan. Saya mengurus dua yayasan perguruan tinggi, saya menjadi Pengurus Yayasan Takmir Masjid, saya juga ikut dalam dua yayasan yang dikembangkan oleh keluarga Almarhum Gus Dur. Semuanya untuk pengabdian. Tak ada politiknya.
Ada yang menanyakan juga, mengapa saya ikut yayasan yang dipimpin oleh politikus seperti HT? Maka saya balik bertanya, memangnya mengapa kalau saya ikut. Itu kan yayasan, bukan perusahaan dan bukan partai politik. Secara hukum yayasan adalah lembaga amal sosial yang bersifat nirlaba, pengurusnya tidak mendapat gaji .Yayasan ini akan menghimpun dana yang legal secara hukum dan halal secara syar’ie. Nanti dananya akan diberikan sebagai bantuan untuk pengembangan pesantren-pesantren yang masih lemah.
Atas pertanyaan, bagaimana mulanya saya bergabung maka jawaban saya simpel saja. Saya dihubungi dan diminta bergabung dalam sebuah yayasan yang bergerak untuk memajukan pondok pesantren. Saya tanya, siapa saja yang akan bergabung, dijawab bahwa selain HT juga ada Gus Solah (KH Salahuddin Wahid- red), Hajriyanto J. Thohari, Ainurrofiq, Aqil Siraj, dan lain-lain. Oh, banyak orang-orang baik bergabung, maka saya bergabung tetapi tidak di eksekutifnya.
Alasan yang lebih spesifik (saya bergabung – red) adalah karena saya adalah lulusan pesantren. Pernah hidup beberapa tahun di pesantren dengan fasilitas yang sangat minim, ustadz-ustadznya tidak dibayar, bahkan terbelakang dalam banyak hal. Padahal pesantren sangat besar perannya untuk membangun bangsa dan negara kita dengan bibit ungggul yang dimilikinya. Waktu kecil saya dulu digembleng di pesantren-pesantren yang terbelakang seperti itu. Sampai sekarang masih banyak pesantren-pesantren yang seperti itu. Maka itu saya bergabung.
Adakah yang mempersoalkan keikutsertaan saya di YPP? Ada beberapa yang bertanya dengan nada tak setuju. Di media sosial ada yang nyinyir. Katanya YPP hanya tunggangan politik HT. Ada juga yang menngatakan seharusnya mencari dana dari orang-orang muslim saja. Menurut saya tak ada keharusan mencari dana dari orang muslim saja untuk pesantren. “Di antara kita ini sering ada yag ngomong kita harus menggalang dana dari kalangan Islam sendiri tapi giliran disuruh menyumbang atau diminta ikut mencari tidak mau atau tidak bisa”. Padahal dana yayasan itu legal dan halal.
Atas pertanyaan tentang bagaimana kalau nanti benar-benar dijadikan tunggangan politik, maka saya katakan tidak akan bisa. Kalau yayasan disalahgunakan bisa dibubarkan. Lagi pula bagaimana caranya yayasan dijadikan tunggangan politik? Yayasan harus dipertanggungjawabkan secara hukum kepada negara dan secara moral kepada rakyat.
Harus diingat pula bahwa politikus maupun parpol dengan caranya sendiri banyak juga yang membantu pesantren pada event-event politik, masak yayasan tidak boleh? Yang penting pesantren bisa tetap bebas memilah dan memilih sendiri mana yang akan didukung dari sekian banyak penyumbang.
Sumbangannya diterima saja. YPP ini tujuannnya baik untuk ikut memajukan pesantren. Kalau melenceng, ya saya luruskan atau saya tinggalkan! (sed)