Nusantarakini.com, Jakarta –
“Siapa menabur angin, akan menuai badai”. Pepatah ini nampaknya berlaku juga untuk Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Dari beberapa kebijakannya yang dirasa merugikan warganya mendapat respon balik yang cukup telak kepadanya.
Puncak dari kekesalan warga Ibu Kota Jakarta terlihat kemarin, saat ribuan warga Luar Batang Jakarta Utara menggelar unjuk rasa besar-besaran di depan Balai Kota DKI, Jakarta, Selasa (3/5/2016).
Aksi massa yang dilakukan oleh Aliansi Masyarakat Jakarta ini mengaku kesal dan muak melihat jalannya pemerintahan Pemprov DKI yang saat ini dipimpin Basuki T Purnama (Ahok).
Dengan lantang, dalam orasinya, Jamran, koordinator aksi, menuntut agar Ahok mundur dari kursi DKI-1. “Saatnya pribumi melawan. Turunkan Ahok sekarang juga!,” katanya.
Sementara Ketua Umum Barisan Relawan Nasional, Edysa Girsang, alias Eki, menjelaskan, polemik sosial muncul akibat gaya kepemimpinan Ahok yang arogan serta semena-mena dalam mengambil kebijakan tanpa memperdulikan rakyat kecil. Hal ini, kata Eki, telah melupakan nilai-nilai demokrasi serta pancasila yang merupakan landasan serta pedoman hidup di Negara Ini.
“Aksi demontrasi dari Jakarta Utara menuju Balaikota Jakarta merupakan bentuk amarah warga yang memuncak karena merasa hak-hak nya sebagai warga Negara telah dirampas dengan semena-mena,” kata Eki.
Seperti yang dimuat laman Kompas, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku mendapatkan laporan bahwa Lurah Penjaringan Suranta dan anggota satpol PP dipukuli oleh warga Luar Batang saat jajaran pejabat Pemprov DKI berkunjung ke lokasi tersebut, Senin (2/5/2016) malam.
Ia menyebut, salah seorang satpol PP bahkan terluka akibat pemukulan itu.
“Saya sudah dapat laporan lengkapnya. Malahan, ada satpol PP yang dipukul (sampai mendapat) lima jahitan. Lurahnya juga dipukul,” ujar Ahok di Balai Kota, Selasa (3/5/2016).
Kunjungan pejabat Pemprov DKI ke Luar Batang dipimpin Sekretaris Daerah Saefullah.
Dalam kunjungannya itu, salah seorang perwakilan warga, Mansur, mengatakan bahwa kedatangan Saefullah dan rombongannya mendapatkan penolakan dari warga.
Sementara menurut salah seorang Aktivis 98 yang giat memberikan advokasi terhadap Warga Luar Batang, Wignyo Prasetyo, menceritakan bahwa suasana di Jalan Gedung Panjang, Luar Batang, seberang Rumah Duka, malam tadi 2 Mei 2016, agak ramai warga. Warga merespon kedatangan Lurah, Camat dan Plt Walikota Jakut. “Menurut info, sempat ada insiden kecil Plt Walikota Jakarta Utara dan Satpol PP kena pukul warga. Lurah dan Camat sempat menyelamatkan diri”, kata Wingyo.
Sementara anggota masyarakat sipil peduli penggusuran yang juga Aktivis 98 lainnya, Zeng Wei Jian menyayangkan kedadatangan Lurah dan Camat yang nekat juga berani datang ke sana. Selama proses sebelum penggusuran anarki di Kampung Aquarium, merekalah perpanjangan tangan Gubernur Ahok. Mereka menipu warga dengan berkali-kali bilang tidak akan digusur. Bahkan sampai sehari sebelum Satpol PP datang, Camat masih mengatakan tidak digusur. Itulah makanya warga tidak sempat selamatkan harta milik mereka. Jadi wajar kalau mereka marah. Saya bisa memahami sikap warga. Tidak bisa dibayangkan bila Ahok datang tanpa pengawalan di sana.
“Ahok membahayakan jiwa jajaran Pemda. Saya kira ini situasi yg abnormal. Adakah di daerah lain kasus semacam lurah, camat dan sekda sekaligus nyaris mati dihakimi oleh warganya sendiri? Ini jelas contoh kegagalan Ahok sebagai pemimpin provinsi”, pungkas Zeng.
Sekian lama merasakan kedzaliman Ahok, akhirnya kemarahan warga Jakarta terutama warga korban penggusuran di Luar Batang terhadap kebiadaban Ahok makin memuncak. Hal ini berimbas pada penyerbuan Posko Teman Ahok di kalibata, seperti yang diberitakan repelita.com.
Dalam aksi unjuk rasa para warga korban penggusuran hari ini, Posko Teman Ahok di daerah Kalibata Jakarta Selatan diserbu oleh warga, lalu spanduk poskonya diturunkan dan kemudian dibakar oleh warga Jakarta.
(*MC)
Foto: Zeng Wei Jian