Nusantarakini.com, Jakarta-
Pagi hari ini, Rabu, 20 Juli 2016, korban penggusuran Pemprov DKI Jakarta dari Kampung Aquarium, Kamal Muara, Tanah Merah, Pasar Ikan Luar Batang, dan korban-korban penggusuran lainnya melakukan aksi long march ke istana untuk menagih janji presiden dan mengajak presiden untuk melawan penggusuran.
Aksi long march ini juga didukung oleh Jaringan Nasional Indonesia Baru (JNIB), Komunitas Masyarakat Tionghoa Anti Korupsi (Komtak), Ratna Sarumpaet Crisis Center (RSCC), Badan Relawan Nasional (BRN), Edysa Girsang (Bacagub DKI) dan beberapa elemen organisasi massa lainnya yang anti penggusuran.
Setelah melalui negosiasi yang cukup panjang untuk bisa melakukan aksinya di depan istana presiden, akhirnya delegasi aksi long march diterima oleh Kantor Staf Presiden (KSP). Delegasi diwakili oleh Wignyo Prasetyo (JNIB), Ratna Sarumpaet (RSCC), Lieus Sungkharisma (Komtak) dan beberapa warga Kampung Akuarium, di antaranya Edy Ruliyanto dan Tedi.
“Kami semua kompak untuk menuntut ganti rugi (kerohiman) untuk Pasar Ikan yang digusur. Selain itu juga rehabilitasi untuk rakyat korban penggusuran”, kata Wignyo yang didapuk sebagai juru bicara delegasi.
Lebih lanjut Wignyo mengatakan, Kantor Staf Presiden akan menyampaikan undangan ini ke Presiden langsung untuk tanggal 29 Juli, dimana warga Aquarium akan mengadakan perhelatan rakyat korban penggusuran Pemprov DKI Jakarta.
“Yang terpenting adalah bahwa tuntutan kepada pemerintah untuk ganti rugi kepada warga yang tergusur, warga akuariuam 314 KK, dan rehabilitasi bisa terpenuhi,” pungkas Wignyo.
Sedangkan menurut Ratna Sarumpaet, konsep yang dulu dikampanyekan Jokowi sudah bagus, yakni tak ada penggusuran, yangg ada adalah penataan. “Kalau itu dijalankan, rakyat akan senang tak ada yg tergusur,” kata Ratna (*mc).