Nusantarakini.com, Jakarta –
Sejak Jokowi menandatangani kerjasama investasi dengan RRC, isu serbuan pekerja China makin hangat. Tendensi nasionalistik anti China makin memanas di dalam masyarakat.
Segolongan politisi memanfaatkan isu anti China ini untuk keuntungan popularitas agenda mereka. Mereka tampaknya mendapatkan momen terbaik untuk mengalihkan dukungan rakyat kepada mereka sekalipun di dalamnya penuh tipu muslihat.
Mereka menyokong setiap kampanye anti China, tetapi dengan sangat pengecut tidak siap mengambil posisi sebagai penyambung aspirasi rakyat untuk disampaikan secara langsung kepada pihak-pihak yang berwenang, seperti Presiden, Menkopolhukam, Menlu maupun Menaker.
Dari dulu sifat hipokrit para politisi yang bersembunyi di balik isu panas senantiasa banyak berkeliaran di dalam masyarakat. Yang seharusnya mereka lakukan adalah menyalurkan aspirasi rakyat, justru mengobarkan rasa kecewa dan kebencian di dalam masyarakat. Padahal secara diam-diam mereka biasanya saling sapa dengan rival politik mereka di pemerintahan.
Isu serbuan tenaga kerja RRC merupakan konsekwensi logis skema investasi China di Indonesia. Bahkan sejak era Soeharto dan SBY, ribuan tenaga kerja China telah malang melintang di Indonesia. Sebagian karena alasan efesiensi, sebagian lagi karena alasan afinitas kultural dengan para owner pabrik atau proyek yang memang kebanyakan adalah orang China.
Yang penting adalah bagaimana investasi China tersebut dapat dipastikan memberi akibat kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya di lingkungan investasi China itu beroperasi. Hal semacam ini merupakan tugas pemerintah dan politisi tersebut untuk mewujudkannya, bukannya malah mengeksploitasi isu serbuan tenaga kerja China tersebut untuk keuntungan politik.
Sangat jahat apabila rakyat yang butuh kesejahteraan dibenturkan dengan tenaga kerja China, apalagi jika sampai darah tumpah, sementara para politisi tersebut menonton dan mengeksploitasi untuk popularitas agenda politik mereka. Padahal urusan isu ini berada di tangan Presiden Jokowi sebagai pihak yang mengundang investasi China di Indonesia. China sendiri hanyalah pihak yang diundang, lalu mengapa mereka disalahkan? (sed)