Nusantarakini.com, Jakarta – Siapa suruh berlagak majikan di Jakarta. Ahok kira dengan berkuasa sebagai Gubernur, masyarakat akan diam dan menjadi penurut kepadanya. Ternyata, sebaliknyalah yang terjadi.
Sudah menjadi hukum alam, seberapa besar gaya yang ditekankan kepada sesuatu, maka sebesar gaya itu pulalah yang akan kembali menolak. Bahkan, gaya tolak itu bisa lebih besar ketimbang gaya tekan.
Nah, Ahok yang mencoba melancarkan tekanan psikologis kepada masyarakat Jakarta dengan cara menggusur di sana-sini, sekarang menghadapi tekanan balik berupa aksi penolakan terhadap dirinya. Sungguh malang nasib Ahok.
Setelah beberapa waktu lalu saat mengunjungi suatu tempat di Jakarta dihujani batu oleh warga, kini kembali aksi kreatif warga melampiaskan amarah kepadanya.
Seperti yang terekam dalam video tautan ini, tradisi bangunin sahur warga kini sudah diisi dengan seruan tolak Ahok. Bayangkan jika sahur saja warga menyerukan penolakan terhadap Ahok, bagaimana di siang harinya.
Itulah, jika berkuasa jangan menganggap diri majikan apalagi CEO Jakarta seperti pengakuan Ahok di tayangan yang bikin muak warga: Mata Najwa.
Kalau dia merasa majikan, berarti aparat dan warga mungkin dianggapnya sebagai babu dan budaknya? Siapa pula yang mau jadi babu dan budak Ahok yang asal-usulnya saja pendatang dari negeri jauh. Kalau Ahok menganggap dirinya CEO Jakarta, jangan-jangan dia memandang Jakarta seisinya adalah perusahaannya dan warga adalah buruhnya.
Hanya orang goblok yang mau diperlakukan orang seperti Ahok begitu.
https://www.youtube.com/watch?v=nYXzKHyVCxw