Nusantarakini.com, Jakarta. Karir politik Fahri Hamzah di Keadilan Sejahtera (PKS) akhirnya wasalam. Sidang ketiga Majelis Tahkim pada 11 Maret 2016 memutuskan memberhentikan Fahri Hamzah dari semua jenjang keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) alias dipecat. DPP PKS sendiri tidak secara rinci menyebutkan alasan-alasan mengapa Fahri dipecat.
Banyak pihak menilai alasan pemecatan Fahri Hamzah tidak adil. “Fahri adalah korban standar ganda PKS” sebut Dendi Susianto, direktur riset dari lembaga analisa politik dan kebijakan, ANAPOL. Menurut Dendi Susianto, saat ditemui reporter NusantaraKini.com, kebijakan PKS terhadap Fahri mengandung aroma like and dislike yang sangat kental.
Bila alasannya sikap Fahri selama ini telah memperburuk citra partai, juga dianggap Dendi Susianto tidak masuk akal. Dendi Susianto membandingkan dengan kasus kader PKS lainnya, Gatot Pujo Nugroho, Gubenur nonaktif Sumatera Utara, yang divonis 3 tahun penjara karena kasus korupsi. “Kasus Gatot jelas-jelas telah mencoreng citra partai, tapi DPP PKS membiarkannya”, jelas Dendi Susianto. Lebih parah lagi bila dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada bekas Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishak, yang divonis 16 tahun penjara karena melakukan korupsi politik. “Tindakan LHI jelas sekalin telah merusak citra partai, tapi sekali lagi DPP PKS tidak melakukan pemecatan..”, sambung Dendi Susianto. “Kalau mau adil dan konsekuen, Gatot Pujo dan Luthfi juga dipecat”, tegas Dendi Susianto.
Menurut Dendi Susianto, kedepan PKS mungkin harus memisahkan antara gerakan tarbiyah dan gerakan partai. Sebab, logika tarbiyah yang cenderung mendidik dan saling menasehati akan sering berbenturan dengan logika politik yang saling berebut pengaruh dan menyalahkan. Sikap Fahri secara logika politik mungkin bisa disalahkan dan tidak bisa diterima. Sebaliknya, dalam logika tarbiyah, tindakan fahri masih bisa ditolerir, jelas Dendi Susianto. Dengan pembagian gerakan ini, PKS tidak akan terjebak dengan perselisihan internal yang bisa melemahkan. Dengan pembagian gerakan ini, PKS akan bisa fokus untuk memperluas spectrum dukungan politiknya, papar Dendi Susianto. (*Mayang Kemuning)