Amerika Tidak Terima! DeepSeek dan Qwen Menyerang, Kini AS Melawan Balik!

“Setelah pukulan telak dari China, Amerika tak tinggal diam. AI jadi medan pertempuran baru!”
Nusantarakini.com, Jakarta –
Kita nampaknya sedang disuguhi tontonan gratis perang teknologi yang luar biasa.
Amerika vs China.
Bukan lewat perang dagang. Bukan lewat senjata. Tapi lewat AI! (Artificial Intelligence)
Setelah pukulan telak dari China, yang membuat pasar saham Amerika Serikat (AS) limbung, kini AS balik menyerang.
Senjata andalan China, DeepSeek dan Qwen, telah mengguncang dunia teknologi. Amerika yang selama ini nyaman di puncak dominasi AI, kini terpaksa bergerak cepat untuk merebut kembali tahta.
Kita sebagai penonton justru diuntungkan.
Perang ini membuat teknologi super canggih, yang biasanya hanya bisa dinikmati di lab-lab rahasia Silicon Valley atau Beijing, kini diobral gratis.
Semua demi satu hal: unjuk kekuatan!
Tulu 3405B vs DeepSeek: Siapa Lebih Unggul?
Amerika tidak tinggal diam. Mereka melemparkan Tulu 3405B, model AI terbaru yang open-source, untuk menantang DeepSeek dari China.
Apa kehebatannya?
° Lebih Hemat Sumber Daya
Tulu 3405B hanya membutuhkan 256 GPU dalam 32 node untuk dilatih.
DeepSeek? Butuh ribuan GPU Nvidia H800!
Artinya, Tulu lebih efisien, lebih hemat biaya, tapi tetap bisa bersaing.
° Terbuka untuk Semua
DeepSeek dikembangkan dalam ekosistem tertutup China.
Tulu 3405B? Open-source! Siapa saja bisa mengunduh, memodifikasi, dan menggunakannya. Gratis.
° Metode Pelatihan yang Lebih Canggih
Tulu menggunakan RLVR (Reinforcement Learning with Verifiable Rewards) yang meningkatkan kemampuan AI dalam memahami logika kompleks.
Sedangkan DeepSeek masih mengandalkan metode konvensional, yang meskipun kuat, lebih boros sumber daya.
° Hasil Benchmark? Tulu 3405B Tidak Kalah!
DeepSeek memang lebih dulu menggebrak, tapi Tulu 3405B RLVR kini menyusul dalam berbagai tes kinerja.
Dari logika, pemecahan masalah, hingga keamanan data—Tulu membuktikan diri sebagai pesaing serius.
Tapi pertanyaannya sekarang: Apakah kita hanya puas jadi penonton?
Apakah kita hanya menikmati teknologi ini sambil mengalirkan data-data sensitif ke Amerika dan China?
Atau, bisakah kita hadir sebagai pemain?
Minimal, melindungi kedaulatan data nasional kita.
Perang teknologi ini mungkin gratis untuk ditonton, tapi bagi yang sadar, ini adalah sinyal untuk bangkit dan bergerak! [mc]
*Agus M Maksum, Praktisi IT.
