Opini

Kiprah NED di Tiongkok dan Indonesia

Nusantarakini.com, Jakarta –

National Endowment FOR Democracy (NED) adalah sebuah lembaga non pemerintah Amerika Serikat (AS) yang dibentuk tahun 1983 di Capitol Hill Washington atas inisiatif Pemerintah Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk mempromosikan Demokrasi Liberal ciptaan AS ke negara-negara lain di seluruh dunia. Antara lain dengan cara mempromosikan ke lembaga-lembaga demokratik; seperti kelompok politik, serikat buruh, ormas dan pasar bebas.

Tapi alih-alih mempromosikan demokrasi, justru yang dipromosikan AS lewat NED itu disebut sebagai “Polyarchy,” sebagaimana disebut Profesor William Robinson dari University of California.

Atau lebih tepat disebut proyek pendirian Rezim Neoliberal yang memungkinkan semakin terintegrasi suatu negara ke dalam sistem kapitalis global. Dan akan menyingkirkan yang berpotensi mengancam dominasi AS di seluruh dunia dengan cara apapun dan di manapun, PAX AMERICANA.

Menurut Prof William Robinson dalam Democracy or polyarchy (25/9/2007), negara demokratis menurut AS adalah negara Pro Neoliberal sekaligus berpihak kepada kepentingan AS. Dengan memberi keuntungan buat bangsa AS di manapun dan kapanpun.

Apabila muncul potensi yang mengancam hegemoni dan dominasi PAX AMERICANA atau muncul negara yang ingin melepaskan diri atas dominasi kapitalis global, maka AS akan memberi lebel sebagai negara anti demokrasi (bid’ah). AS tidak akan segan-segan melancarkan program destabilisasi untuk merongrong mereka dengan beragam dalih palsu. Termasuk dengan menggunakan isu pelanggaran HAM, embargo ekonomi, dan berbagai sanksi yang semena-mena.

Dan AS juga tidak segan-segan melakukan penghancuran dari dalam yang memungkinkan munculnya perang saudara. Atau penghancuran ekonomi yang berdampak krisis ekonomi, sehingga muncul destabilitas yan memungkinkan penggantian rezim yang pro neoliberal.

Setidaknya ada tiga tingkatan lembaga yang digunakan AS untuk mempromosikan Neoliberal. Yang tertinggi adalah Gedung Putih, Deplu AS, Pentagon, badan intelijen CIA, USAID agen pembangunan internasional AS dan beberapa cabang Departemen Luar Negeri AS.

Mereka inilah yang menjadi majikan atau penyokong untuk mengucurkan dana yang besar kepada lembaga semacam NED. Untuk digunakan mendiskreditkan negara yang menjadi target penghancuran karena dianggap menghalangi kepentingan PAX AMERICANA.

Konspirasi CIA, NED sejak berakhir perang dingin telah menghancurkan lusinan negara dan membuat jutaan manusia jatuh dalam penderitaan yang berkepanjangan. Dan membunuh jutaan manusia, membuat jutaan anak-anak menjadi yatim piatu hanya untuk kepentingan PAX AMERICANA.

Inilah bentuk penjajahan di abad modern.

Kejahatan NED di Tiongkok dan Indonesia

Lembaga NED menggelontarkan dana yang besar untuk beberapa organisasi di Xin Jiang, Tiongkok, misalnya: World Uighur Congress (WUC). Mengaku pengadilan independent dan menuduh serta memfitnah Tiongkok melakukan genosida terhadap suku Uighur di Xin Jiang.

Mengutip laman NED (25/2/2021), pada tahun 2020 NED menggelontarkan USD 400.000 kepada WUC untuk digunakan melakukan advokasi regional maupun internasional tentang issue Uighur. Dana tersebut juga digunakan untuk memonitor, mendokumentasikan dan propaganda pelanggaran HAM di Xin Jiang, Tiongkok.

Sejak tahun 2016-2019 dilaporkan NED telah menyuntikkan dana sebesar 1,3 juta USD kepada WUC.

Ini belum termasuk sokongan yang diberikan Kepada lembaga diaspora lainnya, misalnya :
Uighur Human Rights Project. 
– Uighur Refugee Relief Fund.
– Campaign for Uighur Incorporated, dll.

CIA Lawrence Wilkerson pada Agustus 2018 mengatakan CIA ingin menggoyahkan stabilitas Tiongkok. Menurutnya, cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan menciptakan kekacauan di Tiongkok dengan memanfaatkan orang-orang Uighur sendiri.

Dengan bergabungnya mereka untuk memprovokasi Beijing, maka itu bisa menggoyang Tiongkok dari dalam. Tanpa perlu menggunakan kekuatan dari luar. Hal ini dinyatakan sendiri oleh Allen Weintein, Co-Founder NED kepada Washington Post (22/9/2021).

Banyak hal yan telah dilakukan NED hari ini, yang dulu dilakukan CIA secara sembunyi-sembunyi dan untuk menyukseskan misinya: “Kita berbohong, kita curang, kita mencuri,” tegas Mike Pompeo, mantan Direktur CIA dan mantan Menlu AS era Donald Trump.

 

Dasar utama pemerintah AS menuduh Tiongkok melakukan genosida terhadap Muslim Uighur

Adalah UIGHUR TRIBUNAL yang dihelat di Inggris, belum lama ini, pengadilan yang digagas oleh Doikun Isa selaku Ketua WUC. Mengaku dirinya sebagai pengadilan independen, namun dibiaya NED.

Dan juga berdasarkan penelitian Adrian Zen, yang bekerja di Victim of Communism Memorial, lembaga yang punya andil besar dalam pembendungan AS terhadap Uni Soviet semasa Perang Dingin.

Adrian Zen menemukan data-data kependudukan Pemerintah Xin Jiang ditelitinya, bahwa penduduk Uighur mengalami penurunan drastis sejak tahun 2018. Penyebabnya adalah kebijakan pengendalian kelahiran pemerintah Tiongkok yang diterapkan secara terstruktur, masif dan sistematis kepada Suku Uighur sehingga bisa dikategorikan sebagai genosida.

Atas dasar itu Pemerintahan Joe Biden secara resmi menandatangani UU baru yang melarang perusahaan AS untuk tidak mengunakan produk dari Xin Jiang maupun tenaga kerjanya. AS juga menjatuhkan sanksi pada apa yang mereka sebut kerja paksa di wilayah Xin Jiang.

Progam pengetatan kebijakan angka kelahiran (JI HUA SHENG YU–Keluarga Berencana, red) di Tiongkok dalam beberapa dekade ini memang berhasil menekan angka kelahiran. Tapi bukan hanya suku Uighur saja, tapi berlaku untuk seluruh rakyat Tiongkok termasuk Suku Han sebagai suku mayoritas.

Justru suku minoritas diberi kebijakan khusus untuk bisa memiliki dua anak, sedangkan Suku Han sebagai suku mayoritas tidak diberi kebijakan dua anak alias hanya boleh memiliki satu anak. Akibatnya prosentase kelahiran Suku Uighur jauh lebih tinggi dari Suku Han.

Dari tahun 2000-2020 populasi Suku Uighur dari 8,346 juta naik menjadi 11,624 juta, rata-rata kenaikan 1,72%. Sedangkan Suku Han hanya 0,83%.

Ini yang dikatakan hasil penelitian Andrian Zen yang menyimpulkan terjadi genosida terhadap Suku Uighur????

Tahun 2014 Presiden Tiongkok, Xi Jin Ping, mencanangkan progam Nasional untuk pengentasan kemiskinan dengan pendirian kamp-kamp pelatihan ketrampilan kerja untuk mengasah ketrampilan kerja (skill), semacam Balai Latihan Kerja (BLK) di Indonesia.

Kamp pelatihan ketrampilan kerja Tiongkok menurut AS sebagai kerja paksa????

Sehingga benang merahnya adalah bahwa tuduhan genosida maupun kerja paksa terhadap Suku Uighur Xin Jiang di Tiongkok adalah HOAX dan kebohongan besar yang dilakukan NED dan CIA. Sebenarnya adalah propaganda untuk mendeskreditkan Tiongkok, untuk menahan kebangkitan Tiongkok dengan cara apapun dan di manapun.

Kiprah NED di Indonesia

Telah lama NED berkiprah di Indonesia untuk menjaga kepentingan Pax Americana dengan membiayai ormas-ormas radikal yan berseberangan dengan pemerintah.

Bahkan para politisi yang tidak berwawasan, partai politik yang mementingkan kepentingannya sendiri sehingga rela menjadi antek yang berkhianat terhadap kepentingan mendasar dari NKRI. Mereka itulah yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk membela kepentingan Pax Americana.

Banyak kejadian intoleran, radikalisme dan terorisme di Indonesia terjadi karena provokator dari kelompok yang telah di-brain wash otaknya. Mereka disokong CIA dan dibiayai NED karena pemerintah Indonesia dibawah Rezim Presiden Jokowi dianggap telah mengusik kepentingan Pax Americana.

Setelah gagal dalam berbagai kejadian radikalisme dan terorisme untuk membuat kerusuhan dengan tujuan penggantian rezim yang pro  Pax Americana, maka rencana berikutnya adalah menyiapkan Presiden Boneka-nya untuk merebut kursi presiden (RI-1).

Untuk tujuan itu, semua elemen yang dibawah kendalinya mereka manfaatkan untuk mengantar Boneka-nya menuju RI-1.

Mereka juga mengerakkan kaum radikal, teroris dan gerakan cyber yang menyebarkan kebohongan yang bernarasi untuk menimbulkan kebencian kepada pemerintah. Berhalusinasi dengan menggambarkan Boneka AS adalah sosok yang hebat dan pantas untuk memimpin Indonesia.

Mereka juga menggunakan agama untuk memunculkan nasionalisme yang sempit, menghasut rakyat agar benci kepada pemimpinnya. Sehingga rakyat tertipu karena merasakan solusinya adalah dengan memilih pemimpin boneka mereka pada Pilpres 2024 yang akan datang.

Setelah berhasil, perusahaan-perusahaan besar milik kapitalis AS akan dengan mudah menguasai kembali sumber kekayaan alam Indonesia.

CERDAS MEMILIH UNTUK MENJAGA SUMBER KEKAYAAN ALAM KITA.

Jakarta, 21 Februari 2023.

*Chen Yi Jing, Pengamat Ekonomi dan Geopolitik. 

Terpopuler

To Top