NUSANTARAKINI.COM _ Kolaborasi berbasis komunitas memerlukan komitmen dalam berbagi pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya. Melalui kolaborasi, maka organisasi akan berkembang dan membesar.
Membangun komunitas kolaboratif berarti menemukan cara baru dan lebih baik untuk kerja sama.
Jaringan Nasional (Jarnas) ABW Kalimantan Selatan juga melakukannya. Sekretaris Jarnas Kalsel, Hj. Nana Maryam Agustina, M.Ks, Psi., mengatakan, pasar terapung ibarat budaya yang melekat di Banjarmasin.
Melihat, perlunya berdaya melalui kolaborasi, Jarnas Kalsel pun menggaet komunitas untuk menjadi sayap Jarnas.
“Dari 30 orang, sekarang sudah 100-an orang. Jadi, mereka menyosialisasikan ke wisatawan dan siapa pun karena memang Banjarmasin ini kota Seribu Sungai. Kami memperkenalkan sosok Anies Baswedan melalui mereka,” kata perempuan yang akrab disapa Nana ini pada Kamis (15/12/2022).
Dia menceritakan, suatu waktu pernah membawa tamu ke pasar terapung. Iseng-iseng, Nana bertanya, “Pilpres 2024, milih siapa?” Mendengar jawaban pedagang akan memilih Anis, Nana merasa sefrekuensi.
Dia pun meminta agar pedagang itu menyosialisasikan Anies di sungai. Akan tetapi, dia blak-blakan nol rupiah alias tidak dibayar.
“Malah dibilang, ‘Apa sih yang ga buat perubahan? Kita sudah merasa tercekik.’ Mereka curhat,” lanjutnya.
Nana melanjutkan, para pedagang mengeluhkan, harga kebutuhan hingga bensin mahal.
“Karena kesejahteraan tidak merata, mungkin bagi pengusaha elit tidak masalah, tapi kan bagi rakyat kecil, buruh harian yang hanya berapa berat sekali,” jelasnya.
Akhirnya, para pedagang di pasar terapung membentuk Jarnas Acil Pasar Terapung. Mereka kemudian mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan pada November lalu.
“Deklarasinya di pasar terapung. Kita datang pakai 3 perahu,” ungkapnya.
Nana mengungkapkan, dia ingin meningkatkan kemampuan para pedagang di pasar terapung.
“Insya Allah, bulan Januari mereka akan diajari pengetahuan bahasa Inggris, bagaimana melayani konsumen, cara mengemas, dan lain-lain. Jadi,Jarnas membuat proposal ke kampus, minta tolong pelatihan untuk mereka,” jelasnya.
Nana melanjutkan, kemampuan bahasa Inggris diperlukan karena wisatawan asing juga datang ke sana.
“Cara berjualannya juga masih tradisional sekali, memang tujuannya bukan untuk wisata, tapi kebudayaan setiap hari. Jadi, setiap jam 5 subuh, mereka berkumpul bawa hasil bumi, terus barter baru ke pasar untuk jualan,” lanjutnya.
Nana membeberkan, adan hal yang menarik yang disampaikan oleh pedagang.
“Pedagangnya bilang, ‘Bu, sejak aku dukung pak Anies, aku berkah lho, bu! Daganganku laku, katanya”, ujarnya.
Nana menambahkan, selain komunitas ibu pedagang di pasar terapung, Jarnas Kalsel juga memiliki sayap lainnya, yakni Jarnas Dangsanak Anies Banua Anam.
Dia menuturkan, Jarnas Dangsanak Anies Banua Anam itu berada di kabupaten dan memiliki kearifan lokal karena kental dengan suku dayak.
“Kami rangkul, mereka pun bergabung di Jarnas,” pungkasnya.