Nusantarakini.com, Jakarta –
Jika ingin ingin melihat mutu moral elit pemerintah, maka lihatlah sikap mereka dalam merespon tenggelamnya dua kapal motor yang nyaris terjadi serentak di Timur dan Barat dari wilayah Indonesia. Seolah keduanya dikirim Tuhan untuk menunjukkan siapa mereka.
Yang pertama bernama KM Sinar Bangun. Mengangkut 280 penumpang. 170 lebih kurang hilang. Diperkirakan mati tenggelam ke dasar danau Toba, terseret seisi kapal. Lokasi di danau Toba, Sumatra Utara. Tempat kelahiran seorang menteri senior, Jenderal TNI Purn Luhut Binsar Panjaitan. Orang terkenal dari Tapanuli saat ini.
Yang kedua, KM Lestari Maju. Mengangkut 139 penumpang. Tenggelam di Selayar, Sulawesi Selatan. Sampai berita ini dibuat, sudah 35 orang dipastikan tewas. Sambil data terus menyusul.
Sulawesi Selatan, tempat kelahiran Jusuf Kalla alias JK. Orang paling top saat ini dari daerah itu.
Baik Luhut maupun JK, terlihat santai saja mendapati dan menghadapi berita tragedi ini. Buktinya, JK malah sibuk sambang sana sambang sini, untuk urusan isu capres. Seolah tak ada yang perlu disediakan.
Luhut lebih ngeri lagi. Saat Ibu Ratna Sarumpaet protes, jangan hentikan pencarian dan pengangkatan penumpang yang tewas, dia malah marah dan ketus. Padahal itu tuntutan yang wajar. Lebih wajar lagi harusnya dia mundur dari pemerintahan dan malu sebagai orang top dari Tapanuli.
Masak alasannya dana. Dana menjamu IMF bertemu di Bali yang habiskan Rp850 miliar bisa dikeluarkan begitu saja. Ini dana negara untuk menangani rakyat tidak dikeluarkan.
Dari situ kita bisa menilai sampai dimana hati nurani masih ada di Indonesia di meja para pejabat tinggi itu. Dari situ kita bisa menilai bahwa negeri ini masih primitif, belum seberbudaya Korsel dan Jepang yang pejabat tingginya langsung nyatakan mundur sebagai konsekwensi moral.
~ Sungai Embun/Komentator Peristiwa