Nusantarakini.com, Solo –
Beberapa lembaga survei telah turun menggelar survei Pilkada Karanganyar. Selain lembaga JSI yang turun dan merilis hasil survei terbarunya beberapa hari lalu, ternyata ada lembaga lain yang baru-baru ini juga menggelar survei, yaitu Lembaga Survei Independen Indonesia (LSI Indonesia).
Berdasarkan rilis survei yang redaksi terima dari LSI Indonesia, nampaknya hasilnya tidak terlalu berbeda dengan hasil survei terbaru dari JSI. Berdasarkan hasil survei LSI Indonesia, elektabilitas paslon Rohadi-Ida (RODA) masih unggul dibanding paslon Yuliatmono-Rober (YURO).
Seperti diberitakan sebelumnya, hasil survei JSI terbaru menyebutkan elektabilitas YURO sebesar 42.6%, RODA 49.7%, sedangkan yang belum menentukan sebesar 7.7%.
Sedangkan hasil survei terbaru versi LSI menyebutkan elektabilitas RODA sebesar 43,8%, YURO 37,6%, sedangkan yang belum menentukan sebesar 18,6%.
Hasil survei terbaru LSI ini tentu sangat mengecewakan pihak YURO dan para pendukungnya di tingkat bawah. Banyak di kalangan internal YURO jadi mulai ragu dan beralih dukungan. Bahkan, beberapa elemen partai pendukung YURO juga sudah menyatakan mencabut dukungan.
Sebenarnya, berbagai usaha sudah dicoba lakukan oleh tim YURO untuk mengatasi tren penurunan elektabikitas ini. Selain melakukan pengeboman sembako di berbagai wilayah, YURO juga sdh mencoba memanfaatkan SKPD dan kampanye hitam menyerang paslon RODA.
Namun berbagai usaha yang dilakukan YURO nampaknya belum bisa mengatasi tren penurunan elektabilitas. Menurut peneliti LSI Indonesia, Syamsu Rizal, tren penurunan elektabilitas YURO disebabkan oleh dua faktor. Pertama, kampanye tidak simpati dari YURO dan isu rekening gendut yang hasil korupsi yang dilakukan oleh Siti Chomsyah, istri Yuliatmono.
Ketika ditanya apa penyebab elektabilitas YURO turun, Syamsu mengatakan, “Pertama, tim YURO melakukan blunder politik dengan mengembangkan kampanye hitam menyerang RODA”. Menurut Syamsu, dengan kampanye hitam ini masyarakat malah menjadi tidak simpatik kepada YURO. Beberapa kampanye hitam yg dilakukan tim YURO yang membuat blunder adalah aksi premanisme, corat-coret, merobek atribut lawan dan pemasangan spanduk yang isinya menghujat lawan. “Ini adalah kedunguan yang dilakukan tim YURO dalam meraih simpati publik”, jelas Syamsu, konsultan politik yang tinggal di Yogyakarta. Menurut Syamsu harusnya YURO menggunakan cara-cara simpatik bukan cara preman untuk merebut hati pemilih.
Foktor kedua yang menyebabkan elektabilitas YURO terus melorot adalah beredarnya isu rekening gendut yang dimiliki oleh Siti Chomsyah, istri Yuliatmono. Isu rekening gendut ini sudah beredar luas dan menjadi perbincangan di masyarakat bawah.
Seperti diberitakan sebelumnya istri bupati, Siti Chomsyah telah dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pasalnya, Siti Chomsyah dituduh menyembunyikan dana milyaran rupiah di sebuah rekening. Jumlah uang yang dimiliki istri Juliatmono ini mencurigakan karena secara rasional gaji Siti Chomsyah sebagai seorang anggota DPRD tidak akan sebesar itu. Ditambah lagi, pada saat pendaftaran paslon di KPU, Yuliatmono juga tidak mengungkapkan keberadaan rekening ini.
Kasus rekening gendut ini diungkap oleh Gerakan Anti Korupsi Indonesia (GAKI), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang anti korupsi. Sebelumnya GAKI telah melaporkan Siti Chomsyah yang merupakan istri calon bupati (cabup) Karanganyar Juliyatmono ini ke Kejaksaan Tinggi (Kejakti) Jateng, Senin (28/5/2018).
Rekening gendut ini diduga kuat sebagai tempat penampungan dari hasil fee sejumlah proyek dan pengadaan tenaga harian lepas (THL) di Bumi Intanpari. Didik menambahkan bahwa penemuan ini merupakan hasil investigasi tim GAKI sejak tahun 2016 hingga 2018. Hasil investigasi GAKI juga menemukan adanya transaksi tak wajar dalam satu bulan terakhir. Kemungkinan besar pencairan dana ini digunakan untuk pembiayaan kampanye Pilkada YURO.
Menurut Syamsu, masyarakat Karanganyar sangat melek informasi dan cukup cerdas untuk menentukan pilihan politik. Dengan informasi ini, pemilih yang sebelumnya mendukung YURO menjadi ragu-ragu dan mengalihkan dukungan. Dan pemilih yang sebelumnya masih pada posisi ragu-ragu jadi akan cenderung memilih RODA.
Untuk mengatasi isu ini, harusnya YURO melakukan banyak klarifikasi ke masyarakat secara simpati. Tapi lagi-lagi, YURO melakukan kesalahan fatal. Bukannya, banyak melakukan klarifikasi, malah lebih banyak menyerang dan menjelekkan lawan. “Yang dibutuhkan masyarakat itu penjelasan yang rinci soal rekening gendut bukan info yang memfitnah lawan,” seru Syamsu saat ditemui redaksi di seputar bunderan UGM.