Nusantarakini.com, Bandung –
Dalam kesendirian, saat semua atribut hidup kulepaskan, saat semua angan-angan kubuang, keinginan sejati yang ada hanyalah saat dimana aku kembali ke haribaan Tuhan, saat aku meninggalkan dunia yang fana yang penuh sibuk dan melelahkan ini yaitu pulang dengan keadaan bersih, tenang, tentram, siap dan tanpa ikatan beban dan dosa-dosa.
Bilapun aku kembali ke alam pra dunia, tanpa berhasil membawa bekal amal saleh yang cukup yang kubuat selama di dunia, setidak-tidaknya aku kembali tidak memikul dosa-dosa yang ditimbulkan oleh sikap dan perbuatanku yang melanggar larangan-larangan-Nya selama di dunia.
Aku rasa aku telah banyak berbuat dosa. Aku rasa banyak pelanggaran atas larangan-Nya telah aku lakukan demi suatu maksud yang sebanarnya tidak berguna bagiku saat mulai menoleh ke arah perjalanan kembali kepada-Nya.
Hiruk-pikuk dunia telah mengacaukan kesadaran dan konsentrasi pikiranku untuk kembali dengan bersih dan baik kepada-Mu.
Tatkala aku datang dan dikirimkan ke dunia yang hiruk-pikuk ini, berada dalam keadaan baik dan suci. Bukankah sepatutnya aku harusnya kembali kepada-Nya dengan baik-baik dan suci pula? Bukan malah berlumur kotoran dosa.
Tentu selama tercebur dan tenggelam dengan kehidupan dunia yang memang penuh kotor dan noda ini, terkena dan tersiram kotor dan dosa sulitlah dihindarkan. Tapi sebenarnya aku dapat saja mencuci percikan noda-noda duniawi itu, dengan senantiasa bertaubat, bertekun ibadah, beramal saleh hingga noda-noda itu terbersihkan oleh Allah dari diriku yang lengah ini.
Sebagai manusia yang terlahir ke dunia, tentu aku tidak akan menyesalinya. Aku tidak saja bertangungjawab membuat perjalanan di dunia bersih dan saleh, tapi juga membuat orang-orang sekitarku juga turut bersih dan saleh. Tentulah tidak patut jika aku hanya memikirkan kebaikan diriku sendiri, walaupun itulah yang pertama dituntut.
Apalagi jika melihat orang-orang kafir dan sesat, orang-orang yang menyangka hidup hanya selesai di dunia saja tanpa melewati suatu sesi pertanggungjawaban di hadapan Tuhan yang memberi nyawa, akal, perangkat hidup. Padahal sebenarnya orang-orang kafir itu hanyalah orang-orang yang kehilangan kesadaran azalinya.
Persangkaan mereka kepada Tuhan, dunia dan diri mereka, sesat dan tidak sesuai dengan ungkapan hati nurani dan akal sehat mereka. Mereka hanya dapat menyadarinya bilamana mereka kembali kepada kesadaran azali.
Mereka yang tersesat dan kafir ini merupakan tanggungjawab sesama untuk menyadarkan mereka agar meninggalkan jalan yang menyesatkan dan menutupi akal sehat mereka.
Bagi mereka tidak terasa ada kesesatan. Memang, kesadaran hanya disadari oleh orang yang sadar sebagaimana tidur baru disadari oleh orang yang bangun dari tidur. Saat dia tidur, apakah dia tahu bahwa dia sedang tidur? Begitu juga kesesatan hanya diketahui oleh orang yang baru keluar dari kesesatan.
Tapi yang terpenting bagiku hari ini ialah bagaimana agar aku kembali kepada-Mu dengan bersih, siap lahir bathin, dan tidak hawatir dengan cadangan amal saleh dan ibadah yang kukumpulkan selama di dunia.
Bila sertifikat dan cum serta daftar karya saja aku begitu tekun mengumpulkan dan mengklasifikasinya, mengapa terhadap amal saleh dan ibadah tidak bisa kukumpulkan supaya aku percaya diri saat menghadapi tibanya ajal?
Ya Tuhan, terimalah taubatku. Mulai hari ini, aku akan mengumpulkan amal salehku, aku akan mendaftarkan dan mengklasifikasi amal saleh dan ibadah apa saja yang besar nilainya di sisi-Mu.
By KYAI EMBUN