Nusantarakini.com, Jakarta –
Ki Permadi meyakini Messiah telah turun, karena Dajjal juga telah hadir di tengah-tengah kita. Messias diperkirakan berusia lebih dari empat puluh tahun. Dalam mimpi spiritual yang dialami Permadi, walaupun terdapat perbedaan, ada tiga nama Messiah, tapi diyakini beliau akan turun di Indonesia. Sehingga peradaban atlantis akan muncul kembali di tanah nusantara atau nusaantara ini.
Sesungguhnya, satrio piningit harus steril dari intervensi kepentingan. Dalam serat Ronggo Warsito, Indonesia di era Jokowi masih masuk pada fase ke enam, satrio pambukaning gapuro. Sementara itu sapu jagat sesungguhnya adalah Semar, tapi Ki Permadi menafsirkan Ki Sapu Jagad sebagai Messias yang akan berperang melawan Dajjal.
Jadi dalam konstelasi Jawa, tugas Ki Sapu Jagad adalah reresik. Sehingga keseimbangan alam kembali lagi yang mana dalam filosofi jawa adalah “alam nagih janji”. Selain Ki Sapu Jagad juga ada peran Nyi Sapu Jagad yang ditandai dengan gempa bumi. Kombinasi antara bencana sosial dan lingkungan.
Menurut Ki Permadi, Tuhan mengajarkan kepada umat manusia itu agama yang satu, tapi penerimaanya setiap umat yang berbeda beda, sehingga muncul banyak agama, yang direkayasa untuk dibenturkan antara satu dengan yang lain.
Menurut Ki Permadi, Semar itu tidak nyata, tapi bagi orang Jawa meyakini Semar sebagai jelmaan. Yang akan menagih janji nanti adalah Majapahit.
Perlu diluruskan, tidak ada pertentangan antara Majapahit dan Padjajaran. Bung Karno telah mendamaikan keduanya dengan menikahi Inggit Ganarsih. Ndilalah Pemerintah Jogja merubah nama jalan minggu lalu dengan mengakomodasi nama-nama dari Padjajaran.
Hakikatnya, Majapahit bukan hanya kerajaan melainkan imperium terbesar di Asia. Dalam tahun 1478 tiba-tiba sirna, sehingga lima ratus tahun akan kembali lagi. Paling lambat 2018 warga nusantara harus sudah siap sebagaimana siklus peradaban.
Termaktub dalam Indonesia raya tiga selasar yang memuat kata Indonesia pusaka. Pusaka Yang berarti selain simbolik juga dapat dikaji secara noetic. Dengan Menyanyikan Indonesia Raya tiga kali bisa membangkitkan gen warrior menerima perubahan dalam waktu dekat.
Menurut Ki Permadi, Kesultanan Jogyakarta telah berakhir di era Sultan Hamengkubuwono IX. Begitu pula Keraton Solo telah berakhir di era Pakubuwono XII, karena itu harus kembali ke Ki Ageng Pemanahan. Oleh karena itu, Sultan tidak menikah dengan permaisuri. Kedua raja tersebut nyatanya meninggal di luar keraton. [mc]
*Disarikan dari diskusi mingguan Majelis Akhir Zaman, Jakarta, 12 September 2017.