Nusantarakini.com, Jakarta –
Sejak berita rayuan GNPF untuk berdamai dengan rezim Jokowi tersiar luas, secara moral, GNPF sudah jatuh dalam pandangan umat sebagai alat perjuangan untuk menegakkan keadilan sosial dan ekonomi di Indonesia.
Harusnya, GNPF sebagai organ perjuangan umat yang bukan partai yang terbiasa tawar menawar konsesi dan kompromi, lebih baik terus teguh dan lurus di rel perjuangan mewujudkan aspirasi umat yang selama ini merasa diperlakukan tidak adil oleh negara dalam kesetaraan ekonomi dengan minoritas non Muslim, terutama kaum plutokrat.
Nah, karena sebagian pimpinan GNPF sudah melenceng dari ekspektasi umat, maka mereka harus legowo mundur berganti dengan majunya pimpinan yang dipandang teguh dan konsisten dengan harapan umat.
Hal ini penting untuk memulihkan moral dan semangat umat untuk berjuang dalan gerbong GNPF. Semangat umat yang sempat terguncang, tidak cukup hanya dirayu dengan seruan-seruan menghindari pertentangan dan menguatkan persatuan.
Sebab, tujuan untuk menghancurkan tembok dominasi ekonomi terhadap umat yang berimplikasi dominasi politik, masih jauh dari target.
Umat dapat dengan mulus terpimpin, jika pemimpinnya dapat mereka rasakan tidak memble dan melenceng dari garis konsistensi.
Setelah sirkulasi kepemimpinan di tubuh organ perjuangan dapat diwujudkan, hal penting lainnya menyelenggarakan Musyawarah Raya Umat Islam Indonesia yang bertujuan mengambil konsensus tentang agenda-agenda mendesak dan mendasar untuk diwujudkan oleh umat Islam secara terpimpin dan bersama-sama.
~ John Mortir, untuk Umat Yang Lebih Perkasa