Nusantarakini.com, Jakarta –
Persis sehari setelah Ahok melayangkan surat pengunduran dirinya sebagai gubernur DKI ke Presiden Joko Widodo, bom bunuh diri meledak di terminal Kampung Melayu Jakarta Timur.
Muncul spekulasi, jangan-jangan hal ini merupakan ungkapan kecewa pihak pendukung diehard tertentu yang kecewa berat terhadap persoalan yang ditanggung mereka.
“Spekulasi boleh-boleh saja ke arah itu. Tinggal bagaimana polisi harus secara cermat dan hati-hati membuktikannya. Polisi harus mempertimbangkan berbagai motif yang ada dengan rangkaian peristiwa sebelum bom itu diledakkan sehingga ditemukan aktor intelektualnya,” komentar Kyai Kampung dari Bulak Kapal.
Kyai ini juga menilai bahwa bom bunuh diri di Kampung Melayu tersebut sarat pesan terselubung.
“Saya kira ada beberapa pesan dari aksi pemboman ini. Pertama, ada pihak yang mengirimkan pesan bahwa kelompoknya berkuasa di atas negara. Kedua, mereka mengirimkan pesan bahwa perdamaian yang belakangan mulai bersemi antara umat Islam dan pemerintahan Jokowi yang ditandai oleh kehadiran Presiden Joko Widodo pada penganugerahan Guru Besar KH. Ma’ruf Amin di Malang, tidak mereka inginkan. Mereka menginginkan situasi Indonesia senantiasa dalam konflik laten. Saya kira petunjuk ini dapat digunakan polisi untuk menyingkap siapa di balik aksi teror ini,” kata Kyai Kampung.
“Yang jelas teror di Kampung Melayu itu pasti bukan agendanya umat Islam Indonesia. Kalau untuk menganiaya umat Islam Indonesia, jelas itu,” tambahnya.
“Satu hal lagi, mengapa di Kampung Melayu? Jelas ada motif terselubung. Nanti pers asing akan buat judul news mereka “Terror in Malay Village”. Akibatnya, nusantara dipersepsikan tidak aman, kan? Terus pertanyaannya, siapa yang tidak suka Nusantara mandiri, kuat dan aman? Nah…itu juga petunjuk bagi polisi. Begitu kira-kira. Kalau pelakunya Muslim, itu tidak mumpuni dijadikan petunjuk. Sebab banyak orang sekarang gampang dihipnotis dan dicuci otaknya,” kata Kyai yang punya koleksi buku-buku asing ini. (drt)