Nusantarakini.com, Jakarta – Sekarang bukan saja makanan, tukang ojek dan tukang pijat yang dapat dipesan melalui aplikasi berbasis android, ustadz yang sejatinya pewaris penerus dakwah Rasul pun dapat dipesan bagaikan tukang ojek. Tentu saja, dengan diluncurkannya aplikasi "ustadz online" tersebut akan mengubah imej masyarakat terhadap keberadaan ustadz. Profesi ustadz yang harusnya mendapat respek dari masyarakat, kini tak ubahnya bagaikan "pendeta panggilan". Jelas hal ini menurunkan rasa hormat masyarakat terhadap para ustadz.
Perkara ini berawal dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang meresmikan prototype aplikasi ustadz online. Tidak tanggung-tanggung, aplikasi ini diluncurkan sendiri oleh Jusuf Kalla selaku Wakil Presiden sekaligus Ketua Umum DMI. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, yang ikut mendampingi Wakil Presiden, bangga dengan hadirnya aplikasi ustadz online yang masih tahap prototype tersebut.
"Nanti akan dibuka di masjid istiqlal (pendaftarannya)," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (28/5/2016).
Panitia nanti akan melakukan seleksi terhadap calon pendakwah dan melakukan akreditasi. "Nanti akan ada fotonya dan data-data dari pendakwah tersebut," ucapnya.
Di tempat terpisah, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan ustadz online ini adalah murni milik dari DMI. "Kita akan memadukan fungsi masjid dengan dakwah, jadi kalau pengurus masjid ingin isi acara bisa dicari siapa yang tersedia, siapa paling dekat dari rumahnya, kapan, dan ini semua tersambung, jadi kaya Anda naik ojek online lah," terangnya.
Para ‘ustaz online’ ini nantinya juga akan memakai rating untuk membedakan dengan ustaz online lainnya.
"Misalnya bintang empat atau nanti platinum, gold dan silver dan sebagainya," kata JK.
Bukan soal kemudahan pelayanan, tapi memperlakukan ustadz layaknya tukang pijat online ataupun tukang ojek online yang tidak bisa dihindarkan itu, sama halnya merendahkan tata cara mengamalkan agama.
Alasan bahwa seringkali terdapat kesulitan komunikasi antara ustadz dengan masjid, tentulah alasan yang dibuat-buat. Lagi pula, masjid biasanya memiliki ustadz sendiri yang tumbuh berdasarkan huhungan yang sudah lama terjalin antara jamaah masjid tempatan dengan ustadz tersebut.
Yang pasti, dengan adanya aplikasi ustadz online ini, data para ustadz akan masuk kepada DMI sebagai pengelola. Jangan-jangan ini hanya modus untuk mengumpulkan data. (sed)