Nusantarakini.com, Jakarta –
Jutaan rakyat berkali-kali turun ke jalan. Pekikkan penegakan hukum dengan adil. Namun yang diminta, tidak digubris.
Jangankan merangkul rakyat yang jutaan itu, malahan mengintimidasinya dengan tuduhan radikal, makar dan anti pancasila.
Orang yang waras pasti tahu siapa yang pura-pura menjaga Pancasila. Padahal praktiknya mengacuhkan pesan Pancasila.
Pesan keadilan, itu yang utama dari Pancasila. Dia terdapat di sila kedua dan kelima.
Rakyat yang jutaan turun ke jalan itu pasti karena persoalan ketidakadilan. Ketidakadilan oleh siapa? Siapa lagi kalau bukan pihak yang mereka tuntut.
Pelanggaran terhadap rasa keadilan rakyat jelas pelanggaran terhadap Pancasila. Maka jelas hal itu praktik anti Pancasila.
Tinggal simpulkan saja siapa yang anti Pancasila.
Pancasila bukan perkara pelayanan negara terhadap priviledge-nya orang-orang kaya. Pancasila tidak berisi penjaminan kesenangan si minoritas yang jumawa dan tak merasa terikat dengan nasib rakyat kebanyakan. Pancasila tidak berisi jaminan kenikmatan orang-orang yang melecehkan Islam, agama mayoritas rakyat. Pancasila tidak dimaksudkan diperas menjadi keanekaragaman yang bertendensi egoistik, perseorangan dan tuna peduli pada si papa.
Pancasila itu bertendensi mengutamakan orang banyak, yang lemah dan benar. Bukan mengutamakan kepentingan perseorangan yang merusak.
Jadi, yang jutaan turun ke jalan itu menuntut Pancasila, supaya setiap dari sila-silanya, ditegakkan tanpa manipulasi. Sementara itu, yang dituntut tidak mengindahkan tuntutan rakyat. Pertanyaannya sekarang, siapa kalau gitu yang Anti Pancasila? Rakyat atau rezim?
~ John Mortir