Nusantarakini.com, Jakarta –
Tulisan ini hadir karena ada info para taipan putar haluan politik dengan kasi kode untuk merapat kepada gubernur terpilih. Tersebutlah kelompok Lippo dan BCA siap mendukung program rumah tanpa DP yang tadinya diolok-olok kubu Ahok.
Hal semacam ini perlu mempertimbangkan cerita di bawah ini. Suatu ketika Pak Harto yang baru saja mengambilalih kekuasaan dan berusaha mengendalikan Orde Baru, dijumpai oleh mendiang Liem Soe Liong atau Sudono Salim. Sebagai teman lama, tentu Pak Harto senang dan menawarkan kesempatan pada sahabatnya itu untuk berpartisipasi dalam membangun Indonesia yang amburadul pasca Soekarno.
Cerita pun dimulai. Pak Harto bertanya, apa yang dapat dia bantu untuk Liem Soe Liong. Om Liem, demikian dia dijuluki kemudian, dengan simpatik hanya menjawab. “Pak Harto, saya ini olang kelja. Apa saja yang bisa saya keljakan, akan saya kerjakan demi pembangunan,” jawabnya simpatik dengan logat Tionghoa yang kental.
Om Liem ingin mengesankan dirinya sebagai orang netral dan tidak mau ikut campur dalam urusan politik. Maklumlah, Pak Harto lagi sibuk-sibuknya menata stabilitas politik sehabis G30S/PKI.
“Kalau begitu, bantu kita untuk mencukupi pangan rakyat. Bangun pabrik dan usahakan permodalan dari manapun. Cuman pemerintah belum bisa kasi modal. Maklum keuangan ludes,” ujar Pak Harto.
Om Liem yang ditantang begitu, lanjut tancap gas. Dia mengoptimalkan permodalan dari jaringannya. Mulailah dia membangun Bogasari dan pabrik tepung terigu. Kelak core bisnisnya ini menjadi yang terbesar di Indonesia. Dari bisnis inilah Om Liem membangun bisnis mie instan, tepung terigu, dan cabang-cabang bisnis lainnya.
Berlalu waktu. Hingga di pertengahan tahun 90-an, Om Liem dan teman-teman taipannya, termasuk Eka Tjipta, Mochtar Riady, Sofyan Wanandi dan lain-lain, beramah-tamdi Bali. Tepatnya di Jimbaran.
Pembicaraannya adalah, karena para taipan ini telah besar karena difasilitasi dan disokong oleh negara, maka kini mereka dapatlah melakukan hal yang sama kepada UKM-UKM yang kebanyakan pribumi itu. Harapan itu disampaikan langsung oleh Pak Harto.
Tak disangka, para taipan yang disebut kelompok Jimbaran itu menolak harapan Pak Harto. Alasannya tidak akan membuat UKM itu maju dengan cara yang tepat. Para taipan itu ingin melihat UKM-UKM itu tumbuh alamiah saja bersaing dengan kompetitor bisnis yang ada tanpa bantuan para taipan. Kontan Pak Harto tersinggung. Pak Harto masam mukanya dengan respon yang tidak disangka Pak Harto itu.
Wajarlah Pak Harto marah. Sebab, para taipan itu pun berkembang bukan alamiah, tapi karena difasilitasi dan dibantu oleh negara. Mengapa kini mereka tidak membalas jasa negara padahal negara hanya ingin semua rakyat tumbuh dan makmur bersama.
Kisah yang terlanjur terkenal ini hendaknya menjadi pelajaran ketika bekerjasama dengan para taipan. Dulu bilangnya kami ini olang kelja. Setelah kuat, kami ini juga olang politik. Saat tersudut, balik lagi bilang, kami ini olang kelja. Lantas siapa bisa pelcaya dengan you punya style kayak gitu?
~ John Mortir