Nusantarakini.com, Jakarta –
Suatu hal yang mengejutkan, ternyata menurut keterangan Sitti Habiba, guru buat anak-anak Papua suku Asmat, anak-anak Asmat yang diasuhnya, makan sekali sehari saja sulit. Karena itu, setiap kali dia anak-anak Papua mengikuti sekolah informal yang diselenggarakannya, setelah belajar, dia menyediakan makan gratis. Makan gratis ramai-ramai itulah yang membuat anak-anak Papua yang diasuhnya senang mengikuti program pendidikan informal PKBM-nya.
Bayangkan, zaman segini masih saja terdapat penduduk Indonesia yang makan cuma sekali sehari akibat kemiskinan. Padahal kekayaan Papua melimpah ruah dan orang-orang kaya di Indonesia makin bertambah.
Bahkan menurut Sitti Habiba, anak-anak Papua itu gagal memperoleh pendidikan formal karena terbentur syarat formal administratif, yaitu Akta Kelahiran. Ini berarti, akta kelahiran telah menjadi palang pintu bagi anak-anak di Papua untuk mengakses pendidikan.
Untunglah ada guru sebaik Sitti Habiba. Lekas-lekas dia membuka Taman Belajar dan kemudian dikembangkan menjadi PKBM, akhirnya anak-anak Papua tersebut dapat menikmati pendidikan.
Kenyataan ini membuka mata publik betapa ketimpangan begitu lebarnya di Indonesia.
Sitti Habiba merupakan istri seorang tentara. Perempuan berjilbab ini kini menjadi teladan para pekerja perubahan di Indonesia.
Sosoknya diliput banyak media karena kegigihannya mengentaskan ketertinggalan di Papua. Dia tidak peduli, apakah hal itu diakui pemerintah atau tidak. Yang jelas usahanya diakui dan makin populer.
Sitti Habiba contoh yang baik seorang pekerja kemanusian yang tulus. Biaya operasional pendidikan yang diselenggarakannya sepenuhnya mengandalkan kocek sendiri. (sed)