Nusantarakini.com, Jakarta –
PENANGKAL AJARAN SYIAH
Ini cerita untuk menangkal gerakan syiah yang sudah masif di Indonesia. Kisah nyata wanita yang bernama Aisyah ini terjadi di Kota Medan, tentang Pemahaman Syiah.
Sebelum Aisyah pergi ke masjid untuk mengisi kajian ibu-ibu dekat rumahnya, dia menyempatkan untuk mampir dulu ke rumah sepupunya karena ingin mengambil kitab Fiqih Sunnah yang beberapa hari lalu dipinjamkan kepada Sepupune, karena Aisyah akan membawanya ke pengajian.
Ternyata di rumah sepupunya sedang ada tamu yang penampilannya sangat Islami.
Kemudian Aisyah bertanya kepada Sepupune: “Siapa mereka?”
Sepupunya menjawab: “Mereka itu temanku sewaktu SMA.”
Kemudian Aisyah memuji penampilan mereka yang sangat Islami, dia berkata: “Nah begitu dong kamu seharusnya, pakai pakaian yang tertutup (jilbab besar)”.
Sepupunya menimpali: “Tapi pemahaman mereka beda dengan pemahamanmu yang kau ajarkan padaku Aisyah.”
Aisyah pun bertanya: “Memang bagaimana perbedaannya?”
Sepupunya menjawab: “Lebih baik kau bicara sendiri dengan mereka.”
Aisyah menjawab: “Tapi aku sedang ada pengajian.”
Sepupunya berkata: “Sebentar saja, setidaknya kau bisa mengetahui perbedaan pemahamanmu dengan mereka.”
Baiklah kata Aisyah.
Kemudian Aisyah ikut duduk di ruang tamu dengan mereka dan mengucapkan salam.
Setelah ngobrol beberapa waktu, Aisyah sudah bisa memastikan bahwa mereka ini adalah wanita-wanita Syiah.
Lalu Aisyah memberanikan diri untuk bertanya: “Kalian penganut syiah?”
Si tamu pun menjawab: “Benar.”
Aisyah berkata: “Subhanallah, sungguh indah penampilan wanita-wanita Syiah..”
Si tamu pun tertawa ringan dan berkata: “Terima kasih tapi memang beginilah kami di ajarkan dan kami kemari pun dengan tujuan mengajak teman kami ini (sepupu Aisyah) untuk ikut dalam pengajian kami. Jika mbak Aisyah ingin ikut juga, mari sama-sama.”
Aisyah menjawab: “Aisyah tertarik sekali ukht, tapi Aisyah sekarang sedang ada keperluan. Bagaimana kalau nanti malam kalian sempatkan datang ke rumah Aisyah untuk mendakwahi Aisyah dan keluarga Aisyah tentang ajaran yang kalian anut, apa kalian punya waktu?”
Si tamu pun berkata: “Tentu, tentu kami akan datang.”
Aisyah mengatakan: “Alhamdulillah, nanti Husna (sepupunya) akan menemani kalian, rumah Aisyah dekat dari sini kok.”
Kemudian Aisyah pamit, sepupunya mengantarkan ke depan pagar dan bertanya: “Aku gak ngerti Aisyah, untuk apa kami ke rumahmu?”
Aisyah menjawab: “Nanti kau akan tahu Husna.”
Sepupunya membalas: “Duh Syah, jangan gitu, bilang aja..”
Aisyah: “Mereka sedang berniat untuk mensyiahkanmu Husna, sementara sudah pernah kukatakan bahwa Syiah itu jauh dari Islam. Maka nanti malam in sya Allah kita yang akan mengembalikan pemahaman mereka ke pemahaman yang benar, in sya Allah.”
Setelah selesai shalat Isya’ beberapa menit kemudian datanglah mereka ke rumah Aisyah. Tapi Aisyah melihat mereka bersama seorang lelaki dan penampilannya juga luar biasa islaminya, berjubah putih dan imamah hitam.
Aisyah senyum saja dan sudah tahu bahwa inilah orang yang akan mereka andalkan dalam mendakwahi Aisyah sekeluarga.
Wanita-wanita itu memberi salam dan Aisyah menjawab salam mereka dengan senyum tapi Aisyah tidak langsung mempersilahkan mereka masuk rumah.
Aisyah berkata: “afwan ukht, tunggu dulu, sebelum masuk rumah, Aisyah harus minta izin dulu pada mahram Aisyah, sebab kalian membawa seorang lelaki.”
Mereka mengangguk saja dan tersenyum manis.
Aisyah bertanya pada abangnya: “Bang, apakah laki-laki ini boleh masuk?”
Abang Aisyah menjawab: “Boleh.. biar abang yang menemani kalian.”
Kemudian masuklah mereka semua, dan memperkenalkan laki-laki yang ada bersama mereka, ternyata benar bahwa laki-laki itu yang membimbing mereka dan yang mengisi dakwah di pengajian mereka.
Singkat cerita, setelah basa-basi selama 3-4 menit maka dakwah mereka pun di mulai.
Salah seorang tamu tadi bertanya: “Mbak Aisyah nama lengkapnya siapa?”
Aisyah menjawab: “Aisyah bintu Umar al Muhsin bin Abdul Rahman Salsabila, kenapa ya ukhty?”
Si tamu: “Wow panjang juga ya hehe.. oh enggak hanya kami ingin memanggil mbak dengan nama yang lain, bagaimana jika kami panggil dengan Salsa saja?”
Aisyah sudah menyadari bahwa mereka tidak akan suka dengan nama Aisyah, sebab serupa dengan nama istri Rasulullah, dan mereka sangat benci kepada ummul mukminin Aisyah.. na’udzu billah min dzalik
Aisyah pun tersenyum dan berkata: “Boleh juga, tapi boleh tau alasannya apa ya ukht?”
Si tamu:” Kami tidak menyukai nama itu sebab………” (dia cerita cukup panjang dan intinya menjelek-njelekkan ummul mukminin Aisyah).
Tiba-tiba si laki-laki (ustadz Syiah) yang mereka ajak itu angkat suara.
Ustadz Syiah itu berkata: “Aisyah itu adalah pendusta dan pezina, semoga Allah membakarnya di neraka.”
Mendengar ucapan orang bodoh ini mata Aisyah spontan tertutup dan hati Aisyah terasa bergetar.. kemudian Aisyah menundukkan kepala dan mengucap istighfar, dan memohon pada Allah agar dikuatkan mendengar fitnah keji dari mulut-mulut yang masih jahil, kemudian setelah tenang, Aisyah angkat kepala dan senyum pada mereka dan membuat situasi seolah-olah Aisyah tidak tau tentang hal itu.
Aisyah berkata: “Masya Allah, benarkah begitu ustadz?”
Ustadz Syiah menjawab: “Benar, dialah penyebab wafatnya rasulullah, dia yang meracuni rasulullah hingga wafat.. semoga laknat selalu menyertainya.”
Air mata Aisyah menetes mendengar ucapan orang ini, dalam hatinya bagai tersayat-sayat.. seorang ibu dihina di depan anak-anaknya, rasanya ingin melemparkan gelas ini ke wajahnya. Aisyah pun melihat abangnya sudah mengenggam kedua tangannya dan menahan amarah. Namun sebelumnya Aisyah sudah mengingatkan kepada abangnya bahwa diskusi ini tentu akan membuat hati panas.
Aisyah pun menimpali: “Astaghfirullah, sehebat itukah fitnahnya?”
Si tamu wanita menjawab: “Kok fitnah mbak? itu nyatanya, nih kami bawa kitab tafsir Al Ayyasyi (kitab Syiah) didalamnya terdapat bukti, bahkan Abdullah bin Abbas mengatakan Aisyah adalah seorang pelacur, ini ada kitabnya.”
Dia keluarkan kitab tapi Aisyah lupa nama kitabnya, ma’rifat rijal kalau Aisyah tidak salah ingat. Dan Aisyah melihat memang isinya benar seperti yang mereka ucapkan.
Singkat cerita, mereka terus menghina Aisyah dan para sahabat, sampai telinga ini seperti sudah bengkak.
Akhirnya Aisyah tidak tahan dan berkata pada mereka: “Sebentar ustadz, Aisyah mau ambil kitab Syiah punya Aisyah, ada yang ingin Aisyah tanyakan mengenai isinya.”
Ustadz Syiah menjawab: “Silahkan.”
Aisyah sudah siapkan satu soal yang akan menunjukkan jati diri mereka, apakah mereka orang yang cerdas atau cuma bisa ngomong besar.
Dan pertanyaan ini juga pernah ditanyakan oleh syaikh Adnan kepada seorang syaikh Syiah, tapi syaikh Syiah malah bingung menjawabnya.
Aisyah berkata sambil menyodorkan kitabnya: “Nih dia kitabnya.”
Ustadz Syiah: “Oh saya juga punya itu, Al Ghaibah, kebetulan saya bawa hehe…”
Aisyah berkata: “Oh iya, kebetulan..”
Si tamu wanita berkata:” Hehe, Allah memudahkan urusan kita hari ini.”
Aisyah tersenyum ringan melihat tingkah laku mereka.
Aisyah berkata: “Begini ustadz, di dalam kitab ini disebutkan tentang beberapa wasiat rasul kepada Imam Ali, benarkah ini ustadz?”
Ustadz Syiah: “Halaman berapa?”
Aisyah: “150 no 111.”
Ustadz Syiah: “Sebentar saya lihat. Ya, benar, lalu apa yang ingin ditanyakan dari wasiat yg mulia ini?”
Aisyah: “Masih berlakukah wasiat ini ustadz?”
Ustazd Syiah: “Tentu, sampai hari kiamat.”
Aisyah: “Di dalam kitab ini rasul berwasiat: Yaa ‘Aliy anta washiyyi ‘ala ahli baiti hayyihim wa mayyitihim wa ‘ala nisa-i. fa man tsabbattuha laqiyatniy ghadan, wa man tholaqtuha fa ana bari’un minha“.
Ustadz Syiah hanya bergumam
Aisyah:” Benarkah ini ustadz?”
Ustadz Syiah: “Bagaimana kamu mengartikan kalimat wasiat itu?”
Aisyah: “Isi wasiat ini adalah, Wahai ‘Ali engkau adalah washiy ahlul baitku (penjaga ahlul baitku) baik mereka yang masih hidup maupun yg sudah wafat, dan juga ISTRI-ISTRIKU. Siapa diantara mereka yang aku pertahankan, maka dia akan berjumpa denganku kelak. Dan barang siapa yang aku ceraikan, maka aku berlepas diri darinya, ia tidak akan melihatku dan aku tidak akan melihatnya di padang mahsyar. Benarkah ini ustadz?”
Ustadz Syiah: “Benar ini wasiatnya.”
Aisyah: “Yang ingin saya tanyakan, apakah Aisyah istri Rasulullah itu pernah dicerai oleh Rasulullah?”
Ustadz Syiah begumam dan berkata: “Tidak..”
Aisyah: “Apakah Aisyah di pertahankan Rasulullah sampai Rasulullah wafat?”
Ustadz Syiah:” Ya benar.”
Aisyah: “Lalu kenapa tadi ustadz bilang Aisyah itu masuk neraka sedangkan dalam wasiat ini Aisyah tergolong orang yang masuk surga?”
Ustadz Syiah: “Bukan seperti itu maksud dari wasiat ini mbak Salsa.”
Aisyah tersenyum melihat tingkah si ustadz dan Aisyah melirik kedua wanita syiah tadi yang mulai hilang senyumannya.
Aisyah: “Entahlah ustadz tapi inilah isi dari kitab Syiah dan ini adalah wasiat dari Rasulullah, berarti wasiat ini tidak lagi dianggap oleh orang Syiah sendiri ya ustadz?”
Ustadz Syiah: “Oooh tidak begitu, tapi bukan begitu cara menafsirkannya.”
Dan akhirnya dia menjelaskan tentang penafsirannya tapi sedikitpun tidak masuk akal bahkan kedua wanita syiah itu sendiri pun terlihat bingung mendengar penjelasan si Ustadz Syiah.
Abang Aisyah pun berkata: “Ustadz, saya tidak faham dengan penjelasan antum, mohon diulangi ustadz.”
Ustadz Syiah tersebut mulai gelisah.
Ustadz Syiah: “Begini, intinya hadits wasiat ini dinilai oleh ahli ilmu hadits Syiah dan tentunya berdasarkan ilmu hadits Syiah adalah lemah sekali bahkan sampai derajat palsu.”
Aisyah berkata dalam hati: “Wah ini ustadz mulai aneh. tadi katanya wasiat ini masih berlaku sampai hari kiamat, sekarang menyatakannya sebagai hadits palsu.”
Aisyah diam beberapa saat memikirkan bagaimana cara membuat orang ini terdiam dan malu karena pendapatnya sendiri.
Aisyah: “Sudah-sudah, cukup, mungkin ini terlalu rumit pertanyaannya, nih ada pertanyaan lagi ustadz.”
Seperti yang pernah saya dengar bahwa Syiah menganggap bahwa Ali lah yang seharusnya menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulullah, apakah benar?
Ustadz Syiah: “Ya benar sekali, tapi Abu Bakar rakus akan kekuasaan sampai-sampai dia berbuat kezaliman dan makar yang besar, diikuti pula oleh Umar dan Utsman.”
Aisyah: “Apakah ada dalil yang menunjukkan Ali sebagai orang yang dipilih Rasul menjadi khalifah sesudah wafatnya beliau?”
Ustadz Syiah: “Tentu ada, hadits Ghadir Khum , ketika Nabi sedang menunaikan haji wada’ disertai beberapa orang sahabat besar, Nabi berkata kepada Buraidah: Hai Buraidah barangsiapa menganggap aku sebagai pemimpinnya, maka terimalah Ali sebagai pemimpin..”
Aisyah: “Ustadz, kalau saya tidak mengamalkan dan sengaja menolak apa yang diperintahkan Nabi, kira-kira apa hukuman buat saya ustadz?”
Ustadz Syiah: “Mbak Salsabila bisa dihukumi kafir karena mendustakan Nabi.”
Aisyah: “Astaghfirullah, berarti imam Ali pun telah kafir dalam hal ini ustadz, sebab dia tidak mengindahkan perintah Nabi, jika memang ini dalil yang menunjukkan Ali sebagai khalifah, bahkan imam Ali membai’at Abu Bakar, maka Abu Bakar pun di hukumi kafir, begitu juga Umar, dan semua sahabat yang menyaksikan ketika itu semuanya kafir, sebab yang menjadi pesan Rasul adalah man kuntu maulahu fa ‘Aliyyun maulahu, siapa menganggap aku sebagai pemimpinnya, maka terimalah Ali sebagai pemimpin.
Benarkah begitu ustadz? Atau haditsnya palsu juga?”
Ustadz Syiah: “Hmmmm.. Haditsnya shahih.. tapi bukan begitu juga maksudnya.”
Aisyah: “Tapi tunggu ustadz, sebelum ustadz jelaskan maksudnya saya pengen tanya lagi biar kelar. Apakah setelah imam Ali yang akan menjadi khalifah adalah anaknya Al Hasan?”
Ustadz Syiah: “Ya benar sekali, tidak bisa dipungkiri.”
Aisyah: “Ada dalilnya? Shahih apa tidak?”
Ustadz Syiah: “Ada, shahih jiddan (sekali).”
Aisyah: “Bagaimana bunyinya?”
Ustadz Syiah: “Wahai Ali engkau adalah khalifahku untuk umatku sepeninggalku, maka jika telah dekat kewafatanmu maka serahkanlah kepada anakku Al Hasan, hadits ini cukup panjang menjelaskan tentang 12 imam.”
Aisyah: “Ustadz coba lihat kembali kitab Al Ghaibah yang berisi tentang wasiat Rasul tadi. Tidakkah isinya sama dengan yg baru saja ustadz sebutkan?”
Ustadz Syiah: “Sebentar.. oh iya sama.”
Aisyah: “Bukankah tadi saat kita membahas tentang keberadaan Aisyah di sorga, ustadz katakan hadits ini palsu?, tapi sekarang saat membahas tentang dalil kekhalifahan Ali dan Hasan malah ustadz berbalik mengatakan hadits ini shahih jiddan???”
Ustadz Syiah pun diam seribu bahasa. Aisyah melihat raut ustadz berubah dari biasanya, mau senyum tapi tanggung, mau pulang tapi malu.
Aisyah: “Ustadz, saya pernah dengar dari teman-teman saya bahwa Syiah itu suka bertaqiyah. Apakah ini bagian dari taqiyah itu?”
Abang Aisyah: “Hahahaha.. ustadz, akuilah bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah penghuni surga, Abu bakar adalah khalifah pertama, Umar kedua, Utsman ketiga,dan Ali keempat,
kita semua mencintai ahlul bait ustadz, Ali juga setia kepada kepemimpinan Abu bakar, Umar dan Utsman. Dan Ali sangat mencintai ketiga sahabatnya, bahkan sampai-sampai nama anak-anak Ali dari istrinya yang lain (selain Fathimah) diberi nama Abu Bakar, Umar & Utsman … Apakah ustadz mau menafikan itu semua?”
Ustadz Syiah: “Hmmmmm.. sebaiknya kami pulang saja.”
Aisyah: “Tunggu ustadz, ustadz belum menjawab pertanyaan kami.”
Ustadz Syiah: “Sepertinya kalian sudah tahu semua.”
Aisyah: “Oh berarti ustadz mengakui kebenaran ini?”
Ustadz Syiah: “Allahu a’lam, saya permisi dulu.”
Husna (sepupu Aisyah): “Bagaimana dengan kalian(kedua wanita syiah)?”
Salah satu dari wanita Syiah angkat bicara: “Saya akan kembali lagi besok kesini dan saya harap Husna mau menemani saya”.
Ustadz Syiah: “Baiklah kalau begitu kalian tinggal disini dan saya pamit. Wassalamu ‘alaikum..”
Kami: “Wa’alaikumussalam warahmatullah.”
*Sumber: Status FB Aisyah Salatiga
Semoga kisah ini membuka mata hati kita dan pengetahuan kita tentang ajaran yang menyimpang, khususnya Syiah di Indonesia. Share dan sebarkan kawan! JANGAN DIABAIKAN karena tentu kita berharap kepada Allah agar Indonesia tidak menjadi “sarang besar” penganut syiah yang sesat. Kita berharap kisah seperti ini mampu membendung laju mereka dan membuka wawasan kita semua agar sadar bahayanya paham syiah.
Semoga bermanfaat. Wassalam [mc]