Nusantarakini.com

Internasional

Begini Strategi Tiongkok Menunda Serang Jepang dan Taiwan yang Perlu Anda Ketahui

Oleh: Chen Yi Jing, Pemerhati Geopolitik dan Sosial Ekonomi Internasional.

Tiongkok memiliki kekuatan militer sangat besar, seperti rudal hipersonik yang tidak bisa diintersepsi, drone-jet tempur siluman maupun kapal induk yang terus bertambah. Tapi Taiwan masih berdiri bebas sampai hari ini; dan Jepang pun belum diserang. Ini bukan karena Tiongkok takut, bukan juga karena mereka tidak mampu, tapi Tiongkok sedang main catur global yang jauh lebih besar. Ini bukan sekadar pulau kecil atau perang dengan Jepang. Ini soal chip, ekonomi dunia, dominasi dunia dan Tiongkok tahu ini adalah perangkap yang dipasang Amerika.

Kalau Tiongkok salah langkah, seluruh dunia ikut jatuh, dan Beijing tahu itu. Mereka menunggu bukan karena lemah, tapi karena rencana mereka jauh lebih besar daripada sekedar menyerang.

Nah lihatlah anggaran pertahanan Tiongkok yang baru saja di umumkan RMB 1,78 triliun atau setara dengan 246 miliar dolar Amerika untuk tahun 2025 saja. Ini bukan angka biasa, itu adalah kenaikan 7.3% dari tahun sebelumnya. Menandakan satu dekade penuh, dimana Beijing terus memperkuat otot militernya tanpa henti.

Banyak yang bertanya-tanya, dengan kekuatan sebesar ini mengapa Tiongkok masih diam?Jawabannya justru terletak pada kekuatan itu sendiri. Rudal hipersonik, kapal perang mutakhir, jet tempur siluman itu bukan dibuat untuk menyerang, melainkan untuk membuat musuh berpikir ulang. Ini adalah perhitungan dingin. Biaya yang harus dibayar Amerika untuk mengintervensi jauh lebih besar daripada keuntungan apapun yang bisa didapatkan. Jadi justru dengan kekuatan militer menjadi alasan utama mengapa perang belum terjadi.

Mari kita lihat Taiwan dulu. Jangan salah, latihan militer di sekitar Taiwan bukan sekadar sinetron. Pada tahun 2025 ini, komando teater timur Tiongkok terus menggelar manuver besar-besaran. Terutama jika ada pejabat tinggi Taiwan yang berkunjung ke Ameruka atau sebaliknya. Ini adalah simulasi nyata, bukan parade. Mereka sedang menguji kemampuan untuk mengisolasi pulau itu, memblokir jalur laut dan udara. Dan yang terpenting menangkis setiap upaya intervensi asing.

Strategi ini dirancang untuk menyampaikan satu pesan tegas, “Kami siap bertarung. Apakah kalian siap menanggung resikonya?” Tiongkok menciptakan zona penyangga yang membuat agresi baik dari mereka maupun dari pihak lain. Ini menjadi pilihan terakhir karena konsekuensinya terlalu mahal dan berbahaya bagi seluruh dunia global. Jangan pernah tertipu oleh ukurannya,Taiwan mungkin terlihat seperti titik kecil di peta, tapi di dalamnya berdanyut jantung dari seluruh ekonomi dunia modern.

TSMC, perusahaan semi konduktor terbesar di pulau itu kini menguasai lebih dari 50% pasar global untuk pembuatan chip pada kuartal kedua tahun 2025.

Bayangkan itu, lebih dari ¹/2 chip canggih yang menggerakkan ponsel, komputer, mobil listrik, bahkan sistem senjata canggih di seluruh dunia berasal dari satu tempat,Taiwan. Ini bukan hanya soal teknologi, ini adalah soal kekuasaan ekonomi yang nyata. Mengganggu Taiwan berarti memutus aliran darah dunia. Dan dampaknya bukan hanya besar, tapi bersifat kiamat global.

Sebuah blokade saja tanpa satu tembakan pun bisa menyebabkan ekonomi dunia menyusut 2,8%, hanya dalam setahun pertama. Kerugian total jika perang pecah bisa mencapai triliunan dolar, menghancurkan rantai pasok global yang rapuh.

TSMC sendiri menyumbang 8% dari seluruh output ekonomi Taiwan, dan 12% dari eksportnya. Mengganggu TSMC dan Anda mengganggu segalanya dari pasar saham hingga produksi mobil, dari kecerdasan buatan hingga keamanan negara-negara Adidaya. Inilah perisai silikon yang membuat setiap pemimpin dunia termasuk Beijing berpikir dia kali sebelum mengambil risiko itu. Di balik semua retorika dan latihan militer, Beijing tahu satu hal dengan sangat jelas, melepaskan tembakan pertama adalah hadiah terbesar yang bisa mereka berikan kepada Washington.

Ketika Tiongkok melakukan tindakan agresif, Amerika dan sekutunya akan memiliki alasan sempurna, legal dan moral untuk melancarkan serangan melumpuhkan. Sanksi ekonomi akan mengalir deras dan kejam, senjata canggih akan membanjiri Taiwan dan aliansi global akan bersatu melawan Beijing.

Ini adalah skenario yang sudah dipetakan dengan rapi oleh strategi deterensi Amerika di kawasan Indo Pasifik yang dirancang khusus untuk menangkal kebangkitan Tiongkok. Amerika tidak perlu menang di medan perang untuk mengalahkan Tiongkok. Mereka hanya perlu duduk tenang menunggu Beijing melakukan satu kesalahan.

Nah, setiap kali Tiongkok menggelar latihan militer besar-besaran di sekitar Taiwan, Amerika dan sekutunya membalas dengan dukungan nyata, termasuk latihan pertahanan Taiwan yang semakin intensif seperti Han-Kuang 2025 yang digelar pada Juli lalu. Ini dirancang khusus untuk menangkal ancaman invasi. Ini bukan sekadar latihan rutin, tapi bagian dari permainan catur dunia.Yang mana setiap gerakan dihitung, setiap respon dipersiapkan, dan setiap investasi militer punya tujuan jangka panjang.

Karena itu, kesabaran Beijing bukan tanda takut atau lemah, tapi justru sebaliknya, itu adalah bentuk perlawanan paling cerdas. Ini membuat lawannya menghabiskan waktu, uang dan energi hanya menunggu momentum yang tidak pernah datang. Sementara itu Tiongkok secara diam-diam membangun kekuatan yang dapat mengubah peta dunia.

Pembangunan militer Tiongkok bukan tentang proyek 5 tahun, tapi ini adalah rencana 50 tahun. Rudal hipersonik, kapal induk dan senjata nuklir canggih yang mereka kembangkan bukan untuk menaklukkan Taiwan atau Jepang minggu depan. Tapi untuk menggulingkan tatanan dunia yang dipimpin Amerika Serikat selama ini. Anggaran pertahanan yang terus naik 7.3% setiap tahun, bukankah kebetulan, itu adalah komitmen jangka panjang untuk mencapai dominasi strategis. Tujuan akhirnya bukan sekedar menyatukan kembali Taiwan, tapi mengusir pengaruh Amerika dari Asia Pasifik secara permanen dan mendirikan sistem dunia baru dengan Tiongkok di puncaknya.

Oleh karena itu, strategi Beijing adalah menahan diri. Mereka membiarkan tekanan ekonomi dan politik bekerja perlahan.Mereka menunggu momen dimana ketergantungan dunia pada chip Taiwan bisa dikurangi atau dimana Amerika pecah oleh masalah intern mereka sendiri. Mereka memahami bahwa perang adalah kegagalan tertinggi dari diplomasi. Kemenangan sejati bukan dicapai dengan menghancurkan musuh di medan perang. Tapi membuatnya menyera tanpa perlu pertempuran. Ketika hari itu tiba, ketika jaringan aliansi Amerika retak, ketika kekuatan ekonominya goyah.

Maka, targetnya bukan Taiwan atau Jepang tapi Washington. Dan ketika pengaruh Amerika di kawasan itu hancur, Jepang juga ikut hancur. Maka nasib Taiwan memang hanya tinggal masalah waktu dan waktu itu semakin dekat.

Jadi, kita sedang melihat strategi besar yang sedang dimainkan di balik ketegangan Taiwan/Jepang. Ini bukan sekedar soal militer atau politik, tapi perhitungan global yang melibatkan ekonomi, teknologi dan masa depan tatanan Dunia. Tiongkok tidak diam karena takut, tapi mereka diam karena sedang menunggu mementum yang tepat. Ketika momentum tepat langkah, mereka tidak bisa lagi dihentikan oleh siapapun. Dan kesabaran Beijing bukanlah tanda kelemahan, justru sebaliknya, ini adalah kekuatan dan kecerdasan terselubung yang tidak bisa dihentikan oleh siapapun. [mc]

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

Copyright © 2015 Flex Mag Theme. Theme by MVP Themes, powered by Wordpress.

To Top