Warkop-98

Guru adalah Beban Negara?

Nusantarakini.com, Surabaya –

“Guru adalah Beban Negara,” sebuah statement dari Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Oke-oke saya akan mengutip sebuah kata bijak dari ahli filsafat Indonesia bernama Pramoedya Ananta Tour dalam bukunya mengatakan, “Guru yang baik saja bisa melahirkan murid seorang bandit, apalagi gurunya seorang bandit!”

Di sebuah negeri berazaskan “semua demi rakyat, asal bukan rakyat,”

lahirlah makhluk-makhluk agung yang tugasnya berat:

mengamati dunia luar sambil rebahan di pesawat kelas bisnis.

Mereka tak lain adalah pejabat dan anggota dewan terhormat,

yang hobi paling mulianya adalah…

studi banding.

“Guru Itu Beban Negara,” Kata Seorang Menteri Ekonomi. 

Di tengah gemerlap data anggaran negara, seorang tokoh muncul di podium.

Ia tidak lain adalah Sri Mulyani Indrawati,

mantan petinggi Bank Dunia, Menteri Keuangan, dan manusia ekonomi sejati.

“Guru adalah beban negara,” katanya.

(Sumber: Potongan video viral yang ramai dibahas netizen dengan nada panas dan penuh kopi.)

Tentu, beliau tidak bicara sembarangan.

Beliau paham betul bagaimana cara menghitung manusia dalam angka,

mengubah pengabdian guru menjadi persentase pengeluaran tahunan,

dan menjumlahkan mimpi-mimpi anak bangsa dalam satu file Excel.

Padahal… Siapa Sih yang Tak Pernah Punya Guru?

Lucunya, semua orang penting — termasuk Sri Mulyani —

pernah duduk di kelas, nulis pakai kapur, ngantuk di depan guru Matematika.

Termasuk para anggota dewan yang kini rajin studi banding,

mereka dulunya pun diajari cara menulis “studi banding” oleh… siapa?

Ya guru SD!

Ironi adalah ketika orang yang pernah dibentuk oleh guru,

menganggap guru adalah penghambat neraca keuangan.

Nabi Pun Berguru, Masa Pejabat Malah Lupa Diri?

Nabi Musa, ketika ditanya siapa orang paling pintar, menjawab:

“Aku.”

Langsung Allah tegur dan menyuruhnya berguru kepada Nabi Khidir.

Bayangkan, seorang nabi saja disuruh belajar,

tapi hari ini, pejabat merasa sudah cukup pintar hanya karena sering foto bareng profesor luar negeri.

Nabi Muhammad?

Beliau pun berguru kepada Malaikat Jibril.

Wahyu turun dalam proses belajar, bukan lewat kunjungan kerja.

Jadi… kalau nabi aja perlu guru,

kenapa sekarang guru malah dianggap beban?

Kata Para Filsuf: Orang Bijak Tahu Siapa yang Layak Dihormati

“Seorang guru biasa memberitahu.

Seorang guru baik menjelaskan.

Seorang guru hebat menunjukkan jalan.

Tapi hanya guru sejati yang menginspirasi.”

– William Arthur Ward

 

Orang boleh pandai setinggi langit,

tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang dari masyarakat

dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

– Pramoedya Ananta Toer

 

Dan apa yang ditulis Pramoedya? Kebenaran tentang pentingnya guru, dan bahayanya kekuasaan tanpa akal.

DPR: Para Mahasiswa Abadi Tanpa Ujian

Studi banding mereka seperti kuliah tanpa SKS:

Dapat fasilitas,

Dapat uang makan,

Tidak ada tugas,

Lulus otomatis asal hadir foto-foto.

Mereka meneliti sistem pendidikan di luar negeri,

lalu pulang dengan insight dahsyat:

“Guru harus lebih kreatif!”

(Sambil ngitung sisa uang harian.)

Kesimpulan: Kalau Guru Beban, Maka Kita Semua Produk Beban

Mari kita tutup dengan logika sederhana:

Guru dianggap beban,

Maka murid adalah hasil beban,

Maka pejabat yang dulunya murid adalah…

Produk dari beban?

Jika demikian, maka negeri ini sedang dipimpin oleh alumni-alumni beban

yang kini justru mewajibkan studi banding untuk mencari cara baru membebani negara.

Penutup:

Jadi jika ada pejabat yang merasa terlalu pintar untuk berguru,

terlalu penting untuk mendengar suara guru,

dan terlalu mulia untuk hidup sederhana…

Maka barangkali sudah saatnya mereka ikut studi banding ke…

rumah guru honorer di desa terpencil.

Belajar cara hidup dengan gaji Rp 500.000 tapi tetap semangat mendidik generasi.

Itu baru namanya… belajar kehidupan. [mc]

*Pak Sayuh, Sopir Trailer Peduli Guru. 

Terpopuler

To Top