Dominasi Tanpa Invasi

Nusantarakini.com, Jakarta –
Bagaimana sebuah kekuatan yang tanpa perlu menembakkan satu peluru pun mampu menaklukkan lawannya.
Inilah strategi baru Tiongkok yang tidak ingin melihat darah, tapi menciptakan teror dalam sunyi dengan melakukan modernisasi senjata nuklir.
Tanpa perang, tanpa letusan dan tanpa menembakkan rudal, tapi dengan efek psikologis yang menghancurkan kepercayaan lawan.
Inilah awal dominasi Tiongkok tanpa invasi militer.
Menurut Hudson Institute, modernisasi nuklir Tiongkok bukan untuk menang di medan perang, melainkan untuk memenangkan pikiran dan hati para pemimpin lawan.
Bagaimana Tiongkok menekan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya Eropa dan di Asia seperti Jepang, Korea Selatan hingga Filipina bukan dengan kekuatan militer langsung, tapi dengan ancaman tersirat yang menghantui.
Para peneliti “John Lee” dan Lavina Lee menyebut ini sebagai strategi untuk membawa Tiongkok lebih dekat kepada kemenangan tanpa peperangan.
Tujuannya jelas: menciptakan ketakutan, kebingungan dan kebimbangan di kalangan musuh, sehingga mereka mundur dengan sendirinya.
Lalu bagaimana cara kerja “Teror Sunyi” ini? Di Filipina, Tiongkok memanfaatkan ancaman nuklir tersirat untuk mencegah Manila bergabung penuh ke dalam sistem pertahanan AS.
Di Jepang tekanan psikologi diarahkan untuk melemahkan Tokyo terhadap payung nuklir Amerika, dan juga Korea Selatan.
Beijing menyiratkan ancaman jika Seoul menerima kehadiran senjata nuklir AS di wilayahnya, meskipun saat ini Korea Selatan masih fokus pada ancaman Korea Utara.
Tujuan akhirnya adalah membuat negara-negara ini ragu untuk sepenuhnya berada di pihak AS dan tidak mendukung gerakan separadis Taiwan.
Di balik semua ini ada visi besar Presiden XI yang meminta percepatan pembangunan kekuatan penangkal strategis Tiongkok.
Artinya Beijing tidak ingin hanya sekadar memiliki rudal nuklir, tapi arsenal ini ingin dijadikan alat tekanan diplomasi.
Ini adalah bagian dari visi besar yang disebut “STABILITAS-STRATEGIS” yakni kondisi ketika musuh terlalu takut untuk bergerak, sementara Tiongkok tetap bebas menjalankan kepentingannya.
Dengan strategi ini, Tiongkok dapat memperluas pengaruhnya, mendominasi dan menguasai geopolitik Asia maupun dunia, tanpa perlu melepaskan satupun tembakan.
Nah mari kita lihat aktualnya:
Menurut Departemen Pertahanan AS dan Stockholm Internasional Peace Reserch Institute:
Hingga tahun 2025 Tiongkok telah memiliki sekitar lebih dari 600 hulu ledak nuklir naik lebih dari 20% dibandingkan tahun sebelumnya.
Tren ini, menurut Pentagon sangat mengkhawatirkan karena Tiongkok menyembunyikan detail sistem komandonya, dan tidak masuk dalam Perjanjian pengendalian senjata seperti START.
Namun Tiongkok telah menegaskan berkali-kali bahwa senjata nuklir Beijing adalah defensif. Tiongkok tidak pernah menjadi yang pertama menggunakan senjata nuklir, dan bahkan tidak akan mengancam negara non-nuklir.
Beijing juga menyebut, mereka tidak pernah tertarik dalam perlombaan senjata. Hanya untuk menjaga kekuatan nuklir pada level minimal yang dibutuhkan untuk menjaga keamanan nasionalnya.
Tiongkok tidak ingin perang, tapi juga tidak ingin tunduk pada dominasi Amerika. Maka jalan tengahnya adalah menciptakan teror yang sunyi senyap. Tanpa berkoar-koar, tapi sebuah ancaman psikologis yang menyebar melalui radar,pernyataan diplomatik,dan kekuatan yang tersembunyi. [mc]
*Chen Yi Jing, Pemerhati Geopolitik dan Sosial Ekonomi.
