Warkop-98

Kolonel Purnawirawan Intel yang Tak Lagi Diam

Nusantarakini.com, Jakarta –

Kita sering mendengar istilah “mantan intel,” tapi jarang yang berani buka suara. Apalagi soal dokumen negara yang diduga palsu. Maka ketika Kolonel Infanteri (Purn.) Sri Radjasa Chandra bicara lantang di ruang publik—bukan dengan emosi, tapi dengan data dan keyakinan—kita patut berhenti dan mendengar.

Nama Sri Radjasa Chandra bukan nama viral. Tapi di dunia senyap, ia dikenal sebagai arsitek operasi garis dalam, metode infiltrasi ke wilayah lawan yang hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang terlatih. Ia bukan intel kantor, melainkan orang lapangan—yang pernah beroperasi di medan konflik seperti Aceh, menyusup di antara sumbu-sumbu kemarahan, membawa misi tanpa seragam.

Ia ahli dalam membaca kebohongan dari selembar kertas.

Ijazah, paspor, visa, bahkan tagihan proyek—ia tahu mana yang dibuat negara dan mana yang dicetak oleh jaringan. Bukan sekadar tahu, ia bisa menelusuri siapa pencetaknya, kapan dibuatnya, dan untuk siapa dipalsukan.

Yang membuatnya lebih dari sekadar profesional adalah keberaniannya. Ia pernah ditahan karena bersikukuh pada kebenaran. Ia mundur dari BNPB demi menjaga integritas. Ia pernah dibungkam karena menolak menerima indoktrinasi anti-Islam saat pelatihan di Amerika. Dan kini, ia kembali bicara—bukan demi panggung, tapi demi kebenaran yang ia anggap sedang dikubur.

Dalam kasus ijazah Jokowi, ia tidak berspekulasi. Ia menyajikan potongan-potongan informasi dari berbagai simpul, dari saksi-saksi, dari jejak-jejak yang tidak terlihat oleh publik. Termasuk satu tempat yang ia sebut sebagai jantung legalitas palsu di Indonesia: Pasar Pramuka Pojok.

Ini bukan teori konspirasi. Ini testimoni seorang veteran yang pernah hidup di dunia konspirasi itu sendiri.

Bagi sebagian orang, Sri Radjasa hanya seorang pensiunan. Tapi bagi mereka yang tahu dunia intelijen, dia adalah peta lama yang masih bisa dibaca, bahkan saat banyak kompas moral di republik ini sudah rusak.

Ia bukan pahlawan. Tapi mungkin, ia adalah suara yang kita butuhkan ketika semua orang sibuk pura-pura tuli.

Profil Singkat Sri Radjasa Chandra

Nama Kolonel Infanteri (Purn.) Sri Radjasa Chandra.

Latar Belakang Karier:

Mantan pejabat intelijen aktif di Badan Intelijen Negara (BIN). Telah menangani operasi intelijen sensitif dan konflik di daerah konflik seperti Aceh dan Papua.

Keahlian Intelijen Berpengalaman melakukan operasi “garis dalam” — infiltrasi mendalam ke wilayah lawan — dan pengumpulan informasi strategis, termasuk pemetikan jalur dokumen ilegal (ijazah, paspor). Memahami detail operasional intelijen baik di lapangan maupun lintas lembaga.

Kompetensi Teknis dan Analisis Ahli dalam verifikasi dokumen: mampu membedah keaslian ijazah dan rekam jejak legal, menggunakan pendekatan investigatif intelijen (digital forensik dan wawancara silang). Tersaji dalam kesaksiannya soal keakuratan dokumen palsu di Pasar Pramuka.

Integritas dan Keberanian

Pilihan tidak sekadar berdasar rumor; ia menyuarakan informasi berdasarkan bukti lapangan dan kesaksian lapis dalam. Dari pengalaman pribadi seperti menghadapi tahanan saat menegakkan kebenaran hingga bersuara publik soal kasus makar, menunjukkan moral integrity dan keberanian.

Reputasi dan Kredibilitas:

Sering hadir di media massa, memberikan analisis berbasis data Intel. Disebut “eks anggota BIN” oleh berbagai liputan berita—menegaskan status dan legalitas keahliannya di jaringan intel atau lembaga pertahanan.

Mengapa Sri Rajasa Layak Dianggap Ahli

1. Pengalaman langsung dalam operasi intelijen.

Memahami strategi penyusupan, penggalian informasi, serta pemantauan struktur kekuasaan dari dalam.

2. Paham teknis dan teknologis.

Telah membongkar jaringan pembuatan dokumen palsu di Pasar Pramuka yang beroperasi secara sistemik.

3. Turut menyelamatkan negara dari manipulasi kekuasaan.

Pernah mengambil sikap tegas melawan arus dalam kasus makar dan kesaksian intelijen, menunjukkan konsistensi moral dan profesionalisme.

4. Dipercaya media dan lembaga resmi.

Banyak dipanggil untuk memberikan analisis intelijen sensitif yang memerlukan keahlian teknik, hukum, hingga etika negara.

Kesimpulan

Sri Radjasa Chandra bukan sekadar “eks-intelijen” biasa. Ia dipercaya menangani operasi dalam situasi konflik, memiliki keahlian teknis dalam verifikasi dokumen, dan memiliki rekam jejak keberanian moral serta profesionalisme. Latar kariernya di BIN, serta konsistensi bersuara publik berdasarkan investigasi data dan saksi, memperkuat posisi beliau sebagai figur kredibel dan kompeten di bidang intelijen nasional. [mc]

*Catatan Peristiwa oleh Agus M Maksum, Kolumnis. 

(Sumber dan foto: FB Agus Maksum)

Terpopuler

To Top