Indonesia Berjaya dan Berdaulat, Begini Caranya

Nusantarakini.com, Jakarta-
INDONESIA menegaskan akan tetap menjadi anggota BRICS meskipun Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan kepada aliansi ini. Rambo Trump memang mempunyai pekerjaan baru sebagai orang nomor satu di Amerika Serikat (AS), yakni setiap saat hanya memikirkan untuk mengancam negara-negara di seluruh dunia.
Namun Indonesia tidak menggubris ancaman Rambo Trump. Bahkan sekalipun Si Elang Botak Trump merealisasikan ancaman tambahan tarif 10% pun tidak akan menggoyahkan pendirian Indonesia untuk tetap bergabung di BRICS .
BRICS itu bukan aliansi militer seperti NATO “kumpulan negara perusuh.” BRICS bukan platform konfrontatif seperti aliansi militer yang dibentuk negara-negara Barat seantero dunia.
BRICS adalah forum kolobarasi negara negara berkembang yang mengutamakan keterbukaan dan kerja sama yang saling menguntungkan. Bertujuan meninggalkan dunia yang uni polar dengan ketergantungan akan Dollar Amerika dan didikte Amerika, dengan menciptakan dunia yang multi polar.
Anggota BRICS bukan hanya dari Dunia Timur tapi negara-negara di seluruh dunia yang saat ini sedang mengantri untuk menjadi anggota tetap.
Prof Hikmahanto Juwana, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI) mengusulkan kepada Presiden RI Prabowo Subianto dengan mengatakan: “Jangan gentar untuk hadapi ancaman penambahan 10% tarif Trump. Bahkan tidak perlu negosiasi tarif 32% yang sudah ditetapkan untuk diberlakukan pada 1 Agustus ini.”
Iya kenapa harus ngemis-ngemis minta penurunan tarif import, yang bayar juga bukan rakyat Indonesia bukan pemerintah Indonesia, tapi importir AS yang nota bene rakyat Amerika sendiri.
Percuma dan hanya buang-buang waktu saja negosiasi dengan bandit dunia. Sekalipun dikurangi pajak import ini, pasti syaratnya setebal buku hariannya Rambo Trump.
Saatnya Indonesia menunjukkan bahwa kita negara besar yang berdaulat. Tidak bisa didikte oleh siapapun termasuk bandit dunia AS.
Tunjukkan Indonesia akan berjaya dan berdaulat. Lawan tarif Trump dengan menaikkan juga tarif import untuk produk AS yang masuk ke Indonesia.
Laporkan ketidak-adilan perdagangan AS ke WTO. Walaupun tidak berguna, tapi setidaknya ini menunjukkan Indonesia negara besar yang menjunjung tinggi keadilan dalam sistem perdangangan global.
Indonesia harus bertindak untuk menunjukkan ancaman Trump hanya sebatas macan kertas, setara dengan menembakkan meriam kosong di hadapan Indonesia.
Karena walaupun saat ini masih berantakan, namun Indonesia masih memiliki sumber kekayaan alam yang bisa digunakan untuk modal diplomasi di dunia global dan pangsa pasar 290 juta jiwa.
Indonesia sudah diterima BRICS sebagai anggota tetap ke-11. Yang berarti kita memiliki akses langsung akan pasar negara-negara BRICS yang hampir 50% dari populasi dunia dan telah mencapai 36% perdagangan global. Jauh lebih besar dengan pangsa pasar AS.
Dan Indonesia pun memiliki akses langsung untuk pendanaan pembangunan Indonesia melalui New Development Bank (NDB) yang berbasis di Shang Hai Tiongkok sebagai bank pendukung BRICS.
Pemerintah Indonesia pun harus mempertimbangkan struktur Kementerian Keuangan yang hanya memikirkan untuk menutupi devisit anggaran adalah cabut subsidi untuk rakyat, kejar pajak dari rakyat. Karena ini adalah ilmu ekonomi dari World Bank dan IMF yang telah menyesatkan ekonomi Indonesia selama beberapa dekade ini.
Mungkin ini momentum bagi Pemerintahan Prabowo Subianto untuk reformasi sistem politik, ekonomi dan menunjukkan Indonesia akan berjaya dan berdaulat. [mc]
*Chen Yi Jing, Pemerhati Geopolitik dan Sosial Ekonomi.
