Siklus Sejarah: Karma itu Ada Bung!

Nusantarakini.com, Jakarta –
Sejak perang dunia kedua berakhir, hampir 80 tahun lamanya, siapa sih yang berani melawan Preman Cilik Isriwill. Sang Preman selalu membantai lebih dulu, menang terus, untung terus dan tidak pernah ada balasan.
Tapi hari ini kenapa tiba-tiba diserang habis-habisan dan teriakan keputusasaan menggema di seluruh negerinya?
“Kami hanya mengebom ibukota Iran kok. Kami cuma membunuh pejabat-pejabat penting mereka dan rakyat biasa mereka kok. Kami hanya menghancurkan kedutaan mereka kok. Kami kan cuma menyerang fasilitas nuklir mereka.”
“Kan ini untuk perdamaian dunia kok dibalas sih?” Dan mereka benar-benar tidak habis pikir, kenapa Iran berani membalas!
Biasanya Isriwill yang membantai dan meruntuhkan rumah orang lain. Kenapa sekarang rumah mereka sendiri yang dihancurkan?
Lihatlah kawasan bisnis utama (CBD) Isriwill yang dulu penuh kemewahan lambang keperkasaan, kini jadi reruntuhan seperti Gaza pasca serangan rudal. Gedung-gedung memang tidak seluruhnya roboh. Tapi fasad hancur, jendela pecah dan puing-puing berserakan. Masih layakkah disebut tempat tinggal atau kantor?
Setelah perang usai, perlu waktu yang panjang hanya untuk inspeksi, perbaikan dan renovasi. Dan selama itu zona bisnis bernilai miliaran dollar ini tidak bisa menghasilkan apa-apa.
Nyawa anak muda yang tidak berdosa hilang. Ribuan orang kehilangan pekerjaan dan ekonomi pun lumpuh. Hanya tersisa satu, dua juta dolar rudal, zona bernilai ratusan miliar hancur lebur.
Isriwill Macan Timur Tengah di bawah payung perlindungan Uncle Shame yang ternyata tidak bisa melindungi dirinya sendiri.
Eropa Barat yang sudah lama menikmati keuntungan besar dan damai, padahal senjata mereka sudah berkarat. Kesiapan mereka nol. Namun tampil garang dan mewah di media seolah pahlawan kemanusiaan. Namun begitu perang nyata, langsung ketahuan kosong.
Ini pelajaran yang mendalam yang layak direnungkan:
- Jet tempur Rafale yang mitosnya mewah dan tidak terkalahkan dan banyak diandalkan banyak negara tapi dengan mudahnya dirontokkan oleh Pakistan. Kenyataannya memang pahit.
- Iran memang miskin, GDP-nya jauh dari Isriwill, tapi mereka punya sesuatu yang sangat mahal untuk menghancurkan GDP negara lawan.
- Tiongkok saat ini mungkin bukan negara terkaya, pembangunan belum merata, kesenjangan masih ada. Namun satu hal yang tidak bisa diremehkan: Naga Timur punya teknologi serba canggih dan kekuatan militer paling menakutkan yang siap menjaga. Dan bila perlu dapat menghancurkan kekayaan negara lain, bila kepentingan nasionalnya terganggu atau diserang duluan.
Semoga Amerika Serikat dan Eropa cepat sadar. “Era kalian telah lewat! Jangan beli Tiongkok alasan untuk menghancurkan kalian. Seperti halnya kalian menghancurkan banyak negara lain di dunia!”
Jangan seperti Isriwill, yang telah terbiasa dimanjakan mem-bully negara lain semaunya, dan memberi Iran alasan untuk menyerang balik sampai akhirnya hanya bisa menangisi nasibnya.
Jika kalian (Uncle Shame dan Isriwill) sungguh percaya pada nilai-nilai kebebasan, keadilan dan perdamaian yang selama ini kalian agungkan. Maka buktikanlah melalui tindakan kebaikan yang nyata, bukan pidato propaganda atau adu domba. Diberkahi kekuatan militer bukanlah untuk menindas yang lemah, melainkan, tanggung jawab untuk menjaga yang lemah. Janganlah menjadikan kekuatan sebagai pembenaran untuk menghancurkan negara lain.
Dunia ini sudah lama terluka karena ambisi dan keserakahan kalian. Memang kalian beruntung memiliki kekuatan besar. Namun kekuatan sejati justru terlihat saat mampu menahan diri, bukan saat menyerang.
Pepatah Tiongkok Kuno mengatakan: “Perdamaian bukan kelemahan!!! Menahan serangan bukan berarti kalah.”
“Yang lemah adalah mereka yang hanya bisa bicara lewat senjata. Yang kuat adalah mereka yang mampu menang tanpa perang.”
Tidak ada rudal yang bisa menghancurkan semangat keadilan.
Tidak ada drone yang mampu membungkam hati nurani umat manusia.
Keadilan dan perdamaian sejati tidak lahir dari moncong senjata. Melainkan dari keberanian untuk mendengar, memahami dan menahan diri.
Jika AS dan Isriwill ingin berdiri sebagai pemimpin dunia, maka pimpinlah dunia menuju dialog, bukan kehancuran. Menuju diplomasi bukan dominasi. Menuju keseimbangan bukan penguasaan.
Karena akhirnya, karma pasti akan menghukum kalian. Dan sejarah tidak akan mengingat siapa yang paling kuat, akan tetapi siapa yang paling benar. Dan kebenaran tidak pernah berpihak pada penindas. [mc]
*Chen Yi Jing, Pemerhati Geopolitik dan Sosial Ekonomi.
