Serang Iran dengan Pesawat Siluman B-22 Spirit, Amerika Negara Paling Superior?

Nusantarakini.com, Jakarta –
Benarkah Amerika menggunakan bomber siluman B-22 Spirit untuk menyerang fasilitas nuklir Iran di Fordo, Natanz dan Isfahan langsung dimobilisasi Amerika Serikat (AS), sedangkan jarak antara Amerika dengan Itan adalah kurang lebih 10.000 KM?
Lalu Bomber B-22 Spirit terbangnya dari pangkalan militer yang mana dan negara mana yang mengizinkan untuk transit mengisi bahan bakarnya? Dan jangan lupa apabila jet tempur AS terbang menuju ke Iran perlu izin dari beberapa negara, karena melewati teritorial udara negara lain.
Bomber B-22 Spirit membawa bom canggih penghancur bunker seberat 30.000 ton dan bisa menembus sampai kedalaman tanah 60 meter.
Menurut sumber dari AS bahwa operasi militer yang diberi sandi “Operasional Midnight Hammer” itu melibatkan 7 pesawat B-22 Spirit dan didukung 24 rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal selam AS.
Dan Rambo Trump setelah beberapa jam terjadi serangan ke fasilitas nuklir Iran mengatakan bahwa jet tempur siluman B-22 Spirit dalam perjalanan pulang. Berarti jet tempur siluman itu berasal dari pangkalan militer di AS sendiri yang berjarak 10.000 KM.
Lalu Trump mengklaim bahwa operasi meraih sukses besar dan telah menghancurkan fasilitas nuklir Iran melalui serangan udara skala besar (sambil membayangkan aksi film Hollywood). Namun citra satelit komersial terbaru justru menunjukkan kenyataan yang bertolak belakang.
Seperti yang dilansir laman NPR, Sejumlah pakar independen membantah klaim sepihak Yang Mulia Presiden Donald Trump yang menyebut fasilitas nuklir Iran telah dihancurkan. Menurut hasil analisis terhadap foto satelit, serangan itu bersifat tidak tuntas dan formalitas. Serta gagal menyentuh stok uranium yang sudah diperkaya hingga level membuat senjata nuklir.
JEFFREY LEWIS, profesor dari Middlebury Institute of Internasional Studies di Monterey yang bertahun-tahun memantau program nuklir Iran mengatakan serangan AS sangat gagal.
Pernyataan Lewis diperkuat oleh David Albright, Presiden Institute for Science and Internasional Security (ISIS) menambahkan bahwa uranium 60 % milik Iran kemungkinan besar telah dipindahkan sebelum serangan terjadi.
Apakah badan intelijen AS yang paling canggih di dunia seperi dalam film Hollywood, tidak mengetahui bahwa Iran memiliki lebih dari 400 kg Uranium-235 dengan tingkat pengayaan 60%. Yang cukup untuk membuat sekitar 10 bom nuklir, tinggal disempurnakan hingga level senjata nuklir yang telah dipindahkan.
Sekarang mari kita lihat fakta di lapangan dampak kerusakan serangan dari keperkasaan jet tempur B-22 di Fordo, Isfahan dan Natanz. Ternyata fakta di lapangan yang rusak hanya dipermukaan tanah dan hancurnya pintu masuk/keluar terowongan, tidak ditemukan kerusakan kedalaman 60 meter seperti seharusnya jika dijatuhkan dari jet tempur B-22 dengan bom penghancur bunker dengan kedalaman 60 meter.
Berdasarkan fakta di lapangan kita coba simpulkan bahwa serangan itu bukan dari keperkasaan jet tempur B-22 tapi serangan dari rudal jelajah dari kapal selam milik AS.
TRUMP berkoar-koar atas kecerdikan dan keberanian menghancurkan fasilitas nukilr Iran itu hanya untuk konsumsi politik dalam negeri dan ingin menunjukkan kepada dunia bahwa militer AS adalah superior yang tidak terkalahkan.
Sekarang mari kita lihat akibat dari kecerobohan Yang Mulia Presiden Donald Trump:
- Iran seakan menganggap tidak ada kejadian dan terus fokus menyerang Israel.
- Fakta lapangan di Israel: Markas besar Mossad hancur terbakar. CBD (kawasan bisnis utama) yang sebelumnya ada lambang kemewahan sekarang menjadi reruntuhan pasca serangan rudal Iran.
- Kota Tel Aviv, Haifa, dan Holon, sebagian besar gedung-gedung pada roboh, puing berserakan, fasilitas umum pada hancur, mulai mirip Gaza.
Namun dengan adanya serangan AS dalam bentuk apapun ini menandakan AS telah terlibat secara militer untuk membantu Israel. Dan ini dapat kita artikan: serangan dan keterlibatan AS secara langsung dalam konflik Iran VS Israel ini telah memberikan legitimasi kepada Iran untuk bebas menyerang AS.
Dan yang lebih penting dari itu adalah menjadi pembenaran untuk negara pendukung Iran untuk bisa menyokong Iran secara terang terangan seperti: Rusia, Pakistan, Korea Utara, Turki, bahkan termasuk Sang Naga dari Timur, Tiongkok.
Wait and See.
Salam Indonesia Cerdas. [mc]
*Chen Yi Jing, Pemerhati Geopolitik dan Sosial Ekonomi.
