‘Prabowo 08 is The Little Soekarno’ yang Menentang Imprealisme, Kolonialisme dan Anti Zionisme Israel

Nusantarakini.com, Jakarta –
Dalam sebuah cuplikan tayangan video yang viral di medsos belum lama ini, saat Presiden Prabowo Subianto diwawancarai oleh beberapa tokoh insan pers/media di Hambalang, Presiden Prabowo 08 menyatakan seperti ini : “Nah ini ngeri, apabila Amerika sudah ikut campur menyerang Iran, maka Rusia bakal ikutan melawan Amerika. maka inilah awal yang akan memicu terjadinya perang dunia ketiga (WW3),” imbuh Prabowo.
Lebih kurang maksud tulisan ini subtansinya adalah hanya ingin menggambarkan bagimana kira-kira sikap dan arah posisi Indonesia terhadap Perang Iran VS Israel yang sedang berkecamuk di era kepemimpinan Presiden Prabowo 08 sekarang ini, dimana banyak analis politik serta para pakar di Dunia yang mengatakan bahwa perang Iran VS Israel ini akan memicu perang dunia ketiga (WW3).
Sejatinya tidaklah sulit bagi Presiden Prabowo 08 sebagai seorang Kepala Negara untuk menentukan posisi dan keberpihakan Indonesia di tengah Perang Iran VS Israel, dimana bagi Indonesia yang sejak dahulu penduduknya adalah mayoritas kaum muslim. Ditambah lagi semenjak awal di era Presiden pertama Soekarno memimpin sangatlah jelas bahwa Indonesia itu adalah Bangsa yang sangat menentang praktek-praktek Imprealisme-Kolonialisme dan Anti Zionisme Israel.
Jika kita menelisik pengalaman yang lalu dari dua orang Presiden Indonesia sebelumnya yaitu SBY dan Jokowi, dimana pada saat kedua pemimpin ini menjadi kepala negara,
faktanya sangatlah jelas dan gamblang disertai dengan banyak sekali jejak rekam yang bisa kita pelajari, khusunya ketika terjadi konflik geopolitik yang pernah terjadi di Timur Tengah, baik itu kebijakan (policy) yang diambil oleh SBY maupun Jokowi kenyataannya posisi dan peran solidaritas Indonesia bisa dibilang tidak jelas (absurd) dan tidak tahu pasti ke mana arah dan keberpihakan Indonesia dalam memberikan dukungan.
Pertama, peristiwa Arab Spring yang terjadi pada medio tahun 2010-2011 yang melanda negara-negara di sebagian benua Afrika Utara dan Jazirah Arab. Pada saat itu posisi dan sikap Presiden SBY yang sangat terlalu berhati-hati, ragu-ragu dan tidak jelas (absurd) dalam menyikapi peristiwa Arab Springs, dimana satu di antara peristiwa tersebut adalah terjadinya perang saudara berkepanjangan selama hampir 13 tahun lebih di negara Syria, dimana hasil ending-nya perang saudara ini berhasil dimenangkan oleh kelompok pemberontak Hayat Tahrir Al Syam (Free Syrian Army/FSA) yang sekarang ini berkuasa di Syria.
Begitu pun ketika Jokowi memimpin, Indonesia malah lebih parah lagi. Dimana sebagai negara yang penduduknya mayoritas muslim, Indonesia justru malah ditinggalkan dan tidak pandang posisi dan peranannya oleh negara-negara besar Islam lainnya seperti Turki, Iran, Malaysia, Pakistan, Mesir, Jordania dan lain-lain dalam membangun rasa solidaritas antar sesama negara-negara muslim di dunia.
Tentunya sebagai Jenderal Perang yang ahli strategi dan mantan Danjen Kopassus yang cerdas, Presiden Prabowo 08 sangat memahami situasi dan kondisi yang pelik yang saat ini terjadi.
Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo 08 tentunya haruslah membuat dan memiliki strategi dan kebijakan (policy) berbeda dari dua orang Presiden sebelumnya yaitu SBY dan Jokowi dalam memainkan peranan serta mengambil sikap dan arah posisi yang jelas, yaitu dengan menjadi salah satu aktor utama pada percaturan konflik geopolitik global terutama dalam menghadapi perang Iran VS Israel.
Dan semoga saja dalam kunjungan Presiden Prabowo 08 yang diundang khusus oleh Vladimir Putin ke Kremlin akan membawa hasil dan pesan khusus bagi Indonesia untuk bersama-sama dengan Rusia, China, Korea Utara, Turki, Pakistan, Venezuela, Malaysia dan negara-negara muslim lainnya di dunia agar mampu untuk memainkan peranan penting dan mengambil sikap serta menentukan arah posisi yang jelas dalam rangka membangun aksi solidaritas bersama dalam mendukung dan berpihak kepada Republik Islam Iran yang sedang membela harkat martabatnya melawan Zionisme Israel.
Dus, sejarah pun sepertinya bakal berulang dimana dulu di era Soekarno, Indonesia terkenal dengan meninggalkan legacy yang kuat di mata dunia. Dimana kebijakan (policy) Soekarno yang menjalin hubungan yang sangat erat dengan Kremlin dan Beijing, atau yang lebih populer Presiden Soekarno membangun “Poros Jakarta-Peking” dan “Poros Jakarta-Moskow” sebagai bentuk Aksi Solidaritas dalam melawan dan menentang Imprealisme dan Kolonialisme Barat.
Oleh karenanya kini tidak tertutup kemungkinan di era kepemimpinan Presiden Prabowo 08 yang Ideologis dan Revolusioner saat ini, Indonesia akan kembali menerapkan strategi dan kebijakan (policy) seperti yang pernah dimainkan oleh Presiden Soekarno terdahulu didalam menentang Imprealisme-Kolonialisme dan Anti Zionisme yang selama ini dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina, sembari terus secara Konsisten Indonesia mengawal dan menjaga perdamaian serta ketertiban Dunia.
Wa’llohu’alam bisshawab. [mc]
*Akbar Husein, Aktivis Politik/Eks-TAPOL 2019.
