Satire

Tesis Francis Fukuyama dan Teori Samuel Huntington

Nusantarakini.com, Jakarta –

The End of History 1990. Sejarah telah berakhir dengan kemenangan mutlak kapitalis Amerika Serikat (AS) dalam perang dingin dengan bubarnya Uni Soviet.

Bahwa masa depan dunia secara universal akan terbentuk dengan prinsip pasar bebas, demokrasi liberal Barat dan secara mutlak akan diadopsi negara berkembang untuk menjadi maju dan modern.

Apabila pencapaian akhir negara berkembang menjadi maju dan modern akan sama seperti AS, maka dunia akan semakin ter-Barat-kan.

Namun seiring dengan sumber United States Strategy Plan for Internasional Affairs, yang diliris oleh Department of State Washington DC 1999, bahwa AS berambisi untuk mengatur seluruh dunia berdasarkan kepentingannya. Sebagaimana terlampir dalam rencana strategis AS dalam hubungan internasional disebutkan: Bahwa tujuan kepemimpinan AS adalah untuk menciptakan dunia yang demokratis demi keunggulan dan keuntungan bangsa AS.

Sedangkan Teori Samuel P Huntington menyebutkan bahwa setelah perang dingin berakhir, maka dunia selanjutnya akan terjadi benturan peradaban, The Clash of Civilization, dalam perebutan tongkat kepemimpinan global. Dan benturan ini akan terpolarisasi menjadi dua peradaban besar yakni Peradaban Barat vs Peradaban Timur.

Saat ini kita sedang menyaksikan hancurnya peradaban Barat, demokrasi dan HAM yang dibangun atas penjarahan, perbudakan serta pengeksplorasian sumber daya alam dari AAA, Aborigin, Afrika dan Asia.

Selama berdirinya, negara yang bernama Amerika Serikat dengan puluhan presidennya tidak ada satu pun kebijakannya yang mewakili kepentingan rakyat Amerika. Akan tetapi hanya untuk kepentingan kaum kapitalis global yang ada di belakang Negara Amerika.

Ini mengekskalasi runtuhnya peradaban Barat, dan runtuhnya kepercayaan dunia terhadap demokrasi dan HAM ala Amerika.

Beberapa hari ini terjadi kerusuhan besar dan brutal di Los Angeles karena Undang-Undang Keimigrasian yang dikeluarkan Presiden Trump. Ini bukan sekedar UU Imigrasi tapi lebih dalam lagi yang bermakna rontoknya demokrasi dan HAM ala Amerika.

Mari kita dengan jujur dan objektif melihat kondisi Ibu Pertiwi kita yang secara mentah-mentah mengadopsi demokrasi liberal dan HAM-nya ala Amerika.

Amerika Serikat di Indonesia adalah UU Otonomi Daerah yang ternyata hari ini menjadi salah satu hambatan masuknya investasi dari luar yang bisa menggerakkan perekonomian kita.

Selama hampir 3 dekade ini kita menerapkan sistem pemilihan langsung demi menjunjung tinggi demokrasi dan HAM, hak rakyat untuk memilih pemimpinnya walaupun dalam perut lapar.

Dampaknya yang kita lihat dan kita rasakan adalah kegaduhan, perkelahian dan perselisihan sesama rakyat yang mempunyai pilihan berbeda, tapi memiliki kepentingan yang sama yaitu kekuasaan untuk kelompoknya.

Di era kepemimpinan Gus Dur dan Megawati, pemimpin orde Baru dicaci maki dan masuk penjara sebagian kecilnya. Lalu 10 tahun di era SBY sama, kini giliran “orang-orang”nya Gus Dur dan Megawati yang dideskreditkan.

Demikian juga pada 10 tahun era kepemimpinan Jokowi, giliran orang-orang SBY yang masuk penjara, narasinya sama: korupsi, proyek macet dll. Sekarang di era Prabowo, kini giliran orang-orangnya Jokowi, termasuk Jokowi sendiri yang didiskreditkan.

Bahkan mungkin manusia setengah dewa pun yang memimpin Indonesia tetap ada bersalah (narasinya sama, korupsi).

Apakah setelah beberapa kali ganti presiden, index korupsi kita menurun atau membaik? (Tidak juga). Atau mungkin nanti setelah ada pemilihan berikutnya akan muncul manusia setengah Dewa untuk memimpin Indonesia yang lebih baik (tidak ada manusia setengah Dewa).

Dan ini akan berputar-putar terus hingga kita tua dan tidak bisa mendengar dan melihat lagi (mati). Apabila tidak dilakukan reformasi sistem politik kita?

Jadi kita bisa simpulkan ada yang salah pada bangsa kita. Kesalahannya sebetulnya jelas sekali yaitu sistem politik yang kita adopsi itu menjadi biang keladi kegaduhan dan hambatan untuk bangsa kita.

Kembali kepada ajaran leluhur Nusantara. Tidak perlu mengadopsi dari negara lain karena ajaran leluhur sudah terbukti sakti, PANCASILA.

Bagaimana menurut Anda?

*Chen Yi Jing, Pemerhati Geopolitik dan Ekonomi. 

Terpopuler

To Top