Analisa

Danantara dan Perjuangan Ideologis Prabowo Subianto

Nusantarakini.com, Jakarta –

Perjuangan Prabowo Subianto untuk memakmurkan rakyat Indonesia memasuki babak baru. Hari ini Prabowo meresmikan Danantara, perusahaan pengelolaan aset negara, dengan total aset $900 milyar dollar. Prabowo menekankan bahwa Danantara ini adalah kelanjutan cita-cita Bung Karno dan para Founding Fathers/Mothers yang sejak awal kemerdekaan mendirikan badan usaha milik negara untuk pembangunan sektor-sektor strategis, agar kemandirian bangsa terjadi.

Dalam pidatonya selama sekitar 20 menit di hadapan para petinggi bangsa dan duta besar negara sahabat, yang 3 kali diiringi pengulangan dalam Bahasa Inggris, dijelaskan bahwa Danantara bukan sekedar entitas bisnis, melainkan juga alat pembangunan yang tepat kelola, berjangka panjang dan menciptakan kemakmuran bersama. Babak baru di sini maksudnya adalah setelah Prabowo menuntaskan pekerjaan politik pembangunan dari sisi APBN, yakni membuat efisien anggaran, memangkas potensi korupsi dan penggunaan yang tidak tepat, sekarang Prabowo melancarkan jurus pembangunan di luar APBN.

Prabowo yakin dengan mengalokasikan $ 20 milyar uang hasil efisensi anggaran ke Danantara, maka melalui Danantara akan dimungkinkan adanya kemampuan negara membangun program-program strategis, seperti petro kimia, Artificial Intelijen, pangan, energi dll senilai $ 120 Milyar, di luar APBN. Harapannya Indonesia akan menjadi negara mandiri, berdaulat dan bermartabat di dunia. Prabowo tidak ingin Indonesia terus menerus menjadi sumber “raw material” negara maju, tapi Indo harus masuk menjadi negara industri.

Tantangan Ideologis

Dalam pidatonya, Prabowo mengatakan tepat di era 80 tahun Indonesia Merdeka, saatnya visi pendiri bangsa diimplementasikan. Bagaimana seluruh aset-aset negara benar-benar diimplementasikan untuk kemakmuran rakyat miskin. Tidak ada lagi kelaparan, dan tidak ada lagi kemiskinan nantinya. Juga, kekayaan negara itu akan meningkatkan penghasilan setiap orang.

Landasan ideologis Prabowo adalah pasal 33 UUD’45. Dalam pidatonya Prabowo membacakan pasal 33 UUD’45 versi pendiri bangsa, dengan tidak membahas pasal 33 ayat 4 dan 5 yang merupakan hasil amandemen. Pasal 33 versi asli diketahui benar-benar menempatkan negara sebagai kekuatan utama dalam arah dan pembangunan nasional kita.

Tentu saja dengan adanya Danantara, kekuatan $900 milyar ini membuat negara lebih besar dari para oligarki ekonomi yang ada selama ini. Meskipun, jika kombinasi kekayaan 1% orang terkaya kita menguasai $1,2 T dan itu lebih besar dari kekayaan Danantara, namun secara personal, orang paling kaya seperti Prayogo memiliki $ 48,4 Milyar atau Budi Hartono memiliki $ 25,9 M, jauh lebih kecil dari kekayaan yang dikendalikan Prabowo itu. Sehingga, kesombongan kaum oligarki terhadap pemimpin negara akan berubah ke depan, mereka akan lebih sopan. Tidak lagi, misalnya, suka mencaplok laut dan tanah-tanah secara illegal.

Kekuatan pemerintah dengan adanya Danantara dapat pula “mengontrol” market. Dalam teori New Economy Policy era Lenin di Rusia maupun Social Market Economy era Deng Xiaoping di China, ekonomi terencana (Planned Economy) telah meletakkan “market” pada kontrol negara. Di China, karena perusahaan negara merupakan pemilik 68% kapital (Stanford.edu, 2017) dari seluruh perusahaan, maka peran itu bisa dilakukan.

Keinginan Prabowo agar BUMN kita menjadi pemain kelas dunia, bebas korupsi dan masuk “jajaran” Forbes sangatlah ideal. Sebab, pikiran itu mengkombinasikan BUMN sebagai kekuatan “production for use” dan “production for profit” sekaligus. Tamasek, misalnya, hanya besar karena mengejar profit, sedangkan BUMN China berhasil untuk kedua-duanya.

Tantangan Ideologis bukanlah hanya, misalnya, karena Prabowo mampu mencegah koruptor merampok Danantara nantinya. Pertanyaan terbesar adalah bagaimana Prabowo berhasil menyebarkan ideologi pada kepemimpinan Danantara itu? Di China, misalnya, ketika BUMN pertama sekali dibahas, Mao Zedong harus mengutak-atik circle partai dari Zhou Enlai oriented kepada Gao Gang, agar kebijakan dan kontrol BUMN sesuai dengan ideologi partai PKC.

Apakah orang-orang yang ditugaskan Prabowo benar-benar mempunyai rekam jejak perjuangan untuk rakyat? Apakah Prabowo membentuk “Dewan Ideologis” yang mampu menyusun Key Performance Index keberhasilan? Umpama di China, representasi partai ada di BUMN sebagai pengawas. Mereka Ideologis. Jika di BUMN Iran misalnya, otoritas di atas direksi adalah seorang Mullah yang ditunjuk sebagai pengawas.

Melihat 3 pengurus Danantara yang ada, seperti Rosan Roeslani, Dony Oskaria dan Pandu Syahrir, tentu kita menaruh harapan besar. Pandu Syahrir, merupakan anak Dr. Syahrir seorang aktivis dan pejuang. Rosan tumbuh dalam lingkungan pengusaha nasionalis Aburizal Bakrie dan Dony tumbuh dalam lingkungan pengusaha nasionalis Chairul Tanjung. Namun, jika diteruskan ke jajaran lapisan elit Danantara lainnya kelak, ini membutuhkan reorientasi Ideologi secara besar-besaran, oleh Prabowo sendiri.

Harapan Rakyat

Rakyat telah lama menyaksikan BUMN kita sebagai “sapi perahan.” Pejabat yang kuasa di era lalu merampok kekayaan negara semena-mena dengan mengandalkan BUMN sebagai tameng. Ada yang misalnya membuat BUMN sebagai kendaraan untuk memperbesar perusahaan swasta. Ada pula yang membuat BUMN bangkrut demi kepentingan investasi asing. Budaya kerja BUMN juga begitu lemah.

Dengan adanya Danantara, di mana Prabowo bekerja keras untuk menjadikan BUMN kelas dunia, efisiensi dan sekaligus alat pembangunan, tentu rakyat berharap. Harapan ini harus dilihat dalam rentang waktu yang harus bisa dirasakan tidak terlalu lama. Membangun industri Petrokimia, misalnya, adalah agenda besar dan strategis yang perlu waktu lama. Sehingga, diperlukan pekerjaan yang jangka pendek, misalnya, membangun industri otomotif pedesaan, yang mungkin bisa direalisasikan setahun. Manfaatnya dapat meningkatkan produktivitas pertanian di pedesaan pada tahun depan.

Di China, ketika “Made in China 2025” dan di Amerika era Trump dengan “Make America Great Again,” meski orientasinya jangka menengah, namun manfaat langsung dilakukan secara utama. Di China, misalnya, ketika mereka “shifting” dari “low tech” industrialisasi ke orientasi “high-tech,” maka dalam beberapa tahun sejak dicanangkan, China sudah merasakan kejayaan produk-produk teknologi tinggi mereka.

Penutup

Apresiasi kita terhadap langkah Prabowo Subianto membentuk Danantara sangat penting. Ini memberikan dua hal penting sekaligus, yakni memperkuat pengaruh negara kepada pasar atau ekonomi, kedua menjanjikan kekayaan negara diimplementasikan untuk kemakmuran bersama.

Semoga Danantara mampu terus bergerak maju. Kita perlu kepemimpinan Ideologis di Danantara, agar aset-aset strategis negara benar-benar sesuai keinginan Prabowo, yakni untuk menjadikan Indonesia yang bermartabat di mata internasional. [mc]

*Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle. 

(Foto: Tangkapan layar YouTube Kompas.com).

Terpopuler

To Top