Mega, Prabowo dan Anies Bakal Gempur Jokowi? Begini Analisanya
Nusantarakini.com, Bandung –
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hampir dipastikan bakal mendukung Anies Baswedan di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Daerah Khusus Jakarta (DKJ), dan akan menendang Kaesang.
Menurut Ketua DPP PDIP, Puan Maharani kemungkinan PDIP mengusung Anies sudah di atas 50%. Tentunya PDIP punya pertimbangan yang sangat matang untuk mengusung Anies, sekaligus mengonfirmasi sikap perlawanannya kepada Jokowi dengan majunya Kaesang.
Demikian juga Prabowo Subianto dan Gerindra, hampir dipastikan akan mendukung Anies.
Mengapa ?
Anies adalah calon terkuat di Pilgub Jakarta, tidak ada calon lain yang bisa menyaingi Anies, termasuk Ahok dan Ridwan Kamil sekalipun. Dalam hati warga Jakarta hanya ada nama Anies, apalagi setelah Plt. Gubernur DKI, Heru Budi telah mengacak-acak dan menghilangkan banyak karya Anies, warga Jakarta semakin cinta Anies yang tidak tergantikan dengan yang lain.
Jika Prabowo dan Gerindra memilih Paslon lain selain Anies, hampir dipastikan akan dipecundangi warga Jakarta.
Selain itu, ada keterkaitan lain kenapa Prabowo akan pilih Anies :
Pertama, Track record Anies sudah terbukti dan teruji.
Memilih paslon lain selain Anies, selain berisiko kalah juga belum tentu mampu mengatasi problematika di Jakarta.
Kedua, “Dendam” Prabowo kepada Anies yang harus berhadapan di Pilpres 2024 sudah terbalaskan dengan Prabowo dimenangkan KPU dan MK (walaupun bukan pilihan rakyat dan dengan cara curang).
Sebelum akhirnya Prabowo dimenangkan KPU dan MK, Anies masih disebut “pengkhianat” karena bisa jadi menjegal Prabowo di Pilpres 2024 jika tidak terjadi kecurangan Pemilu oleh Jokowi dan seluruh perangkatnya.
Ketiga, Prabowo sadar betul bahwa Pilpres 2024 sebenarnya milik Anies, oleh karena itu Prabowo tidak mungkin akan menjerumuskan Anies untuk kedua kalinya di Pilgub Jakarta.
Bisa dikatakan Prabowo harus balas budi kepada Anies yang telah menyerahkan jabatan Presiden kepada Prabowo karena keputusan resmi lembaga Pemilu yang tidak bisa diganggu gugat.
Keempat, Sikap Prabowo yang tidak mungkin mendukung Kaesang yang bakal melanggengkan politik Dinasti Joko Widodo (Jokowi).
Walaupun Prabowo secara lahiriah mendukung Jokowi, tapi yang sebenarnya itu hanya siasat untuk “melumpuhkan” Jokowi. Karena seorang Jokowi tidak bisa dikalahkan dengan sikap konfrontatif tapi harus dengan sikap dialem-alem (dipuji-puji), pasti akan luluh.
Kaesang tidak mungkin didukung Prabowo, karena selain Kaesang tidak punya kapasitas, juga di bulan Oktober 2024 Jokowi bakal lengser dan sudah punya power lagi sehingga kemungkinan bakal diadili oleh rakyat
Kelima, Ada kemungkinan Gibran gagal dilantik jadi wapres karena selain tidak punya kapasitas dan kompetensi, Gibran bisa jadi sosok yang membahayakan Prabowo.
Diamnya Gibran bisa lebih sadis dari Jokowi. Ada pengamat yang memprediksi kalau Gibran bakal menghabisi Prabowo jika dirinya merasa dilecehkan.
Jadi sebelum Gibran berulah, Prabowo harus menggagalkan seluruh rencana busuk Gibran, bisa gagal dilantik atau kalaupun sudah dilantik bisa dijerat dengan berbagai kasus korupsi yang telah dilaporkan Dosen Ubaidillah Badroen ke KPK tapi tidak pernah ditangani KPK. Jika Gibran gagal dilantik atau berhenti dilantik orang yang paling tepat mengganti posisi Gibran adalah Anies Baswedan.
Prabowo sebagai seorang prajurit tidak akan membiarkan Jokowi dan dinastinya menghancurkan Indonesia. Prabowo pasti hapal betul sepak terjang Jokowi selama 10 tahun memimpin Indonesia yang selalu memanjakan oligarki taipan dan China komunis, sebaliknya telah nenjadikan rakyat sebagai korbannya.
Jika Megawati, Prabowo dan Anies berkolaborasi melawan arogansi Jokowi, maka baik Jokowi dan dinastinya (Gibran, Kaesang, dan Bobby) tidak bakal leluasa merusak tatanan bernegara seperti yang telah dilakukan Jokowi. Bahkan jika nanti hukum bisa ditegakkan secara jujur dan adil, bisa saja Jokowi, Gibran, Kaesang, dan Bobby masuk penjara karena selama 10 tahun Jokowi memerintah mereka berempat telah banyak melanggar aturan dan juga korupsi secara masif.
Saatnya rakyat bangkit dan mengembalikan Indonesia sebagai negara yang besar, menjunjung tinggi hukum, moral dan etika serta negara yang punya marwah dan martabat di dunia internasional yang selama kepemimpinan Jokowi telah hilang. [mc]
Bandung, 19 Muharram 1446.
*Sholihin MS, Pemerhati Sosial dan Politik.