Nusantarakini.com, Jakarta –
Selamat kepada Pegi Setiawan. Selamat juga kepada tim pengacara yang bisa mencegah kesewenangan Polisi. Selamat juga kepada seluruh warganet yang telah ikut mengawal penangkapan sewenang-wenang terhadap tersangka pembunuh Vina dan Rizky.
Selamat dan terima kasih kepada hakim tunggal Pengadilan Negeri Bandung, Pak Eman Sualeman, yang menyidangkan gugatan praperadilan yang sangat krusial itu. Biasanya, hakim yang menyidangkan perkara besar begini akan menghadapi lobi-lobi dan tekanan. Alhamdulillah, semua itu bisa dilewati.
What next? Mungkin pak Polisi istirahat dulu. Atau akan langsung memikirkan cara berikutnya untuk menangani kasus pembunuhan Vina Cirebon.
Sekarang ini, Polisi harus membebaskan Pegi. Mengantarkan dia kembali ke kampung halamannya. Selain itu, Polisi diperintahkan oleh pengadilan agar memulihkan martabat Pegi.
Pastilah Pegi dibuat hancur oleh Polisi. Dituduh melakukan pembunuhan dua orang. Martabat Pegi dilecehkan. Polisi harus melakukan kompensasi. Dan harus meminta maaf atas tindakan gegabah salah tangkap.
Selama ini Polisi arogan menangani kasus Vina. Setelah delapan tahun tidak melakukan apa-apa, mendadak bisa mengidentifikasi Pegi Setiawan sebagai tersangka. Langsung ditangkap. Plus mengeluarkan pernyataan bahwa DPO yang dicari hanya satu, yaitu Pegi. Yang dua lagi dikatakan fiktif oleh Polisi.
Polisi mungkin menganggap publik bodoh semua. Mungkin Kapolri dan semua bawahannya merasa masih bisa sesuka hati. Mereka barangkali merasa paling berkuasa, tidak bisa dilawan oleh siapa pun. Merasa bahwa apa saja yang mereka skenariokan harus terlaksana.
Sekarang, tampaknya Polisi terpukul. Arogansinya agak kecut. Itu pun kalau mereka bisa menghilangkan perasaan bahwa mampu melakukan apa saja. Merasa bisa merekayasa apa saja sesuai keinginan polisi atau keinginan yang dititipkan oleh orang-orang kuat.
By the way, apakah dalam kasus Vina Cirebon ada skenario titipan orang kuat? Hanya polisi dan Tuhan yang tahu. Hanya saja, dugaan itu ada. Dugaan inilah yang menjadi salah satu topik trending di media sosial.
Dikatakan, ada anak atau cucu mantan bintang empat yang diduga terlibat. Inilah yang kemungkinan membuat Polisi harus memaksakan Pegi Setiawan sebagai tersangka. Dengan segala cara. Termasuk cara-cara yang menganggap enteng semua orang. Penetapkan Pegi sebagai tersangka adalah bentuk anggap enteng itu. Dia orang susah. Mana mungkin melakukan perlawanan.
Para pengamat mengatakan, Polisi mengorbankan Pegi untuk melindungi orang kuat dimaksud di atas. Ternyata kesewenang-wenangan Polisi sesekali kena batunya juga.
Polisi rupanya tidak berubah. Mentalitas “kami yang berkuasa” tetap mereka pegang sampai saat penangkapan Pegi. Polisi pengayom masyarakat ternyata slogan kosong.
Hari ini, polisi yang terkenal sangat berkuasa itu akhirnya runtuh karena ulah mereka sendiri. Tindakan yang mereka lakukan untuk menyelesaikan kasus Vina tanpa membongkar dugaan tentang keberadaan orang kuat di balik pembunuhan ini, kini berantakan seperti bom cluster. Pecahan bom ini mengejar Polri, Polda Jawa Barat, dan Polresta Cirebon.
Penangangan kasus Vina di babak terbaru ini bahkan mempertaruhkan sisa-sisa kredibilitas kepolisian. Kredibilitas itu memang tinggal sisa-sisanya saja. Polisi sudah leceh total di mata rakyat.
Pembebasan Pegi akan membalikkan todongan senjata ke Polisi. Sekarang, Polisi se-Indonesia akan menjadi tersangka. Tersangka rekayasa kasus, tersangka tipu-tipu, tersangka suka-suka hati, tersangka “main hakim sendiri,” dan sebagainya. [mc]
*Asyari Usman, Jurnalis Senior Freedom News.