“Memang sudah selayaknya generasi milenial dan Z tidak boleh terjebak pada pola kampanye Paslon yang hanya mengkedepankan simbol artifisial semata, seperti penyebutan Gemoy dan joget-joget saja.”
Nusantarakini.com, Jakarta –
Melansir dari Republika, berdasarkan hasil rekapitulasi DPT, mayoritas pemilih Pemilu 2024 didominasi dari kelompok generasi Z dan milenial.
Kedua generasi ini mendominasi pemilih Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45% dari total keseluruhan pemilih.
Menjadi pertanyaan bagi kita, menilik data pemilih Pemilu 2024 di atas yang didominasi kaum muda, yakni sebanyak 56,45%, apakah tawaran yang diberikan, utamanya dalam Pilpres kali ini dari masing-masing 3 Paslon Calon Presiden dan Wakil Presiden telah menyentuh atau memenuhi harapan bagi kalangan generasi milenial dan generasi Z?
Saya yakin, dalam perhelatan Pilpres kali ini anak-anak muda saat ini lebih realistis dalam menilai siapa dari tiga Paslon yang dinilai paling tepat memegang komitmen untuk terwujudnya proyeksi kebijakan terbaik bagi anak muda, khususnya di bidang pendidikan dan lapangan pekerjaan.
Anak-anak muda milenial dan generasi Z wajib mulai menaikkan daya tawar atas kekuatan politik yang dimilikinya dengan benar dan fair.
Karena itu, pertaruhan masa depan NKRI tidak boleh dilepas begitu saja di tangan Paslon Capres dan Cawapres yang tidak miliki gagasan dan konsep yang tepat bagi masa depan generasi muda itu sendiri.
Menilik dari tiga Paslon
Paslon Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden kali ini menarik juga untuk mencermati komentar dari anak muda itu sendiri.
Seperti artikel yang dimuat NU Online, 11 Agustus 2023 dengan judul ” Sosok dan Harapan Pemilih Gen Z terhadap Pemimpin Indonesia pada Pemilu 2024,″ uraian penilaian generasi milenial dan Z tersaji cukup lengkap. Misalnya, harapan dari Siti Nurkhalishah (22). Sebagai pemilih dari generasi Z, ia mengungkapkan perihal pemimpin ideal baginya pada Pemilu 2024 adalah sosok yang bertanggung jawab, tidak gampang berjanji melainkan beraksi, teguh pendirian, dan tidak disetir.”
Ada juga pandangan dari Rifqi Iman Salafi (24 tahun). Pria asal Banyumas ini mengatakan bahwa pemimpin ideal di 2024 adalah pemimpin yang punya visi bagus dalam menangani bobroknya pendidikan seperti biaya mahal tanpa diimbangi dengan mutu. Kemudian pemimpin yang meminimalisasi politik balas budi dan keterlibatan militer dalam jabatan sipil.
Menurut Rifqi, pemimpin yang punya visi memperbaiki itu, akan menjadi prioritas baginya untuk dipilih.
Dua pandangan dari generasi anak muda ini cukup kiranya memberikan sinyal kuat bahwa generasi milenial dan Z mampu memberikan penilaiannya dengan fair.
Satu sisi, tidak menginginkan pemimpin yang hanya obral janji tanpa aksi, di sisi lain menginginkan pemimpin yang miliki visi memperbaiki bobroknya dunia pendidikan.
Memang sudah selayaknya generasi milenial dan Z tidak boleh terjebak pada pola kampanye Paslon yang hanya mengkedepankan simbol artifisial semata, seperti penyebutan Gemoy dan joget-joget saja.
Anak muda juga sepatutnya menolak lahirnya pemimpin politik instan yang diperoleh melalui jalur kekuasaan dengan mengorbankan hukum sebagai panglima. Pemimpin instan model begini menyalahi kaidah lahirnya kepemimpinan profesional.
Saya optimis bahwa generasi Milenial dan Z dalam pilpres kali ini siap memberikan kejutan dalam memilih Paslon yang tepat seiring dan sejalan dengan kehendak perubahan yang diusung Paslon AMIN.
Saya sendiri menilai bahwa Paslon AMIN yang paling serius dalam mengaktualisasi dan mengapresiasi apa yang menjadi harapan anak-anak muda.
Lahirnya relawan anak muda dari Paslon AMIN juga makin terlihat menguat.
Menarik kita mencermati alasan dari lahirnya Gerakan Anak Muda Satu Nusa Satu Suara (Nusantara) yang mendukung Paslon AMIN belum lama ini.
Dengan sangat tepat, ketua Gerakan Nusantara, Dimas Oky Nugroho memberikan alasan mengapa anak-anak muda memilih menjadi Relawan Paslon AMIN.
Menurutnya, “Para anak muda banyak terpapar informasi. Mereka lihat pro-kontra. Mereka melihat tesis dan anti tesis begitu cepat. Dan mereka sadar, mana yang ngga benar, mana yang ngga baik. Mana yang bisa diteladani, mana yang tidak.”
Kemudian, sambungnya, mendukung Paslon AMIN itu bukan hanya soal usia muda, tetapi lebih dari itu, anak muda intinya butuh keteladanan yang bisa dilihat dan dihormati jejak rekamnya secara utuh.
Menurut Dimas Oky Nugroho, jejak rekam Anies telah terbukti dengan keteladanan itu. Dalam keseharian, Anies terbukti lakukan dialog dengan anak muda melalui peta jalan kolaborasi dalam mengambil setiap kebijakannya sebagai gubernur DKI Jakarta.
Memang faktanya, keberhasilan Anies Baswedan selama pimpin DKI Jakarta tidak lepas dari relasi yang amat kuat dengan banyak profesi anak muda dengan apa yang disebut “Jakarta Kota Kolaborasi.”
Kolaborasi dengan anak-anak muda inilah yang menurut saya menjadi pintu utama atas akselerasi DKI Jakarta selama dipimpin oleh Anies Baswedan melahirkan banyak prestasi pembangunan dan penghargaan.
Keberhasilan Anies Baswedan ini, harus diakui telah memberi dampak positif bagi lahirnya prestasi masyarakat (Leistungsgesselschaften). Salah satunya adalah partisipasi warga DKI Jakarta yang memberi andil strategis bagi percepatan penanggulangan Covid 19. [mc]
*Habib Abdullah Uwais Alatas,Kolumnis.